JAKARTA, MENARA62.COM – Dukung pembentukan kampung siaga bencana dan sekolah siaga bencana di DKI Jakarta, Program Magister Program Studi Kajian Wilayah Eropa (PS.KWE) Universitas Indonesia serahkan bantuan perangkat early warning system (peringatan tanda bahaya) berupa sirine kepada masyarakat di wilayah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (30/12/2019).
Satu perangkat early warning system tersebut diserahkan kepada Perguruan Al Khairiyah yang beralamat di Jalan Mampang Prapatan IV, kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Perangkat sirine tersebut diserahkan oleh Ketua Program Magister Program Studi Kajian Wilayah Eropa UI, Dr Polit. Sc. Henny Saptatia Drajati Nugrahani SS, MA kepada Ketua Yayasan Hamdy Abdullah Musa disaksikan Kepala MI Al Khairiyah Ustadz Syamsuddin Romli, pengurus yayasan dan sejumlah guru di MI Al Khairiyah.
Selain Perguruan Al Khairiyah, bantuan perangkat early warning system juga diserahkan kepada warga RW 07 kelurahan Tegal Parang dan kelurahan Tegal Parang, kecamatan Mampang Prapatan, Jaksel. Penyerahan dua perangkat early warning system tersebut dilakukan di balai RW 07 Kelurahan Tegal Parang oleh Dr Henny Saptatia kepada Sekretaris Kelurahan Jinaldi dan Ketua RW 07 Faried Noor, disaksikan Binmaspol Tegal Parang Mukhlis S, LMK RW 07 Kurtubi dan perwakilan warga.
Dr. Henny Saptatia menjelaskan kegiatan tersebut merupakan implementasi dan luaran dari Hibah Pengabdian Masyarakat 2019 dibawah koordinasi Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia.
“Kami mengusulkan program aksi untuk negeri dengan program yang dikhususkan pada aksi pengurangan risiko bencana,” kata Henny.
Usulan hibah program pengabdian pada masyarakat yang memfokuskan diri pada pembentukan kampung siaga bencana dan sekolah siaga bencana di Jakarta tersebut jelas Henny dilakukan setelah mendapati fakta bahwa banyak masyarakat yang belum memahami bagaimana menghadapi bencana, baik berupa banjir, gempa bumi, kebakaran atau bencana lainnya.
“Padahal memahami risiko bencana menjadi kunci penting untuk mengurangi risiko dari bencana itu sendiri,” jelas Henny.
Diakui, penyuluhan dan sosialisasi cara berlindung dan menyelamatkan diri jika terjadi bencana, terutama yang sangat sering dipraktekan adalah bencana gempa bumi. Selain dilakukan melalui simulasi-simulasi, sosialisasi ini juga dilakukan melalui pembuatan materi audio visual.
Namun demikian, lanjut Henny, ada hal yang lebih essensial dari penanganan bencana yang justeru menjadi kunci penting untuk meminimalisir risiko bencana. Tahap awal dari kesiagaan dalam menghadapi bencana tersebut adalah kesadaran masyarakat sedang terjadinya bencana yang ditandai dengan membunyikan tanda peringatan bencana.
“Kewaspadaan dan reaksi cepat terhadap bunyi peringatan bencana inilah yang sangat penting diperkenalkan dan disimulasikan kepada warga,” lanjut Henny.
Ia mencontohkan bagaimana bencana tsunami di Aceh 15 tahun lalu. Bencana nasional yang menelan korban hingga ratusan ribu jiwa tersebut salah satunya karena tidak adanya perangkat early warning system yang seharusnya menjadi peringatan datangnya bencana.
Henny menambahkan perangkat system peringatan dini tersebut memiliki daya jangkau hingga radius satu kilometer. Kegunaannya tidak hanya untuk peringatan dini bencana banjir, tetapi juga gempa bumi, kebakaran bahkan kasus-kasus kriminal seperti perampokan.
“Dengan daya jangkau hingga radius satu kilometer, kami berharap tidak hanya sekolah yang bisa mengambil manfaatnya tetapi juga warga sekitar sekolah. Apalagi sekolah ini cukup besar dan lokasinya berada di tengah permukiman warga,” jelas Henny.
Selain itu lokasi sekolah yang berada di permukiman warga juga dinilai efektif dalam hal peringatan dini bencana. Peringatan berupa bunyi sirine bisa menjangkau warga di sekitar sekolah.
Demikian pula perangkat sirine yang diserahkan kepada RW 07 Kelurahan Tegal Parang. Pemukiman yang cukup padat tersebut tentu membutuhkan system yang baik dalam hal peringatan dini bencana.
Ketua Yayasan Perguruan Al Khairiyah Hamdy Abdullah Musa menyampaikan terimakasih atas bantuan alat peringatan dini bencana dari Program Magister Program Studi Kajian Wilayah Eropa (PS.KWE) Universitas Indonesia.
“Dengan alat peringatan dini bencana ini, kami bisa memberikan edukasi kepada siswa tentang bencana dan system peringatan dini bencana. Apalagi sekolah ini memiliki siswa yang cukup banyak mulai dari tingkat pra sekolah, MI, MTs hingga MA,” katanya.
Senada juga dikemukakan Sekretaris Kelurahan Tegal Parang Jinaldi. Ia mengatakan bahwa kelurahan Tegal Parang memiliki beberapa titik yang rawan bencana terutama banjir. Dengan permukiman yang cukup padat, kehadiran early warning system diharapkan dapat membantu masyarakat untuk segera mengenali tanda bahaya atau tanda datangnya bencana.
“Kami memang menerima keluhan dari warga tentang kurangnya peringatan atau pemberitahuan jika ada bencana. Dengan alat ini, semoga bisa membantu warga untuk segera menyadari adanya bencana. Karena menyadari tengah terjadi bencana menjadi titik penting dari penanganan bencana,” tandas Jinaldi.