JAKARTA, MENARA62.COM – Ekonomi Indonesia relatif stabil, pasca pilpres dan pileg di kuartal pertama tahun 2024. Walau keramaian tahun politik belum usai menjelang pilkada di kuartal keempat nanti PSI tetap optimis kestabilan ekonomi tetap terjaga.
“Mengacu pada pernyataan Menkeu Sri Mulyani barusan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,17% pada kuartal pertama tahun 2024. Padahal proyeksi yang positif ini dibuat di tengah ketidakpastian global yang meningkat,” kata Andre Vincent Wenas, Ketua DPP PSI dalam keterangan persnya, Sabtu, 27 April 2024.
Ketidak pastian global yang diwarnai perang Rusia-Ukraina yang belum selesai ditambah lagi sekarang ketegangan antara Iran-Israel. Belum lagi soal perdagangan internasional seperti isu tiktok di Amerika Serikat tentu bakal yang mewarnai turbulensi global yang mungkin saja bisa terjadi.
“Tapi kalau kita melihat Purchasing Manager Index (PMI) yang meningkat ke level 54,2 pada Maret lalu. Kemudian konsumsi masyarakat yangtercermin pada Indeks Kepercayaan Konsumen (IPK) yang stabil di angka 123,8. Kemudian tingkat pengeluaran masyarakat yang diukur lewat Mandiri Spending Index (MSI) yang terjaga di level 46,9 maka secara secara umum faktor konsumen boleh dibilang cukup baik.”
Namun perlu diwaspadai peringatan Menkeu Sri Mulyani dimana beberapa faktor juga mengalami koreksi. Baik yang sifatnya koreksi karena musiman seperti Ramadan dan hari raya maupun koreksi yang sifatnya struktural dan jangka Panjang. Walau di kuartal pertama tahun ini proyeksi kita mirip dengan perkiraan Bloomberg yang 5%, atau Nomura yang 5,3% dan proyeksi Goldman Sachs yang di angka 4,9%.
PSI juga mencermati APBN 2024 yang walau masih surplus Rp 8,1 triliun (setara 0,04% terhadap PDB nasional), tapi posisinya menurun dibanding posisi di awal tahun yang surplusnya mencapai Rp 22,8 triliun (setara 0,10% PDB nasional).
Penurunan surplus itu disebabkan karena realisasi pendapatan negara yang menurun, yaitu sebesar Rp 620,01 triliun (setara dengan 22,1% dari target APBN). Dimana angka ini lebih rendah 4,1% dari posisi tahun lalu (year on year).
Sementara di sisi realisasi belanja negara telah mencapai Rp 611,9 triliun, atau setara 18,4% dari APBN. Nilai itu naik 18% dari tahun lalu. Penyebabnya belanja-belanja frontloading seperti belanja keperluan Pemilu.
“Yang penting kita tetap pada trek yang benar, pertumbuhan ekonomi tetap di kisaran 5%, dan situasi politik walau ramai namun berjalan damai. Kita jaga terus etika politik bangsa tentang Persatuan Indonesia, itu yang penting,” pungkas Andre menutup keterangannya.(*)