JAKARTA, MENARA62.COM– Masyarakat miskin perlu mendapatkan akses kesehatan lebih luas. Tetapi dengan jumlah penduduk Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan mencapai 27,76 juta orang per September 2016 lalu, tentu penyediaan akses kesehatan terhadap mereka menjadi tidak mudah.
“Perlu kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat luas, juga pihak swasta untuk menyediakan akses kesehatan lebih baik bagi masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan,” tutur General Manager PTT Exploration and Production Public Company Limited (PTTEP) Titi Thongjen, Sabtu (29/04/2017).
Menurutnya saat ini banyak tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kesehatan masyarakat miskin. Mereka rela hidup di daerah terpencil, atau melakukan pekerjaan tanpa mendapatkan gaji memadai. Mereka juga memiliki ide-ide yang kreatif untuk memberdayakan masyarakat miskin agar hidup lebih sehat dan sejahtera.
“Mereka inilah yang telah berjasa besar, membantu pemerintah untuk membuka akses layanan kesehatan bagi masyarakat miskin,” lanjut Titi.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap tenaga kesehatan yang telah mengabdi bagi kemanusiaan dan kesehatan, PTTEP bekerjasama dengan Dompet Dhuafa tahun ini menggelar seleksi pejuang kesehatan Indonesia. Tiga orang tenaga kesehatan berhak mendapatkan apresiasi pejuang kesehatan Indonesia dari 109 peserta yang ada.
“Nama-nama yang masuk sejak kami buka per 1 Desember 2016 ada 109 orang. Tetapi setelah melalui seleksi panjang, akhirnya hanya tiga orang yang mendapatkan apresiasi dari kami,” lanjut Titi.
Mereka yang terpilih, kata Titi adalah orang-orang yang terbukti mampu memberikan kontribusi nyata untuk masyarakat. Kriteria yang harus mereka penuhi salah satunya adalah durasi program yang dijalankan minimal sudah 4 tahun.
Kriteria lainnya adalah program harus unik, menginspirasi dan kontributif, bersifat orisinil dan tentunya bermanfaat bagi masyarakat.
Salah satu sosok peserta pejuang kesehatan yang mendapatkan apresiasi dari PTTEP adalah Mawarti Arumi. Dokter umum yang berpraktik di Desa Baruga, Kecamatan Uepay Kabupaten Konewa, Sulawesi Tenggara tersebut memiliki klinik bank sampah. Klinik yang berdiri sejak 2010 tersebut kini sudah memiliki 1800 peserta.
Uniknya klinik ini tidak memberlakukan uang untuk membayar jasa dokter. Pasien yang datang cukup membawa sampah organik. Maka dokter Mawarti akan memberikan layanan kesehatan termasuk memberikan obat-obatannya.
Selain mengobati orang sakit, klinik bank sampah ini juga mengadakan penyuluhan kesehatan, penyuluhan hidup bersih dan sehat, hingga home visit untuk para anggota yang kesulitan berobat ke klinik.
“Saya berharap program ini akan bermanfaat bagi mereka yang termarjinalkan. Miskin tidak harus sulit mendapatkan layanan kesehatan,” katanya.
Kompetisi pejuang kesehatan itu sendiri menjadi salah satu rangkaian kegiatan dalam memperingati ulang tahun Gerai Sehat Rorotan ke-2. Gerai Sehat Rorotan adalah klinik pelayanan kesehatan gratis bagi dhuafa yang juga merupakan hasil kerjasama PTTEP dengan Dompet Dhuafa.
Untuk operasionalisasi Gerai Sehat Rorotan ini, PTTEP mengalokasikan anggaran Rp 7 miliar hingga Rp 8 miliar per tahun. Dana tersebut menjadi bagian dari total dana CSR global PTTEP di 11 negara yang mencapai 23 juta dolar AS.