28.4 C
Jakarta

Puisi Kemerdekaan Karya Pemelajar BIPA Asal Mesir Ini Banjir Pujian

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing atau dikenal dengan BIPA yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayan, Riset dan Teknologi melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) berhasil melahirkan generasi pecinta Bahasa Indonesia. Salah satunya Mariam Ashraf, seorang pemelajar BIPA asal Mesir. Perempuan berwajah cantik yang kini sudah mencapai peringkat BIPA tingkat mahir tersebut bahkan mulai mencintai dunia sastra dengan menuliskan puisi dalam bahasa Indonesia.

“Tak hanya menuliskan puisi, Mariam juga piawai dalam membaca puisi karyanya,” ungkap Devi Virhana, pencinta BIPA yang kerap berkolaborasi dengan Mariam, melalui keterangan tertulisnya, Kamis (12/8/2021).

Diakui Devi, Mariam adalah salah satu pemelajar BIPA yang berbakat. Ia tidak hanya memiliki imajinasi yang tinggi dalam mengarang puisi, namun juga menjadi sosok yang cepat belajar, dan memahami makna setiap diksi. Hal ini terbukti pada saat latihan membaca puisi, tidak perlu banyak waktu untuk membuatnya paham menciptakan ekspresi yang begitu dalam.

“Mariam sangat cepat belajar, ketika latihan membaca puisi, kita tidak perlu banyak waktu untuk menjelaskan makna dari setiap diksi, cukup sekali Mariam langsung paham,” tambah Devi.

Diketahui puisi Mariam yang bertema kemerdekaan Indonesia mulai digemari dan dilirik dari unggahan YouTube @Devi Virhana Qomari. Puisi tersebut dibacakan oleh  Devi dan kemudian diunggah ke kanal YouTubenya dengan tujuan mengapresiasi karya tersebut. Siapa sangka, puisi alumnus Universitas Kairo yang pernah menjuarai ajang pemilihan bakat di Mesir tersebut mendapat sorotan menjelang hari kemerdekaan, dan kini ditonton lebih 9000 dalam seminggu. 

Tidak hanya itu, banyak juga yang berkirim pesan pribadi kepada Devi lewat instagramnya, dan mengungkapkan kekagumannya atas puisi karya Mariam. Beberapa di antaranya meminta izin untuk menggunakannya. Alasan mereka untuk menggunakan puisi tersebut cukup beragam, mulai dari keperluan festival baca puisi, tugas sekolah, kebutuhan organisasi, bahkan ada yang meminta izin untuk menjadikan suara latar atau backsound.  

Devi merespons baik permintaan tersebut, dan meminta kepada mereka untuk menyebutkan nama pengarang puisi, yakni Mariam Ashraf ( Pemelajar BIPA asal Mesir). Hal ini bertujuan untuk membantu penyebaran program BIPA di dalam negeri, karena masih banyak yang belum tahu tentang program tersebut.

“Saya sangat senang puisi Mariam mulai digemari, bahkan digemari oleh seseorang yang  jumlah pengikutnya banyak di instagram juga ikut menggunakan puisi tersebut untuk keperluan festival baca puisi anaknya. Alhasil puisi tersebut ditonton lebih 20.000. Ini adalah bentuk apresiasi dan dukungan terhadap Mariam agar lebih bersemangat dalam berkarya, meskipun Ia jauh di Mesir,” ungkap Devi.

Saling mendukung dalam kebaikan 

Mariam mempelajari bahasa Indonesia di Pusat Kebudayaan Indonesia (Puskin) Kairo, mulai dari dasar hingga ke tingkat mahir. Berbekal kemahirannya berbahasa Indonesia, Mariam telah membuka kelas khusus bahasa Amiyah Mesir bagi pelajar Indonesia yang ada di Mesir, dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.

Selain menyukai puisi, Mariam juga berbakat dalam bidang melukis, bercerita, berdrama, dan dia juga suka bernyanyi. Mariam pernah meraih juara satu tingkat internasional pada lomba bercerita dalam Festival Handai yang diadakan oleh Badan Bahasa pada tahun 2020 lalu. Festival tersebut diikuti oleh orang asing dari berbagai negara.

Dilihat dari bidang puisi, sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya Mariam menciptakan puisi dalam bahasa Indonesia. Ada beberapa puisi lain yang pernah dimuat di salah satu media cetak Indonesia, antara lain puisi berjudul “Menanti Waktu Harmonis”, yang bercerita tentang persahabatan, puisi berjudul “ Sepiku”, “Kerinduan”, dan “Kepergian Seorang Ayah”.

Bakat  tersebutlah yang membuat Devi merasa ingin mendukungnya, tidak hanya sebatas teman. Jauh daripada itu mereka seperti saudara yang kerap berkolaborasi dalam kebaikan lainnya. Misalnya, Mariam yang menulis puisi, Devi yang menjadi kurator puisi tersebut. Belajar membaca puisi, bernyanyi, dan  kadang, mereka juga belajar bahasa Arab bersama, dan Mariam yang menjadi guru.

Devi sendiri mengaku bukan dari jurusan bahasa, sastra atau pun seni. Ia adalah lulusan Ilmu Komunikasi yang mencintai dunia sastra dan bidang seni. Berbekal kecintaan itu, Devi turut mendukung pemelajar BIPA lainnya untuk mengembangkan bakat, seperti menyanyi, menulis, membaca puisi, pidato, reporter dan pembawa acara dalam bentuk latihan bersama.

“Saya sangat senang jika ada pemelajar BIPA yang ingin mengembangkan bakatnya, dan saya membuka diri untuk membantu mereka dalam mengembangkan bakat. Hal yang terpenting adalah, mereka tidak hanya pandai berbahasa Indonesia tetapi juga mengasah kemampuan bahasa itu untuk menciptakan karya,” ungkap Devi penuh harap.

Semoga bahasa Indonesia kian diminati sehingga upaya pemerintah untuk meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional semakin cemerlang. Pemelajar tidak hanya mahir berbahasa Indonesia, tetapi juga mampu mengasah bakatnya dalam berbagai bidang dan menciptakan karya.

#BahasaIndonesiaMendunia

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!