25.9 C
Jakarta

Rahman Budiyono: “Jangan Menjadi Guru S3”

Baca Juga:

 

SOLO, MENARA62.COM– “Saat ini ada penyakit S3 yang banyak menjangkiti para guru, yaitu sak sake, sak anane, sak isane“.

Itulah salah satu bagian dari materi kajian rutin guru dan karyawan SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta, yang diisi oleh Ustaz Rahman Budiyono, da’i sekaligus praktisi pendidikan asal Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (21/82021).

Mengawali kajian yang digelar melalui Zoom Meeting tersebut, Ustaz Rahman mengajak peserta untuk merefleksikan kandungan dalam surat Al Muthaffifin ayat 1 sampai 3. Ayat tersebut menggambarkan tentang kecelakaan bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain minta dilebihkan, tetapi apabila menimbang untuk orang lain mereka mengurangi.

Ayat tersebut kemudian dikorelasikan dengan profesi guru atau karyawan dalam institusi sekolah. Ustaz Rahman mengajak kepada guru maupun karyawan agar tidak berlaku curang, yaitu dengan mengurangi hak anak dalam memperoleh pembelajaran maupun hak instansi sekolahan, yaitu dengan perilaku yang melanggar tata tertib, misalnya sering datang terlambat.

“Sudah sering terlambat mengajar, terlambat datang ke sekolahan, tetapi selalu meminta haknya untuk ditepatkan waktunya, inilah contoh perilaku orang-orang yang curang,” ungkapnya diikuti tawa para peserta.

Ustaz Rahman juga mendorong para guru untuk bangga dengan profesinya karena guru adalah profesi yang sangat mulia. Guru mengajarkan ilmu kepada para murid untuk kebaikan hidup di dunia maupun di akhirat.

Untuk menyemangati para guru, Ustaz Rahman menyitir salah satu hadis riwayat Muslim tentang keutamaan mengajarkan ilmu. “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya,”ungkapnya.

“Tidak ada yang dilakukan guru kecuali menunjukkan kepada jalan kebaikan untuk murid-muridnya. Saat murid mengikuti jalan tersebut, maka sang guru akan mendapatkan pahala seperti pahala yang didapatkan oleh muridnya,” kata Ustaz Rahman.

Oleh karena itu, sambungnya, mestinya guru harus menghindari penyakit S3, yaitu sak sake atau semaunya sendiri, sak anane atau seadanya, artinya tidak mau meningkatkan kapasitas keilmuan, kemudian sak isane yang berarti sebisanya dan mudah menyerah dengan keadaan.

Ustaz Rahman juga mengajak para guru untuk meneladani pendidikan gaya Rasulullah Muhammad Saw. Ketika ada salah seorang sahabat bertanya apakah boleh berwudu dengan air laut karena keterbatasan air tawar, Rasulullah menjawab air laut itu suci dan mensucikan serta bangkainya halal.

“Sebagai seorang guru, hadis tersebut memberikan pesan ketika guru menerima pertanyaan dari murid sebaiknya menjelaskan dengan jawaban yang luas dan menambah wawasan. Seperti dicontohkan dalam hadis tersebut, yang ditanyakan sahabat hanya hukum kesucian air laut, tetapi Rasulullah menambahkan pengetahuan tentang kehalalan bangkai binatang yang ada di laut,” imbuhnya.

Di akhir kajian, ustaz Rahman juga mengingatkan kepada para guru untuk ikhlas, jujur, dan selalu belajar untuk meningkatkan profesionalitas keilmuan sebagai bekal mendidik.

“Terimalah murid bagaimanapun keadaannya, karena itu adalah amanah dari Allah dan kita sebagai guru harus ikhlas dalam mendidiknya,” pungkasnya. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!