26.1 C
Jakarta

Ramadan; Al Qur’an dan Lailatul Qadar

Baca Juga:

Oleh : Ace Somantri

 

BANDUNG,MENARA62.COM – Berbicara Ramadan pasti bicara syariat, keimanan, ketaqwaan dan hal lainnya yang menyangkut nilai-nilai keislaman. Namun, dalam faktanya dalam ruang-ruang masjid dan majlis ta’lim banyak ungkapan bahwa Ramadan salah satu syari’at akan kewajiban berpuasa yang termaktib dalam teks nash al Qur’an.

Sungguh sesuatu yang sangat istimewa dan luar biasa bulan Ramadan, pasalnya salah satu muzijat paling istimewa bagi rosulullah Muhammad SAW diberikan kepadanya saat bulan Ramadan. Al Qur’an sebagai sumber peradaban dunia, selain telah memberikan petunjuk kepada umat manusia di muka bumi, juga menjadi pencerah peradaban alam semesta. Kedahsyatan Ramadan, al Qur’an sebagai pencerah peradaban menjadi tanda nyata yang menjadi sesuatu yang bernilai bagi siapapun yang membaca dan memahaminya. Siapapun mereka, ketika mampu membaca dan memahami teks dari rangkaian kata dan kalimatnya secara komprehensif hingga mampu merinci dari satu makna terhadap makna lainnya.

Al Qur’an bukan untuk disimpan seperti benda, melainkan harus dibaca sungguh-sungguh dengan seksama. Dipahami satu huruf ke huruf lain sehingga terangkai sebuah makna yang melahirkan gagasan praktis, menciptakan rumusan-rumusan dengan model dan pola yang ditafsirkan dari ayat-ayat qauliyah dan terwujud menjadi sebuah karya nyata yang berguna manfaat dalam kehidupan duniawi.

Al Qur’an menjadi petunjuk arah bagi manusia hidup di dunia, menjelaskan dari setiap masing-masing arah dan membedakan untuk diklasifikasi sesuai kelompok-kelompoknya dengan segala hal yang berkaiitan tema dan topik pembahasan. Termasuk, kategorisasi pembedaan mana yang salah dan benar, maupun pembeda antara baik dan buruk. Lengkap dan sempurna, al Qur’an adalah perangkat keras dan lunak hidup manusia yang akan menjalani hidup di bumi hingga kematian yang akan datang. Bahkan, kehidupan abadi manusia setelah akhir dari kematian.

Al Qur’an sangat identik dengan lailatul qodar, hal demikian tegas dan jelas termaktub dalam penjelasan Kalam-Nya Q.S ke 97 ayat 1 bahwa sesungguhnya Kami telah nenurunkannya (al Qur’an) pada malam Lailatul Qodar. Dipahami betul oleh umat muslim, malam lailatul qodar merupakan malam dinanti oleh seluruh umat muslim di dunia. Malam tersebut malam istimewa nan mulia, keistimewaan dan kemuliaannya melebihi dari 1000 bulan-bulan biasa lainnya.

Sehingga dalam keyakinan tidak ada pengingkaran dari umat muslim terkait malam tersebut, meyakini sesungguhnya akan kebenaran malam mulia yang penuh berkah, maghfirah dan rahmah. Namun perlu dicatat, rasionalitas kemuliaan harus diungkap secara objektif dengan nalar akal sehat.

Jelas diungkap dalam ayat-Nya bahwa malam lailatul qodar telah diturunkannya al Qur’an yang berfungsi sebagai petunjuk, penjelas dan pembeda. Ternyata benar dan sebenar-benarnya kemuliaan malam tersebut ada histori yang memberi pelajaran dan hikmah kepada manusia akan pentingnya al Qur’an sebagai sumber dari segala sumber aturan hidup manusia di muka bumi.

Hanya di bulan Ramadan ada dan terjadinya malam lailatul qodar, kesempatan brilian bagi umat muslim khususnya untuk benar-benar memanfaatkan untuk merefleksi dibalik turunya al Qur’an. Setelah sempurna al Qur’an diturunkan, dipastikan dan diyakini benar dalam teologis umat muslim di dunia bahwa manusia dan mahluk lainnya akan mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan hidup hingga kematian melainkan hanya dengan al Qur’an.

Maka Ramadan ini dapat dikatakan sebagai syahrul Qur’an, sedikit mencoba merasionalisasikan terkait keutamaan lailatul qodar lebih bernilai dibanding seribu bulan. Makna demikian harus dipahami sebagai filosofi dari nilai histori memiliki simbol, tanda, dan bukti nyata yang dibenarkan oleh Nabiyullah Muhammad SAW bahwa turunnya Al Qur’an sebagai simbol kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan dunia akhirat bagi umat manusia. Hal tersebut akan diraih atau dicapai bagi siapapun yang mampu menjadikan al Qur’an sebagai sarana jalan utama yang dilalui menuju akhir kehidupan dunia dan masuk kehidupan abadi.

Hanya dengan al Qur’an manusia akan selamat dunia hingga akhirat, bahagia dan kebahagiaan, sejahtera dan menyejahterakan lahir bathin semua formulanya ada dalam ayat-ayat al Qur’an. Dipastikan, setiap muslim beriman dengan membenarkan kebenaran al Qur’an sebagai petunjuk, apapun kebutuhan dan keperluannya, harapan dan keinginannya dapat dikabulkan dan terwujud dalam bentuk nyata saat al Qur’an dijadikan sumbernya.

Sangat masuk akal atau rasional, ketika salah satu malam di antara malam-malam di bulan Ramadan dikenal sebagai malam lailatul qadar. Malam tersebut menjadi malam yang memiliki nilai makna yang setara seribu bulan. Dari penjelasan tersebut, dapat kita pahami bahwa malam tersebut telah diturunkan sumber utama keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia. Kita sangat merasakan, saat Ramadan hampir dipastikan kenikmatan dan kebahagiaan umat muslim semua mendapatkannya.

Lailatul Qodar malam seribu bulan, kedahsyatannya tidak dapat dipahami oleh nalar manusia biasa. Hanya sosok orang pilihan Ilahi Rabbi yang mampu merasionalisasikan menjadi sebuah realita kehidupan yang bermakna.Pada momentum lailatul Qodar, alam semesta serta isinya sujud dan tunduk dihadapan-Nya dalam kondisi tak berdaya.

Dengan kilatan cahaya malam lailatul Qodar, bukan makna visual jenis dan bentuk cahaya semata, melainkan datanya informasi petunjuk bagi umat manusia yang akan mampu memberikan penerang jalan keselamatan bagi seluruh cipataan-Nya tanpa kecuali. Tidak ada satupun jenis mahluk-Nya yang dialam semesta mampu menolak akan Kehendak-Nya. Masalah sebesar apapun, jangankan dihadapi oleh pribadi sendiri. Sebesar negara dan bangsa manapun, yang berada di belahan bumi dan bahkan kerajaan yang ada di angkasa sekalipun. Kilatan cahaya malam lailatul Qodar, tidak diketahui oleh manusia siapapun di muka bumi, hanya Dia-lah segalanya mengetahui apa saja yang dikehendaki. Akan tetapi, justru manusia sendiri yang menerima dan merasakan manfaat dan nilai gunanya. Mereka yang menerima adalah manusia yang berpikir waras dan sehat.

Secanggih apapun ilmu pengetahuan dan teknologi, jangan sesekali membandingkan dengan wujud nyata lailatul qodar. Salah besar dan tidak berdasar, jika ada yang mengatakan bahwa “teknologi AI atau kecerdasan buatan lebih canggih tidak kalah canggih dari kecerdasan yang diciptakan Allah SWT”, justru semua yang terjadi dan muncul dalam peradaban dunia dari waktu ke waktu, sebenarnya setiap dihasilkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sumbernya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Peradaban di bumi sejak dari nabi Adam alaihi salam hingga nabi penutup yaitu nabi Muhammad SAW, manusia-manusia pilihan yang berpredikat nabi dan rosul, khalifah rasyidah, tabiin, tabiut taabiin, salafusholih, ulama mujtahid, ilmuwan dan cendikiawan. Mereka semua mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih, dipastikan sumbernya adalah dari ayat-ayat Ilahiyah yang disimbolkan dalam bahasa majazi malam lailatul qodar. Di malam tersebut telah menjadi sumber utama ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang sudah terjadi sebelumnya maupun ilmu pengetahuan dan teknologi terbarukan saat ini hingga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru yang terbarukan di masa depan.

Al Qur’an adalah lailatul Qodar, di mana malam tersebut merupakan malam diturunkannya ayat-ayat kalam Ilahi rabbi. Dari satu huruf dari ribuan ayat-Nya banyak makna yang belum terungkap secara generik, memburu malam seribu bulan harus dijadikan momentum mencari inspirasi. Itikaf dan bertadarus al Qur’an diupayakan menjadi cahaya yang mampu menerangi hati, pikiran akal sehat kita.

Lahirnya ilmu pengetahuan, munculnya peradaban serta berkembangnya teknologi dari generasi ke generasi, dan sering disebut dengan istilah lain oleh ilmuwan kontemporer ‘revolusi industri” yang saat ini dikenal populer revolusi industri 4.0 dan 5.0, adalah hanya bagian serpihan sangat kecil dari kilatan cahaya lailatul qodar. Revolusi industri versi manapun dan generasi berapa pun, semua sumber utamanya dari malam seribu bulan, karena malam tersebut lebih tepatnya sangat identik sebagai “malam cahaya al Qur’an” yang akan menjadi inspirasi, dan menjadi sumber utama peradaban masyarakat dunia. Wallahu’alam

 

Bandung, 25 Maret 2025

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!