29.9 C
Jakarta

Ramadan Bulan Petunjuk Umat Manusia

Baca Juga:

Oleh : Ace Somantri

BANDUNG,MENARA62.COM – Marhaban yaa Ramadan, kesucian-Mu bagian dari catatan sejarah yang tak akan terhapus. KesucianMu simbol ke-Agungan-Mu dalam memberi spirit dan motivasi kepada kami sebagai manusia. Umat muslim bahagia dan gembira setiap menjelang dan menghadapi bulan suci tersebut, hal demikian menjadi salah satu ciri dan bukti bahwa Ramadan adalah bulan yang dinanti. Bahkan, saat masa Nabi Muhammad SAW, beliau saat masih hidup senantiasa terlihat sangat sedih setiap menjelang berakhirnya bulan. Kerinduan bertemu bulan Ramadan sesuatu yang menjadi bagian hidup penuh makna dan arti yang tiada terhitung nilainya. Pun, begitu kebahagiaan dan kegembiraan saat masuk bulan suci Ramadan, suasana tak terhitung nilai kebahagiaannya. Sehingga saking bahagia, segala apapun yang ditentukan menjadi sebuah kewajiban, maupun yang dianjurkan untuk melaksanakannya senantiasa ditunaikan dengan sepenuh hati.

Marhaban yaa Ramadan, kedatanganmu menjadi spirit dan motivasi kuat kepada kami akan sebuah nilai yang tak terhingga. Sejarah kedatanganmu memberi ibroh atau pelajaran kepada umat manusia sangat “super duper” sehingga di bulanmu menjadikan manusia berpikir sehat dan mampu membuat alam semesta dapat terbangun sebuah.peradaban dunia. Rosulullah sebagai pembawa risalah, sangat wajar selalu bahagia saat menjelang datangnya Ramadan dan senantiasa sedih saat meninggalkannya. Ada hal yang sangat istimewa di bulan tersebut, yaitu peristiwa yang luar biasa dan dahsyat. Sehingga kedahsyatan membuat Rosulullah gemetar, menggigil hingga terkesima saat merasakan dalam kejadian tersebut menimpa dirinya. Ternyata peristiwa tersebut menjadi detik, menit, jam, hari, pekan dan bulan istimewa karena apa yang diterima merupakan mujizat dari Allah SWT yang diberikan kepada baginda Muhammad Rosulullah SAW, yang dikenal dan populer dalam khazanah Islam sebagai Wahyu Ilahi Robbi.

Artinya, di bulan suci Ramadan sehingga menjadi bulan istimewa penuh berkah, rahmah dan maghfiroh dikarenakan pada bulan, pekan, hari, jam, menit dan detik tersebut ada peristiwa turunya Wahyu Allah SWT yang diberikan kepada Rosul-Nya, yang berfungsi sebagai petunjuk umat manusia, penjelas dari segala hal yang menjadi petunjuk dan sekaligus menjadi pembeda di antara petunjuk-petunjuk yang membedakan antara haq dan bathil atau salah dan benar, baik dan buruk serta hal lainnya. Wahyu Ilahi Robbi telah menjadi bukti nyata tak terbantahkan, “shodaqta-shodaqta yaa Rosulullah” begitu ungkapan keyakinan kita akan kebenaran sebenar-benarnya. Petunjuk tersebut pertama kali diturunkan, ternyata merupakan sebuah petunjuk yang sangat-sangat inspiratif, rasional dan objektif yang.luar bisa. Kata Iqra, sebuah kata kunci pembuka pintu pembangunan peradaban dunia. Sekaligus menjadi simbol dunia, siapapun mereka yang mampu beriqra atau membaca maka akan melihat dan merasakan dunia hingga mengusainya.

Setiap manusia yang berakal sehat, dan berpikir logis akan memiliki maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut tidak mungkin muncul begitu saja, melainkan harus ada sesuatu yang mengarahkan akal pikiran menjadi petunjuknya. Di bulan Ramadan, benar-benar dijadikan momentum memperbaiki niat dan tujuan kita dalam menghadapi hidup dan kehudupan di dunia. Allah SWT melalui wahyu-Nya telah menurunkan kepada Nabi-Nya, untuk disampaikan secara utuh dan komprehensif kepada umatnya. Hal itu semua bentuk Maha kasih dan sayang Allah Ta’ala terhadap Nabi Muhammad SAW dan umatnya agar selamat dunia dan akhirat. Sehingga kebahagiaan menyambut Ramdan dan kesedihan saat meninggalkanya, karena selain ada peristiwa penerimaan Wahyu-Nya, melainkan juga pada momentum tersebut ada nilai-nilai ajaran kemanusiaan akan Maha kasih dan sayang-Nya terhadap diri dan umatnya. Sehingga bulan suci Ramadan, menjadi bulan tidak sekedar semata-mata petunjuk, melainkan dibalik itu semua adalah bentuk Kasih dan Sayang Allah SWT yang mengajarkan manusia agar memiliki sifat kasih sayang, dalam bentuk sikap simpati dan empati pada sesama.

Bulan Suci Ramadan, bulan segala petunjuk apapun bagi umat manusia yang hidup di dunia hingga akhirat. Petunjuk-Nya tidak sekedar arah panah melainkan dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan yang rinci hingga berlaku sepanjang masa. Bahkan, petunjuk dan penjelasannya tidak kaku dan rigid melainkan karakteristinya sangat fleksibel. Al Qur’an nama istilah populer yang dikenal dalam khazanah literasi keilmuan, mutlak adanya tanpa ada keraguan sedikit pun dalam isi dan makna terkandung. Artinya, bulan Ramadan adalah bulan al Qur’an yang menjadi petunjuk umat manusia. Simbol dari petunjuk tersebut sesuatu yang menginpirasi setiap generasi manusia, isi dan makna yang terkandung mampu menyelesaikan berbagai persoalan manusia kapanpun dan di manapun keberadaannya. Tidak ada satu huruf, satu kata dan satu kalimat pun dalam ayat-ayat-Nya berhenti dan buntu dalam dinamika alam semesta. Justru, dinamika dunia memiliki eksistensi karena keberadaan petunjuk yang ditaati dan diikuti oleh manusia dan mahluk lain yang diciptakan.

Ramadan syahru al Qur’an, harus dijadikan momentum bertadarus yang berkemajuan dan memajukan. Tadarus, tradisi yang berjalan selama ini dinamikanya hampir dipastikan pada umumnya sekedar membaca secara tekstual. Sementara saat Nabi Muhammad SAW menerimanya, tidak berhenti dalam bacaan teks, melainkan menjelmakan dalam karya nyata yang mampu mengubah keadaan manusia. Seharusnya, saat inipun bagi umat muslim yang berakal dan berpikir sehat, tadarusnya benar-benar setelah membaca secara tekstual selanjutnya membaca kontekstual mengungkap isi dan makna dibalik setiap ayat yang dibacanya. Tidak ada satupun segala hal niat, maksud dan tujuan kebaikan dan juga permasalahan yang dihadapi manusia, melainkan pasti ada petunjuk, solusi dan jalan keluarnya yang termaktub atau tertulis dalam ayat-Nya, atau termaktub dalam ayat-ayat kauniyah-Nya baik yang muncul dihadapan manusia dan alam semesta lainnya, maupun yang tidak nampak di permukaan.

Semoga kita semua menghadapi dan menjalani segala hal yang diwajibkan dapat mampu menunaikan dengan tulus dan ikhlas, begitupun bertadarus al Qur’an tidak dari ayat-ayat yang dibaca benar-benar memberi hidayah dan inayah yang memberi inspirasi, spirit dan motivasi kuat sehingga mampu membawa diri kita berguna dan bermanfaat yang dapat dirasakan oleh kita sendiri dan kepada orang lain. Kita berupaya mensucikan jjiwa dan raga, agar apa yang diperbuat dan dikerjakan sehingga tidak berangkat dari kondisi kotor, baik kotor fisik jasadi maupun kotor psikis bathini. Jika semua dalam bersih dan suci, maka segala hal yang diperbuat saat dibulan suci Ramadhan dapat melahirkan dan mendatangkan petunjuk yang benar-benar mencerahkan pikiran, akal dan hati kita semua. Insyaallah, bermula dari kesucian dan kebersihan tersebut membuahkan hasil yang dihendaki, tentunya atas ridlo Allah subhanahu wata’ala. Wallahi’alam. Marhaban Ya Ramadhan

اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ
وَالإِسْلاَمِ رَبِّى وَرَبُّكَ اللَّهُ

“Ya Allah mohon hadirkan awal Ramadhan kepada kami dengan penuh ketentraman dan dengan penuh kekuatan iman. Sehat dan selamat, dan dengan kekuatan Islam. Lakukan ini karena Tuhanku, dan Tuhanmu juga, ” HR. AT Tirmidzi No.3254. Aamiin.

Bandung, 28 Februari 2025 M

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!