JAKARTA, MENARA62.COM – Industri ritel memiliki kontribusi signifikan bagi perekonomian Indonesia yakni sebagai pendukung utama konsumsi masyarakat. Dimana pertumbuhan pasar ritel memberikan dampak positif pada stabilitas harga, nilai tambah dan keuntungan bagi semua stakeholder baik konsumen, pedagang maupun produsen.
Melihat penting dan strategisnya industry ritel, Yongky Susilo, Consumer Behavior Expert menilai pentingnya membangun ekosistem ritel yang berkepanjangan. Terutama terkait perubagan lansekap industry akibat disruption teknologi digital.
“Kita perlu membangun daya saing dan daya pikat terhadap persaingan dengan ritel regional dan global sehingga pada 2050 nanti kita bisa menjadi Negara dengan perekonomia kelima terbesar dunia,” kata Yongky pada talkshow bertema Industri Ritel Indonesia di Era Disrupsi yang digelar dalam rangka perayaan anniversary ke-15 Majalah MIX MarComm dan peluncuran kembali komunitas pembaca #MIXMarcommunity, Kamis (28/3/2019).
Yongky juga menekankan pentingnya regulator berupa rambu-rambu untuk menciptakan ekosistem ritel yang sehat dan adil bagi seluruh pemangku kepentingan. Dengan demikian setiap format ritel baik hypermarket, supermarket, minimarket, took kelontong, warung, rombong rokok dan ritel online dapat berevolusi dan tetap survive pada era disruption ini.
Menurut Yongky, model bisnis para peritel sangat menentukan daya adaptasi mereka untuk berevolusi menghadapi disruption. Model bisnis ritel adalah menjual untuk mencari untung.
“Dan untuk mencari untung diperlukan kreativitas untuk menawarkan kemudahan dan pemenuhan bagi emosi dan loyalitas konsumen,” tambahnya.
Ia mengingatkan bahwa fenomena perang harga yang dilakukan oleh pedagang atau para peritel hanya akan membawa sengsara.
Sementara itu Teddy Arifianto, Head of Corporate Communication & Public Affairs JD.ID mengatakan mengakui bahwa dalam 1 hingga 2 tahun terakhir ini terjadi pergeseran perilaku konsumen dimana e-commerce (ritel online) menjadi katalisatornya.
“Di JD.ID kami menyebutnya sebagai boundry less retail yang berarti konsumen menginginkan pengalaman seem-less atau tidak membedakan antara online dan offline. Karena persinggungan antar platform ini pada hakikatnya adalah dilakukan untuk meningkarkan pengalaman di konsumen itu sendiri saat berbelanja,” katanya.
Teddy menekankan bahwa peran inovasi teknologi yang berorientasi pada konsumen (consumer-driven-technology) menjadi salah satu kunci penting untuk menghadapi perkembangan industry ritel masa depan.