JAKARTA, MENARA62.COM – Di tengah pandemi Covid-19, perusahaan penjaminan berbasis syariah PT. Penjaminan Jamkrindo Syariah (JamSyar) merayakan miladnya yang ke-6. Ini adalah milad terberat yang dilalui JamSyar sepanjang beroperasi sejak tahun 2014 akibat resesi yang melanda hampir semua sektor industri di Tanah Air.
Meski dalam situasi ekonomi nasional yang berat, JamSyar tetap mampu menunjukkan perkembangan bisnis yang positif sebagaimana 5 tahun sudah dilalui. Kondisi ini tercermin dari berbagai indikator seperti pertumbuhan asset, ekuitas, laba, volume penjaminan, jumlah terjamin hingga jaringan kantor yang mengalami peningkatan secara signifikan.
“Alhamdulillah, dari awal berdiri, asset Jamsyar terus tumbuh. Demikian juga permodalan, kita terus bertambah, baik modal yang berasal dari penanaman saham maupun dari cadangan laba,” kata Direktur Utama PT. Penjaminan Jamkrindo Syariah, Gatot Suprabowo pada temu media yang digelar secara virtual, pertengahan September 2020.
Gatot menjelaskan rata-rata pertumbuhan aset dan ekuitas Jamsyar dari tahun 2015 hingga 2019 adalah sebesar 39,06% dan 23,66% per tahun. Sedangkan rata-rata pertumbuhan volume penjaminan adalah 64,76% per tahun. Dari penjaminan tersebut, jumlah terjamin yang dijamin adalah sebanyak 1,38 juta terjamin.
Selama periode tersebut, total laba yang dibukukan oleh JamSyar adalah sebesar Rp83,86 miliar dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 57,27%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan JamSyar sejak tahun pendirian hingga tahun 2017, berada dalam kondisi Sehat, bahkan pada 2 tahun terakhir berkondisi Sangat Sehat.
Menurut Gatot, peningkatan jumlah terjamin yang dijamin oleh JamSyar dari tahun ke tahun menjadi bukti bahwa peran JamSyar cukup besar dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. Di samping itu, dengan peningkatan jumlah terjamin dapat membantu perkembangan usaha dari terjamin sehingga berpengaruh positif terhadap peningkatan lapangan kerja baru dan meningkatkan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
“Pertumbuhan bisnis yang sangat cepat tersebut, tetap dilakukan oleh JamSyar dengan mempertimbangkan aspek kehati-hatian,” lanjutnya.
Selain berbagai pencapaian bisnis, pada usia yang ke-6, JamSyar telah memiliki gedung sendiri di Jalan Letjen Soeprapto Jakarta Pusat. Gedung baru yang kini sedang direnovasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan brand image JamSyar.
Kinerja yang istimewa tersebut diakui Gatot tak lepas dari peran jasa dan loyalitas semua pihak, mitra kerja, nasabah dan juga karyawan. Loyalitas yang dibangun sebagai fondasi bisnis menjadi kunci dari perjalanan bisnis JamSyar hingga sekarang. Loyalitas merupakan manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki, mendukung, mendapatkan rasa aman, serta membangun keterikatan dan menciptakan sebuah emotional attachment.
Loyalitas tersebut dibangun melalui berbagai upaya seperti kepuasan atau satisfaction mitra kerja, ikatan emosi atau emotional bonding mitra kerja, kepercayaan atau trust mitra kerja, kemudahan atau choice reduction and habit, serta pengalaman dengan perusahaan atau history with company.
Strategi bisnis Jamsyar
JamSyar yang merupakan anak perusahaan dari Perum Jamkrindo memiliki beberapa produk penjaminan syariah yaitu kontra bank garansi, surety bond, customs bond, kafalah pembiayaan invoice, kafalah pembiayaan umum, kafalah pembiayaan mikro, kafalah pembiayaan kontruksi dan pengadaan barang/jasa, kafalah pembiayaan pemilikan rumah, kafalah KPR sejahtera FLPP, kafalah distribusi barang, kafalah KUR iB, dan kafalah pembiayaan multiguna.
Dari sekian banyak produk penjaminan, Gatot mengakui bahwa mayoritas debitur JamSyar merupakan para pelaku usaha yang belum bankable, tetapi memiliki permasalahan dalam hal peminjaman modal usaha dan sebagainya.
“Calon debitur yang semula dinilai belum bankable, dengan adanya jaminan syariah menjadi bankable sehingga mereka dapat menerima fasilitas pembiayaan untuk mendukung pengembangan usahanya,” jelas Gatot.
Lebih lanjut, Gatot mengatakan perkembangan bisnis yang terus menunjukkan trend positif tersebut tidak lantas membuat JamSyar berpuas diri. Berbagai strategi dan inovasi bisnis terus dilakukan agar JamSyar dapat terus bertumbuh. Strategi bisnis yang telah dilakukan JamSyar dan akan terus dikembangkan adalah, pertama, JamSyar terus memperluas jaringan pemasaran dan penambahan mitra penerima jaminan untuk produk penjaminan eksisting.
Jaringan pemasaran diperluas dengan meningkatkan status Kantor Unit Pelayanan (KUP) menjadi Kantor Cabang, membuka Kantor Unit Pelayanan baru, dan Kantor Pemasaran (KP) serta membuka Kantor Cabang Utama (KCU) di Jakarta.
“Peningkatan status KUP menjadi kantor cabang diharapkan dapat mempercepat proses penjaminan di wilayah tersebut, sedangkan pembukaan KUP dan KP baru diharapkan dapat mendukung perluasan wilayah pasar sasaran,” tukas Gatot.
Kedua, JamSyar menambah jumlah produk yang ditawarkan. Di tahun 2020, produk baru tersebut di antaranya penjaminan LC (Letter of Credit) dan SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negri). Penjaminan tersebut ditujukan untuk mendukung kegiatan perdagangan baik dalam maupun luar negri, sehingga peran JamSyar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi menjadi semakin besar.
Produk lainnya adalah penjaminan pembiayaan Fintech atau yang lebih dikenal dengan nama Peer to Peer Lending. Hal ini sejalan dengan berkembangnya teknologi di bidang pembiayaan, di mana potensi pertumbuhan bisnis baru ini dipandang cukup potensial.
Dengan tambahan produk baru tersebut, maka komposisi portofolio penjaminan semakin bertambah banyak, dan diharapkan risiko portofolio semakin terdiversifikasi. Dengan adanya efek korelasi, maka risiko secara portofolio juga akan menjadi lebih kecil, sehingga rasio klaim menurun.
Ketiga, pemanfaatan teknologi. Sejak awal tahun 2020, JamSyar lanjut Gatot, telah menetapkan kebijakan peningkatan profitabilitas melalui perkuatan teknologi informasi dan sumber daya manusia (SDM) unggul. Pemanfaatan internet yang semula baru dilakukan untuk produk Penjaminan FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) dan Penjaminan KUR iB (Kredit Usaha Rakyat Syariah), mulai tahun 2020, diperluas pada produk penjaminan lainnya.
Selain itu, JamSyar juga mengembangkan aplikasi e-klaim. Aplikasi e-klaim yang diintegrasikan dengan aplikasi penjaminan memungkinkan mitra penerima jaminan untuk lebih mudah dalam mengajukan klaim penjaminan.
“Dari sisi internal, untuk mendukung peningkatan TI tersebut, maka JamSyar juga memperkuat data center dan infrastruktur jaringan,” tambah Gatot.
Peningkatan TI juga dilakukan untuk meningkatkan efisiensi proses di support system. Pengembangan aplikasi untuk support system yang dilakukan di tahun 2020 meliputi pengembangan aplikasi pengelolaan dokumen, aplikasi pengelolaan asset dan inventaris perusahaan, serta aplikasi pengadaan barang/jasa berbasis online (e-procurement).
Dengan tiga aplikasi tersebut Gatot berharap dokumen dapat terkelola dengan baik sehingga memudahkan proses kegiatan perusahaan, asset perusahaan dapat termonitor dengan baik, dan proses pengadaan menjadi lebih transparan dan efektif sehingga diperoleh barang atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan dengan harga yang relative lebih murah.
Di samping tiga aplikasi tersebut, JamSyar juga mengembangkan aplikasi investasi sehingga investasi dapat dievaluasi dengan lebih mudah. Dengan demikian maka pengelolaan investasi dapat menjadi lebih baik, dan dapat meningkatkan yield of investment.
Keempat, strategi bisnis yang berkaitan dengan Sumber daya manusia (SDM)). Gatot menilai keberhasilan bisnis JamSyar tidak terlepas dari ketersediaan SDM yang berkualitas dan mumpuni. Karena itu penguatan pengelolaan SDM menjadi strategi bisnis yang tidak bisa diabaikan.
“Untuk itu, JamSyar mengembangkan aplikasi penggajian, pelatihan dan penilaian kinerja. Dengan pengembangan aplikasi tersebut, maka proses penggajian menjadi lebih cepat dan akurat. Dengan aplikasi pelatihan dan penilaian maka talent perusahaan dapat terdata dengan baik, sehingga proses pengambilan keputusan terkait dengan pengembangan dan mutasi maupun promosi dapat dilakukan dengan lebih obyektif dan lebih tepat,” tutur Gatot.
Selain itu JamSyar juga melakukan kegiatan Diklat untuk pengembangan knowledge, skill dan attitude, baik hard competency maupun soft competency, serta melakukan sertifikasi untuk beberapa bidang yang penting, antara lain tenaga ahli penjaminan, manajemen risiko, audit internal, IT, Human Resource, hukum, pengadaan barang dan jasa.
Dengan program-program tersebut, diharapkan kualitas dan loyalitas SDM akan meningkat sehingga tercipta SDM unggul yang mampu meningkatkan daya saing perusahaan guna mendukung pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan.
Kelima, membentuk struktur organisasi baru untuk meningkatkan kualitas layanan bagi seluruh stakeholder JamSyar. Dalam struktur organisasi baru tersebut, terdapat beberapa perubahan penting, yaitu adanya unit kerja baru berupa Divisi Penunjang Bisnis, Bagian Jaringan dan Layanan Pengaduan, serta adanya pemisahan fungsi manajemen risiko dari Direktorat Operasional.
“Perubahan tersebut diharapkan pengembangan bisnis dan tata kelola dalam proses penjaminan semakin baik,” jelasnya.
Untuk mendukung perubahan struktur organisasi dan penambahan jaringan layanan, maka JamSyar melakukan penambahan jumlah SDM.
Lima strategis bisnis yang diterapkan tersebut diharapkan akan membuat JamSyar terus bertumbuh, tetap eksis dan survive dalam situasi apapun.
Hingga saat ini JamSyar telah bekerjasama dengan 55 mitra kerja yang terdiri dari Bank Syariah, Unit Usaha Perbankan Syariah, Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Koperasi Syariah, Perusahaan Pembiayaan Syariah, Asuransi Syariah, dan lembaga lainnya.
Adapun jaringan layanan JamSyar saat ini berjumlah 14 kantor yaitu 8 Kantor Cabang dan 6 Kantor Unit Pelayanan yang tersebar di beberapa kota di Indonesia yang melayani seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun ini, JamSyar meningkatkan Kantor Unit Pelayanan menjadi Kantor Cabang dengan pertimbangan pertumbuhan bisnis yang makin menggembirakan. Tiga kantor tersebut adalah KUP Lampung, Mataram dan Balikpapan.
Selama tahun 2019 dan 2020, JamSyar berhasil mendapatkan 12 penghargaan di bidang Marketing, Finance, Good Corporate Governance (GCG), Risk Management & Compliance, Human Capital Management, Corporate Communication, dan Corporate Social Responsibility (CSR) dari Economic Review. Di tahun yang sama, JamSyar mendapat penghargaan dalam acara Revolusi Mental Award 2019 dan Brand Strategy Terbaik Corporate Branding Anak Perusahaan BUMN yang diselenggarakan oleh BUMN Track.
Selain itu JamSyar juga mendapat penghargaan dengan predikat prestisius sebagai Institusi Keuangan Syariah versi Infobank 2019 dengan rating “Sangat Bagus”.
Survive di tengah pandemi
Gatot mengakui di era pandemi Covid-19, semua industri tidak terkecuali industri penjaminan JamSyar mengalami masa-masa sulit. Meski demikian, JamSyar terus bergerak, terus berjuang dan terus bekerja dengan cara yang cerdas agar masa sulit seperti sekarang ini bisa dilalui dengan baik. Termasuk melakukan adaptasi berbagai strategi bisnis perusahaan.
“Adaptasi kami segera lakukan untuk dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19. Terutama adaptasi dengan kebiasaan baru, termasuk pemanfaatan teknologi dalam pelaksanaan transaksi serta berbagai kemudahan lainnya,” kata Gatot.
Dan kerja keras tersebut membuat JamSyar mampu melewati masa sulit selama pandemi Covid-19 telah lebih dari enam bulan berlangsung. JamSyar mampu membuktikan diri menjadi perusahaan yang survive dan eksis. Ini dibuktikan dengan pertumbuhan asset dan ekuitas yang cukup signifikan.
Pada posisi per 31 Agustus 2020, total aset JamSyar adalah sebesar Rp1,252 triliun atau tumbuh secara YoY sebesar 18,22%. Sedangkan ekuitas JamSyar di posisi yang sama adalah sebesar Rp658,43 miliar atau tumbuh secara YoY sebesar 18,06%.
“Pertumbuhan aset dan ekuitas tersebut disebabkan oleh pertumbuhan bisnis dan penambahan modal seiring dengan meningkatnya kepercayaan pemegang saham,” tambah Gatot.
Dari sisi bisnis, pada posisi yang sama, volume penjaminan JamSyar adalah sebesar Rp20,86 triliun atau tumbuh sebesar 15,57% dari posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan laba yang diperoleh selama bulan Januari hingga 31 Agustus 2020, adalah sebesar Rp20,87 miliar menurun sedikit dibanding periode yang sama tahun 2019 yakni sebesar Rp23 miliar.
Gatot mengakui pendapatan yang berhasil dibukukan selama tahun 2020 ini dibanding posisi yang sama 2019 masih tumbuh. Pada Agustus 2020 Jamsyar memperoleh pendapatan penjaminan Rp159 miliar, naik 8 persen dibanding bulan yang sama tahun 2019 yang hanya memperoleh Rp146 miliar.
“Ini menunjukkan bahwa dalam kondisi pandemi, kita masih tumbuh 8 persen dibanding tahun sebelumnya. Usaha kita bisa bertumbuh, meski beban penjaminan juga tumbuh luar biasa, seiring beban yang meningkat di tengah pandemi,” tukas Gatot.
Untuk mengimbangi berkurangnya pendapatan dan peningkatan beban klaim, maka JamSyar melakukan efisiensi biaya, berupa beban operasional, beban umum dan beban administrasi. Tindakan efiesiensi biaya tersebut dapat menurunkan biaya operasional, beban umum dan administrasi menjadi 34,5 persen selama pandemi Covid-19 dari 41,8 persenpada era sebelum pandemi Covid-19. Efisiensi biaya ini dilakukan antara lain dalam bentuk berkurangnya perjalanan dinas dan ini berdampak cukup signifikan terhadap laba yang diperoleh JamSyar.
Dengan upaya tersebut, diharapkan laba tahun berjalan mencapai Rp40 miliar dari target semula sebesar Rp53 milliar (75,47 persen). Meskipun menurun dari target, namun laba tersebut tetap tumbuh dibandingkan dengan tahun lalu, yaitu sebesar Rp 36,5 miliar atau tumbuh sebesar 9,59 persen.
Terlibat Program PEN
Ekonomi bergerak karena ada 2 kekuatan, permintaan (demand) dan penawaran (supply), juga konsumsi dan produksi. Namun, pandemi Covid-19 cukup memukul keras ekonomi Indonesia pada 2 sisi itu. Pembatasan sosial telah berdampak pada berhentinya aktivitas ekonomi dan turunnya kinerja ekonomi.
Karena itu, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan menyiapkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk memulihkan ekonomi Indonesia. Total anggaran yang disiapkan pemerintah untuk mendukung program PEN senilai Rp695,3 triliun.
Program PEN tersebut melibatkan BUMN dan anak usahanya, termasuk JamSyar. Program PEN ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan program pemerintah untuk mengurangi dampak Covid-19 terhadap perekonomian.
Dalam program PEN, Gatot mengatakan bahwa JamSyar dipercaya untuk ikut serta dalam Program Penjaminan Pembiayaan Modal Kerja Syariah. Penjaminan pembiayaan JamSyar telah diberikan kepada 129.084 terjamin pada 10 bank syariah penyalur pembiayaan PEN dengan nilai pembiayaan rata-rata Rp4,5 juta.
“Sejak 27 Juli 2020 hingga hari ini, JamSyar telah bekerja sama dengan 10 bank penyalur dan telah menjamin 129.084 UMKM dengan volume penjaminan pada program PEN secara nasional total sebesar Rp591,39 miliar,” kata Gatot.
Adapun 10 bank syariah penyalur pembiayaan PEN di antaranya BRI Syariah, Mandiri Syariah, BNI Syariah, BTN Syariah, Bank Jatim Syariah, BTPN Syariah, Maybank Syariah, Bank Jateng Syariah, Bank NTB Syariah, dan Bank Aceh Syariah.
Bank-bank tersebut memiliki sejumlah keuntungan dengan dijaminkannya pembiayaan modal kerja oleh Jamsyar. Seperti bank bisa mengoptimalkan CAR, karena ATMR yang dijamin dihitung hanya 20%.
Kemudian bisa meningkatkan loyalitas dari nasabahnya, serta turut berkontribusi mendukung pemulihan ekonomi. “Risiko pembiayaan lebih terukur dan pricing lebih kompetitif atau lebih rendah untuk customer,” kata Gatot
Penjaminan pembiayaan modal kerja PEN itu sendiri memiliki plafon sebesar Rp10 miliar dengan jangka waktu maksimal selama 3 tahun. Tipe penjaminan dibagi menjadi dua yakni conditional automatic cover (CAC) dengan maksimal penjaminan sebesar Rp 1 miliar dan tipe case by case (CBC) dari Rp1 miliar sampai Rp 10 miliar. Penjaminan yang menjadi bagian dari program PEN itu akan ditutup pada 30 November 2021.
“Pelaksanaan penjaminan modal kerja PEN imbal jasa kafalah dibayarkan pemerintah. Risiko kerugian yang dijaminkan 80% dari tunggakan pembayaran saat melakukan klaim, dengan status pembiayaan itu masuk pada kolektibilitas 4,” imbuh Gatot.
Program pembiayaan PEN sendiri memiliki tujuan melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku UMKM sektor riil. Hal itu menjadi penting saat situasi krisis akibat pandemi Covid-19.
Tujuan yang sama juga dihadirkan penjaminan pembiayaan PEN guna meningkatkan kemampuan sektor jasa keuangan dalam menjalankan usahanya. Dalam pelayanannya, lanjut Gatot, JamSyar turut melakukan digitalisasi aplikasi penjaminan. Hal itu dilakukan agar memudahkan proses penjaminan. Dengan sistem yang telah terintegarasi tersebut sangat dimemungkinkan mitra dengan mudah dan real time melakukan proses permohonan hingga klaim secara digital.
Menurut Gatot, pada masa pandemi, peran penjaminan dipandang sangat efektif dalam pemulihan ekonomi nasional. Karena itu JamSyar akan terus berupaya memberikan pelayanan yang baik dan prima kepada seluruh mitra kerja JamSyar.
“Selama masa pandemi, peran penjaminan dipandang sangat efektif dalam pemulihan ekonomi nasional,” kata Gatot.
Selain terlibat dalam program PEN, JamSyar juga berupaya maksimal membantu masyarakat yang mengalami kesulitan di masa pandemi ini. Beberapa aksi sosial yang dilakukan JamSyar adalah pemberian 1.200 paket sembako yang telah dilakukan pada awal April 2020, bantuan sembako ke 60 yayasan atau lembaga sosial di wilayah kantor JamSyar, antara lain Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara Barat, hingga pulau Sulawesi pada bulan Ramadhan senilai total Rp249.240.000.
“Santunan JamSyar bersumber dari donasi karyawan dan zakat perusahaan. Selama masa Covid-19, Jamsyar tetap memberikan layanan penjaminan bagi customer. Hal ini karena adanya dukungan IT sehingga proses bisnis tetap dapat berjalan lancar,” ungkap Direktur Keuangan, SDM & Umum, Endang Sri Winarni.
Selain bantuan sembako, JamSyar juga memberikan bantuan alat kesehatan berupa pemberian masker dan hand sanitizer.
Di luar aksi sosial selama pandemi Covid-19, Jamsyar menggandeng beberapa lembaga zakat nasional, juga secara rutin menyalurkan zakat perusahaan ke kaum dhuafa, anak yatim dan sejumlah yayasan. Zakat ini diambil sebesar 2,5 persen dari laba tahunan perusahaan. Juga menyalurkan hewan kurban ke sejumlah wilayah pada setiap perayaan Iduladha.
JamSyar akan terus berinovasi
Meski sudah meraih berbagai pencapaian bisnis, JamSyar kata Gatot, ke depan akan tetap melakukan berbagai inovasi dan strategi bisnis. Tujuannya untuk beradaptasi dengan perubahan zaman, mendorong pertumbuhan bisnis, relevansi produk dengan kebutuhan pasar serta memberi ciri khas dibanding perusahaan sejenis lainnya. Apalagi di tengah pesatnya perkembangan teknologi ditambah adanya pandemi Covid-19, inovasi menjadi sangat vital agar perusahaan tidak mudah tergerus zaman.
Inovasi dan strategi bisnis ini penting mengingat JamSyar bukanlah satu-satunya pemain industri penjaminan syariah di Indonesia. Ada banyak perusahaan penjaminan yang membidik pasar yang sama yakni penduduk muslim. Jumlah penduduk muslim di Indonesia menurut data BPS pada 2019 memang sangat besar mencapai 207 juta lebih. Tetapi dengan literasi keuangan syariah yang saat ini masih rendah, yakni 8,93% tentu bukan hal mudah untuk menggiring mereka memanfaatkan produk-produk keuangan syariah. Karena itu, kuncinya adalah pada inovasi dan strategi bisnis.
Selamat milad ke-6, semoga makin banyak masyarakat yang memetik manfaat dari kehadiran JamSyar….(inung m kurniawati)