YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah bersama dengan Pusat Studi Muhammadiyah menyelenggarakan acara refleksi 2 tahun pandemi Covid-19, Selasa (28/12) secara online.
Acara ini menghadirkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sebagai pembicara kunci dan nara sumber lain yaitu Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendi, Ketua MCCC PP Muhammadiyah Agus Samsudin. Kemudian Sunyoto Usman, Guru Besar Politik Islam Ilmu Politik UMY dan Ferry Irawan, asisten Deputy Moneter dan sektor Eksternal Kemenko Ekonomi.
Haedar Nashir melihat pandemi Covid-19 dari 3 sudut aspek yaitu agama, kesehatan dan sosial ekonomi. Dari aspek agama, saat itu menurut Haedar tidak mudah untuk menegosiasikan pandangan keagamaannya di tengah tuntutan musibah atau darurat musibah.
“Tarik menarik mengenai bagaimana kita mencoba dengan adaptasi baru beribadah di rumah itu memerlukan proses yang panjang. Sampai sampai ada yang mengklaim atau juga beranggapan bahwa Muhammadiyah cenderung terlalu rasional,” kata Haedar.
Dia menambahkan agama harus menjadi solusi dalam kehidupan manusia, agama itu hadir untuk keselamatan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia. “Kita berharap di 2022 itu agama tidak lagi menjadi titik pertengkaran, titik perdebatan. Agama harus menjadi jalan terang, agama menjadi suluh dan agama menjadi jalan pemecahan dari berbagai kerumitan hidup,” imbuhnya.
Dari aspek kesehatan, Haedar Nashir mengatakan sistem kesehatan nasional kita memang harus terintegrasi secara keseluruhan termasuk meletakkan rumah sakit, para tenaga kesehatan, dan sebagainya dalam satu bagian integral dari kehidupan masyarakat.
Secara sosial ekonomi, bangsa kita menurut Haedar mempunyai modal sosial hebat yaitu kerelawanan kemudian kegotong royongan namun kita tidak cukup tangguh kalau kita tidak mengkapitalisasi modal sosial tersebut menjadi sistem kolektif yang juga harus direvitalisasi.
“Isu gotong royong jangan terus menjadi pekik pidato para elit, tetapi harus menjadi proses transformasi sosial yang harus kita tanamkan,” pungkasnya.
Agus Samsudin menyoroti bagaimana Muhammadiyah bisa menjalankan koordinasi komando secara organisasi dalam satu payung. “Kita bisa melihat disini, seluruh majelis terlibat. Kita mampu membentuk MCCC di 32 wilayah, kita bisa mengerahkan totalitas ortom dan amal usaha yang semuanya bergerak dalam satu komando. Ini menjadi pengalaman luar biasa bagaimana Muhammadiyah bekerja secara lintas majelis,” kata Agus.
Yang tidak kalah penting menurut Agus Samsudin adalah bagaimana rumah sakit rumah sakit Muhammadiyah di seluruh Indonesia itu juga melayani dengan baik. Menurutnya itu adalah sebuah pengalaman yang dahsyat karena pada awalnya semua tidak siap, tetapi toh pada akhirnya rumah semua bisa melayani dengan baik.
Untuk vaksinasi, Agus menyampaikan Muhammadiyah sudah memvaksin lebih dari 650 ribu orang yang menurutnya bisa menjadi satu kontribusi vaksinasi terbesar dari organisasi kemasyarakatan. Semua itu menurutnya tidak lepas dari dukungan banyak pihak baik di dalam maupun luar negeri.
Muhadjir Effendi dalam kesempatan tersebut mengapresiasi peran Muhammadiyah dalam penanganan Covid-19 di Indonesia. “Atas nama pemerintah, saya mengucapkan banyak terima kasih atas seluruh dedikasi, pengorbanan dari seluruh kekuatan jajaran Muhammadiyah dalam ikut menangani, menyelesaikan berbagai persoalan mulai dari Covid-19 itu sendiri sampai jaring pengaman sosial yang juga dari pemulihan sektor ekonomi,” katanya.
Muhammadiyah menurut Muhadjir Effendi mempunyai dua komponen strategis yaitu sebagai gerakan sosial keagamaan dan peranan perguruan tinggi sebagai kelompok akademik yang ikut ambil bagian dalam berbagai upaya penanganan Covid-19.
Sementara Ferry Irawan memaparkan dampak Covid-19 terhadap perekonomian dan mengapresiasi kontribusi Muhammadiyah dengan pemberdayaan ekonominya. Pembicara terakhir, Sunyoto Usman mengatakan pemerintah memang sudah bisa membuat Covid-19 landai, secara makro itu menggembirakan.
Namun, secara mikro menurut Sunyoto kita tidak boleh menutup mata masih banyak problem. Berbagai persoalan riil yang dihadapi masyarakat akibat pandemi seperti contohnya para pedagang kecil yang tutup usahanya karena sepi pembeli, perguruan tinggi swasta yang banyak mahasiswanya yang terdaftar menurun. (*)