JAKARTA, MENARA62.COM– Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Syaeful Bakhri meminta agar para sarjana tidak cepat puas diri. Jika diibaratkan pisau, maka sesungguhnya jenjang pendidikan sarjana (strata 1) baru setingkat pisau silet.
“Seperti halnya pisau silet yang tajam tapi mudah patah, itulah gambaran ketika seseorang baru menyelesaikan pendidikan strata satu,” kata Rektor di sela wisuda Pascasarjana ke-35, sarjana ke-66 dan Diploma, Sabtu (15/04/2017). Total sarjana yang diwisuda tercatat 1.168 orang.
Karena itu untuk mencapai kematangan keilmuwan disarankan untuk terus melanjutkan pendidikannya ke level berikutnya. Pada level strata 2, maka seseorang bisa diibaratkan sebagai pisau belati. Tingkat keilmuannya sudah bisa digunakan untuk memoting hal-hal yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
“Saat ini Anda masih sekedar memegang pisau silat, maka bersiaplah untuk tidak puas,” lanjut Rektor.
Diakui setiap tahun, UMJ selalu mewisuda sarjana rata-rata 1.200 hingga 1.500 orang. Para alumni tersebut selanjut menyebar ke berbagai instansi dan sektor, ada yang menjadi kaum eksekutif, yudikatif maupun lgislatif. Dengan demikian, maka peran UMJ sesungguhnya amat besar untuk menjadi inspirasi bagi kehidupan intelektual di negeri ini.
Sementara itu Ketua Umum PP Muhammadiyah Haidar Nasir mengatakan UMJ adalah universitas Muhammadiyah tertua dan berada dipusat ibukota. Karena itu perannya perlu diperkuat terus untuk menghasilkan lulusan yang berkarakter religius, cerdas, mandiri dan berilmu.
UMJ lanjut Haidar perlu terus membuka jaringan baik dengan pemerintah maupun sektor swasta. Sehingga para lulusan UMJ bisa tertampung dalam dunia kerja atas dasar kompetensi yang sehat dan profesional.
Ketua Badan Pengelola Harian (BPH) UMJ Din Syamsudin menekankan bahwa UMJ perlu bangkit dengan slogan memberdayakan dan mencerahkan untuk bisa bersaing tidak hanya dilingkungan Muhammadiyah tetapi juga dunia luar bahkan internasional.
“Mari semua wisudawan menjadi anak panah gerakan pencerah Muhammadiyah. Bukan sekadar mencari pekerjaan tetapi bagaimana menciptakan pekerjaan sehingga memberikan manfaat bagi banyak orang,” tandasnya.