SOLO, MENARA62.COM – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong budaya riset di kalangan mahasiswa. Hal ini terlihat dari pertemuan antara Rektor UMS, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum., dengan jajaran DPD IMM Jawa Tengah yang digelar di Ruang Rektor lantai 6 Gedung Induk Siti Walidah, Rabu (9/12).
Pertemuan tersebut berlangsung hangat dan produktif dengan dihadiri pula oleh Wakil Rektor III UMS yang membidangi Persyarikatan dan Organisasi Otonom Muhammadiyah. Dalam diskusi tersebut, kedua pihak membahas sejumlah program strategis yang bertujuan meningkatkan kualitas mahasiswa, terutama kader IMM di Jawa Tengah.
Salah satu fokus utama dalam pembahasan yaitu Program Akademi Riset. Gerakan ini digagas DPD IMM Jawa Tengah untuk menumbuhkan ekosistem riset di kalangan mahasiswa. Rektor UMS menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap inisiatif tersebut.
“Mahasiswa, terutama kader IMM, harus terus melakukan riset yang inovatif dan berdampak kepada masyarakat. Program seperti Akademi Riset sangat penting dan harus diperkuat,” tegas ulang Harun, Rabu (10/12).
UMS juga memberikan dukungan dana riset kepada DPD IMM Jawa Tengah untuk dikelola secara profesional. Ia berharap kualitas dan output Akademi Riset akan terus meningkat sehingga UMS dapat memperluas dukungan, baik dari segi pendanaan riset maupun pengembangan program lainnya.
Tidak hanya dukungan pendanaan, UMS juga memberikan kesempatan bagi IMM Jawa Tengah untuk menjaring mahasiswa yang potensial agar dapat tembus publikasi kampus (Scopus-ready/terindeks) serta mengikuti berbagai program riset. Seluruh pembiayaan akan difasilitasi oleh UMS.
“Ini peluang yang sangat baik bagi kader IMM untuk menggali potensi, mencari masalah, dan menyelesaikannya secara akademik,” tegas Harun.
Ketua Bidang Ristek DPD IMM Jawa Tengah, Jundi Abdulloh, S.Sos., menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat dan komitmen UMS. “Alhamdulillah, kita disambut baik oleh Pak Rektor dan Pak WR III. Semoga kerja sama ini terus bergulir dengan baik,” ujar Jundi.
Ia menjelaskan bahwa Akademi Riset hadir sebagai ikhtiar untuk menghidupkan ekosistem riset kader IMM se-Jawa Tengah.
Menurutnya, kegiatan aktivisme harus berjalan selaras dengan kegiatan akademik dua hal yang selama ini masih kerap dianggap terpisah.
“Aktivisme IMM dan tugas akademik ibarat jiwa dan raga. Keduanya saling melengkapi sebagai identitas IMM dalam pengabdian pada ranah keilmuan dan kemasyarakatan,” imbuhnya.
Melalui kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, terutama Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) di Jawa Tengah, IMM berharap kader memperoleh akses riset yang lebih mudah dan relevan dengan kebutuhan masing-masing.
Jundi menegaskan bahwa Akademi Riset merupakan langkah awal dalam membangun kultur riset yang kuat dan berkelanjutan.
Pertemuan antara UMS dan IMM Jawa Tengah ini diharapkan menjadi pijakan awal untuk penguatan kolaborasi riset mahasiswa Muhammadiyah di Jawa Tengah, sekaligus memperkuat peran IMM sebagai organisasi kader keilmuan yang berkemajuan. (*)
