32.5 C
Jakarta

Renjana dan Fasilitas Membantu Sineas Pemula untuk Berkarya

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Sutradara muda pemenang Piala Citra untuk kategori Film Cerita Pendek Terbaik FFI 2019, Wregas Bhanuteja, mengungkapkan bahwa renjana (passion) dipadu dengan fasilitas yang makin terjangkau saat ini sangat membantu sineas-sineas pemula untuk berkarya. Karena itu sineas pemula harus terus mencoba dan pantang putus asa dalam berkarya.

“Jika kita jatuh, bangkit lagi. Jatuh bangkit lagi. Selalu,” pesannya di sela ajang FFI 2019, Ahad malam (8/12/2019).

Dalam siaran persnya, sutradara film pendek terbaik FFI 2019 tersebut meyakini bahwa kekuatan sebuah film terletak pada ceritanya. Maka, ia berpesan kepada para sineas muda untuk serius menyiapkan cerita.

“Langkah pertama tentu saja adalah membuat cerita. Jadi, soul dari sebuah film adalah cerita,” kata sutradara film “Tak Ada Yang Gila di Kota Ini”.

“Luangkan waktu yang cukup, waktu yang banyak untuk riset, untuk kemudian merenung, untuk kemudian mencari referensi, dan kemudian membentuk suatu cerita yang bagus. Ketika suatu cerita yang bagus mau dibentuk seperti apa, nanti bisa fleksibel,” imbuh Wregas.

Penulis naskah pemenang Piala Citra FFI 2019, Gina S. Noer, berpesan kepada sineas pemula untuk selalu bekerja keras, terus memperdalam keterampilan, dan terus belajar. “Pembuatan film yang baik akan terus membuat kita merasa selalu kurang dan kita harus terus belajar,” ujarnya.

Menurut Gina, sebuah naskah film yang baik ditandai dengan rasa kepemilikan oleh semua pihak yang terlibat di dalam produksi film. Naskah yang baik bukan milik penulis skenarionya saja, tetapi milik semua orang yang terlibat dalam produksi film.

“Penting sekali untuk semua orang yang terlibat di dalam pembuatan film itu merasa memiliki,” kata penulis naskah sekaligus sutradara Dua Garis Biru ini.

“Saya sebagai penulis skenario, saya sebagai sutradara, saya sebagai produser itu banyak mendengarkan. Film adalah sebuah kerja kolaborasi. Film adalah kerja sama. Itu yang gak boleh hilang,” imbuh Gina.

Bagi aktor terbaik FFI 2019, Muhammad Khan, dunia seni peran memberikannya pelajaran hidup yang sangat penting.

“Tugas saya sebagai seorang aktor adalah saya harus bisa melihat manusia itu dari berbagai sisi. Dari situ saya gak boleh ngejudge orang. Itulah tujuan mulia ilmu keaktoran. Belajar memanusiakan manusia,” kata anak pertama dari empat bersaudara ini.

“Ketika peran itu penting untuk disuarakan, saya mau,” kata Muhammad Khan tegas.

Aktor lulusan Institus Seni (ISI) Yogyakarta ini berterima kasih atas dukungan orang tuanya dalam memilih jalan hidup dan pilihan karir. Diakuinya, tidak semua sineas muda atau pemula mendapatkan pemahaman apalagi dukungan dari orang tua masing-masing. Namun, dengan menujukkan kesungguhan dan keteguhan hati, maka diharapkan dapat membuka pintu restu dari orang tua.

“Untuk generasi muda, jangan pernah takut untuk mengambil risiko dalam hidup. Selalu percaya dengan diri kamu sendiri. Dan selalu konsekuen dengan pilihan yang diambil, harus berani bertanggung jawab,” pesan Khan.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!