27.2 C
Jakarta

Reuni 212 Muhammadiyah Taiwan

Baca Juga:

TAIPEI, TAIWAN, MENARA62.COM — Reuni 212 Muhammadiyah Taiwan. Muhammadiyah Taiwan mempertemukan dua cucu tokoh besar gerakan Islam di Indonesia. Dr Gunawan Budiyanto, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang merupakan cucu tokoh besar Ki Bagus Hadikusumo bertemu cucu Buya Hamka yakni Ahmad Syauqy PhD (c) yang juga merupakan Ketua Pimpinan Cabang Isitimewa Muhammadiyah Taiwan.

Reuni cucu tokoh besar Islam Indonesia ini merupakan bagian dari Acara upgrading Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) Taiwan ini juga dihadiri oleh Noordjanah Djohantini Ketua PP Aisyiyah, Prof Dr Syamsul Anwar Ketua BPH UMY, Gus Bachtiar Dosen UMY, dan Yordan Gunawan KUI UMY.

Rektor UMY ini memaparkan strategi kepemimpinan Muhammadiyah merupakan gaya kepemimpinan yang berkemajuan dengan menekankan pada pengentasan kemiskinan. Menurutnya, tafsir Al-Maun dalam pendekatan Muhammadiyah tidak hanya dimaknai dalam sektor ekonomi, tetapi Muhammadiyah juga memaknai kemisikinan dalam hal literasi.

“Termasuk kemiskinan terhadap informasi dan berita hoax, menjadi interpretasi baru yang perlu dipahami oleh metode kepemimpinan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Taiwan,” ujarnya.

Rektor UMY yang akrab disapa Pak Gun juga menjelaskan empat pilar gerakan Muhammadiyah pasca muktamar Makassar. Pilar Pendidikan, kesehatan, Hukum, dan Ekonomi.

“Sehingga banyak kalangan dan ahli yang kagum dengan Muhammadiyah movement ini. Hal ini pula yang membuat Muhammadiyah menjadi unik dan berbeda dengan organisasi lain,” ujarnya.

Di perspektif lain, Pak Gun juga memaparkan tentang Politik Muhammadiyah merupakan politik untuk mencapai tujuan mulia. “Politik jangan hanya dimaknai sebagai perebutan kekuasaan,” ujarnya.

Menurutnya, Muhammadiyah sebagai bottom-up institution akan menjadi idealitas organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Kekuatan aset dana amal usaha menjadi kekuatan besar Muhammadiyah, sebagai sebuah “gerakan senyap” untuk berdakwah dan memberi kepada komunitas. Itu sebabnya, teori organisasi modern sudah saat nya direvisi dengan karya nyata Muhammadiyah.

Indonesia sebagai Darul Ahdi Wa Asyahadah merupakan bukti totalitas dan kemurnian Muhammadiyah dalam memfinalisasikan Pancasila dan Keindonesiaan. “Pancasilais adalah mereka masih bertahan untuk trauma healing di Lombok. Pancasilais adalah mereka yang masih bertahan untuk memajukan kesehatan Indonesia dalam klinik Apung Sahid Tuhulele”, ujar Pak Gun.

Ia menawarkan gagasan perubahan peta dakwah Muhammadiyah di era digital 4.0. Menurutnya, adanya disrupsi tatanan sosial masyarakat saat ini, mengharuskan Muhammadiyah untuk menata ulang peta dakwah. Pesatnya perkembangan teknologi mengakibatkan rasa simpati dan empati sosial yang terdisrupsi oleh social media.

Ia menjelaskan, dinamika sosial politik Indonesia saat ini semakin keras, dan disaat bersamaan menjadi starting point perubahan tatanan sosial di Indonesia.

“Atas dasar itu sudah saatnya Muhammadiyah memikirkan bagaimana perlindungan hukum bagi kalangan masyarakat level akar rumput,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan, bahwa gagasan ini menjadi spirit UMY sebagai bagian dari masyarakat Yogyakarta yang ramah santun.

Penulis: Ardian

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!