31.7 C
Jakarta

“Revitalisasi PPP, Dari Gontor Menuju Ancol”

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Sejumlah tokoh muslim berkumpul dalam sebuah diskusi politik bertajuk “Urgensi Perubahan dan Revitalisasi PPP sebagai Kekuatan Politik Umat” di Jakarta Selatan, Kamis (19/9). Forum ini menghadirkan mantan Duta Besar dan cucu pendiri Pondok Modern Gontor, Prof. Dr. Husnan Bey Fananie; mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. M. Din Syamsuddin; pakar politik LIPI Prof. Dr. R. Siti Zuhro; serta akademisi dan pengamat politik Chusnul Mariyah, Ph.D.

Diskusi berlangsung hangat. Hampir semua narasumber menyoroti kondisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang dinilai memprihatinkan. Dukungan elektoral partai berlambang Ka’bah itu terus merosot, bahkan dalam beberapa survei elektabilitasnya hanya bertahan di kisaran 4 persen.

“PPP perlu dibangunkan dari tidur panjangnya. Saya siap mewakafkan diri untuk PPP,” kata Husnan Bey Fananie lantang, disambut tepuk tangan hadirin. Ia mengumumkan niatnya maju sebagai calon ketua umum PPP pada Muktamar yang dijadwalkan berlangsung akhir September 2025 di Ancol, Jakarta.

Husnan memaparkan rencananya membenahi partai dari hulu ke hilir. “Revitalisasi struktur organisasi, modernisasi manajemen partai, dan memperkuat koalisi strategis nasional akan menjadi agenda utama saya. Targetnya jelas: memenangkan Pemilu 2029,” ujarnya.

Dalam diskusi itu, Siti Zuhro menyoroti persoalan gaya kepemimpinan elite Islam. Menurutnya, para pemimpin Islam cenderung eksklusif dan elitis. “Harus lebih rendah hati dan murah senyum. Ini politik, bukan mimbar khutbah. Kegagalan membaca realitas politik membuat umat kesulitan mengidentifikasi ideologi partai Islam dibanding partai nasional,” ujarnya.

Chusnul Mariyah mendorong adanya evaluasi menyeluruh terhadap struktur dan kultur partai. Ia menekankan pentingnya memperkuat kualitas kepemimpinan (leadership) agar partai mampu memulihkan wibawanya di mata publik.

Sementara itu, Din Syamsuddin mengusulkan perlunya pembahasan serius mengenai kemungkinan penyatuan kekuatan politik umat. “Kalau perlu ada satu partai Islam tunggal yang benar-benar menjadi perekat” katanya.

Diskusi diakhiri dengan seruan agar muktamar nanti menjadi momentum pembaruan. “PPP bukan sekadar partai warisan, tetapi harus menjadi partai harapan,” pungkasnya. (MSN)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!