26.2 C
Jakarta

Risalah Pencerahan dalam Konteks Keumatan dan Kebangsaan

Baca Juga:

Oleh: Ketua Umum PP Muhammadiyah
Dr. H. Haedar Nashir, M.Si.

Kita angkat tema risalah pencerahan sebagai tindaklanjut dari tanwir. Agar pemikiran tanwir tidak hanya jadi teks yang indah tapi menjadi komitmen dan dilaksanakan dalam Persyarikatan Muhammadiyah dan peran kebangsaan dan peran global.

Kita sudah lama memperkenalkan istilah pencerahan. Ini sudh menjadi gugusan pemikiran, dan menjadi perspektif pemikiran Muhammadiyah, bahkan ajdi tema muktamar di Malang 2005 dan 2010, jadi pernuataan gerakan Muhammadiyah abad ke-2. Jadi kata pencerahaan ini menjadi matarantai dari berkemajuannya gerakan Muhammadiyah dari abad pertama.

Dalam rentang 1 abad kita bergelut dengan isu kemajuan. Ini asli pemikiran Ahmad Dahlan. Kata ini menggelinding, 38 dilanjutkan oleh KH. Mas Mansur. Kemudian terkandung dalam 12 langkah Muhammadiyah. Jadi pemikiran-pemikiran Muhammadiyah ini sangat sistematis. Ada juga 5 pemikiran Muhammadiyah tahun 54-55. Tahun 68 lahir MKCH, tahun 78 lahir khittah. Kemudian lahir pedoman hidup Muhammadiyah, 2010 lahir pernyataan abad kedua, kemudian yang terbaru ialah pemikiran tentang Darul Ahdi Wasyahadah. Dan pada tahun 46 ada Muqodimah AD.

Pikiran-pikiran Muhammadiyah ini tercatat dalam beberapa risalah. Ada pidato resmi Ahmad Dahlan tentang tali pengikat Hidup. Ada juga 17 pokok ajaran Ahmad Dahlan. Ada juga pokok ajaran Alquran, ada jg ajaran al asr sekitar 7 bulan. Ada juga ajaran tentang akal pikiran murni. Di sana juga ada pemikiran kemajuan dan pemimpin kemajuan. Ini pemikiran-pemikiran fundamental dalam gerakan Muhammadiyah.

Khazanah ini sangat jarang terungkap. Akhir-akhir ini kemudian digali lagi dan disistematisasi. Pada zaman Syafii Maarif maka digelindingkan kata Pencerahan. Ini adalah khazanah Muhammadiyah yaitu tentang Tanwir yang dikodivikasi tahun 1935 yang dimulai sidang tanwir tahun 1935 di Banjarmasin. Ini pikiran asli Muhammadiyah.

Kata tanwir diambil dari kata nuur, yaitu cahaya (memantulkan cahaya). Makna Naaro mengeluarkan terang dan energi. Makna arro’yu yaitu akal pikiran. Dimensi cahaya yang autentik dan menghidupi juga akal yang membuat kehidupan yang remang-remang menjadi terang benderang. Inilah yang kita ambil menjadi kata pencerahan.

Jadi Tanwir setidaknya memiliki 5 unsur esesnsial. 1. Dimensi keyakinan, yaitu tauhid yang mencerahkan. Maka dalam bermuhammadiyah dan berislam maka tauhid menjadi asas. Tauhid bukan hanya keilahiahan tetapi juga kemanusiaan. Bahkan Tauhid juga berbicara tentang alam semesta. Orang yang bertauhid maka tidak akan emlakukan penindasan kepada sesamanya. Orang bertauhid tidak akan merasa paling hebat dari yg lain.

2. Elemen keadaban (al akhlak kariim). Akhlak sebagai wilayah etik dalam kehidupan ini dalam berbangsa dan negara. Bukan hanya akhlak individual tetapi juga kesalehan sosial. Orang Muhammadiyah melakukan sesuatu selalu ikhlas, tidak pura-pura. Membangun keadaban itu dengab etika. Termasuk dalam politik kebangsaan, maka harus jadi uswah hasanah. Dalam kondisi panas maka kita harus jadi pendingin.

3. Dimensi iqro. Iqro melahirkan gerakan pemikiran dan ilmu. Di Muhammadiyah punya bayani, burhani, dan irfani. Ini adalah konstruksi keilmuan yang harus dikembangkan Muhammadiyah. Orang Muhammadiyah harus pro terhadap pengembangan ilmu. Muhammadiyah harus mengembangkan budaya iqro sehingga selalu melakukan nalar kritis.

4. Elemen kemajuan (alhadoroh). Islam pencerahan itu islam berkemajuan. Muhammadiyah bukan hanya retorika dan diksi, tetapi juga dibuktikan dalam gerakan. Kehadiran Muhammadiyah telah menerobos banyak kemajuan di tanah air dalam berbagai hal, baik pendidikan, hizbul wathan, gerakan perempuan dan lain-lain. Karya-karya kemajuan Muhammadiyah bagian dari risalah kemajuan. Semua amal usahan Muhammadiyah harus berkemajuan.

5. Dimensi kerahmatan. Islam itu rahmatan lil alamin, memberikan kemaslahan untuk siapa saja, dan itu sudah kita praktekkan. Gerakan itu dilakukan Muhammadiyah sampai ke pelosok-pelosok dan beragama yang berbeda. Muhammadiyah tidak mengedepankan slogan-slogan, tetapi langsung terjun. Inilah peran Muhammadiyah. Kalau hanya memberikan label-labek itu sangat mudah sekali, tetapi yang begitu bisa jadi meretakkan ukhuwan. Maka mubalig Muhammadiyah harus lebih dari mubalig lain baik dari ilmu dan akhlak. Falam urusan politik, Muhammadiyah harus bion, melampaui semua praktik-praktik praktis yang ada. Semua warga Muhammadiyah harus menghadapi dinamika politik dengan cerdas.

Saya berharap semua warga Muhammadiyah membaca 10 sifat Muhammadiyah. Agar kita paham garis Muhammadiyah secara benar. Muhammadiyah bukan individu tetapi jamiyah yang di dalamnya ada sistem.

Dalam konteks berbangsa dan bernegara, dengan risalah tanwir, maka ada cara yaitu baik dalam dakwah atau perjuangan Muhammadiyah melakukan revitalisasi dari cara keras konfrontatif menjadi pendekatan moderat orientasi solusi dan mencerdaskan. Pendekatan yang moderat dan mencair itu harus jadi alternatif dalam menyelesaikan masalah kebangsaan.

Kalau teologi ini yang kita bangun maka kita akan tumaninah dan dalam kondisi tenang. Jadi, kita terus berjuang di Muhammadiyah membawa risalah, tanpa pamrih, semuanya karena Allah.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!