27.8 C
Jakarta

Riset Untuk Bahan Farmasi Harus Terus Didorong

Baca Juga:

SURABAYA –  Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan saat ini sekitar 92 persen bahan farmasi Indonesia masih harus impor. Karena itu diperlukan riset agar impor bahan farmasi bisa diminimalisir.

“Kita bisa manfaatkan kekayaan alam dan biodiversitas yang melimpah ruah di Indonesia,” kata Nasir saat membuka acara Bromo Conference : Symposium On Natural Products & Biodiversity, di gedung Rektorat Kampus Universitas Airlangga (Unair), Rabu (11/7).

Menurut Nasir Indonesia harus mengembangkan terus riset produk alami dan biodiversitas sehingga tidak hanya berhenti menjadi penelitian di perpustakaan.

“Saya berharap dengan seminar ini dapat dihasilkan inovasi baru atau produk baru yang dapat menangani beberapa masalah di bidang farmasi. Saya ingin Unair juga berperan penting lahirkan inovasi baru di bidang itu,” ujar Nasir.

Menurut Rektor Unair Nasih,  konferensi ini penting karena berfokus pada produk nasional yang dibuat dari bahan-bahan alami dan biodiversitas, karena Indonesia kaya akan biodiversitas dan bahan dari alam yang bila diolah dapat hasilkan produk melawan berbagai penyakit. Unair menurutnya melalui lembaga penyakit tropis sudah berkontribusi dengan melakukan riset di bidang penanggulangan malaria dan HIV-AIDS dengan menggunakan bahan-bahan alami.

“Riset harus semakin kuat dan berdampak baik pada masyarakat. Konferensi ini untuk memperkuat produk alami dan memperdalam riset biodiversitas di Indonesia dengan mengundang para peneliti internasional dalam bidang tersebut,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Unair juga lakukan penandatanganan MoU dengan Konimex dalam bidang pendidikan dan riset.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!