SAMARA, Menara62.com– Rusia semakin bersemangat, membuktikan negara mereka bukan sekadar “negara pasar” insdustri teknologi. Mereka meningkatkan posisi tawar, dan memasang “kuda-kuda” dalam industri modern ini.
Mulai Juli 2020, Rusia akan efektif melarang produsen ponsel pintar asing menjual produknya di Rusia, jika tidak memenuhi syarat tertentu. Syarat itu adalah mengharuskan semua produsen ponsel pintar menginstal aplikasi-aplikasi legal buatan Rusia, sebagai aplikasi bawaan.
The Moscow Times, media independen Rusia melaporkan, bahwa pemerintah saat ini sedang membuat daftar aplikasi yang harus ditanam di ponsel pintar, jika hendak dijual di Rusia. Aplikasi tersebut antara lain aplikasi mesin pencari, navigasi, penerjemah bahasa, dan sebagainya.
Selain pada ponsel pintar, aturan ini akan diterapkan juga pada komputer, dan TV pintar. Meskipun, aturan baru ini nantinya diutamakan pada ponsel pintar.
Pemerintah Rusia berpendapat, bahwa aturan ini adalah bukti nyata perlindungan kepada konsumen Rusia. Juga untuk melawan persaingan yang tidak sehat dalam industri teknologi yang dimainkan “Negara Barat”.
Oleg Nikolayef, salah satu legislator yang ikut membuat aturan ini mengatakan, “Konsumen ponsel pintar Rusia saat ini mungkin ada yang belum menyadari, pentingnya kita melindungi produk negeri kita sendiri. Banyak kok, produk kita yang mampu mengungguli bukan menjadi alternatif dari produk dengan fungsi serupa yang ‘Negara Barat’ buat”.
Aturan baru ini, jelas mengundang kegemparan di pasar ponsel pintar Rusia. Dikarenakan denda yang serius mengancam, jika pemain asing melanggar aturan ini. Meduza News melaporkan, hukuman denda 200.000 Rubel, atau senilai 3100 USD tiap produknya, menanti pemain asing yang membandel.
Produsen ponsel pintar Apple, adalah yang paling keras bereaksi. Seorang sumber dari perusahaan tersebut, mengatakan pada Komersant News, bahwa “Memaksakan mandat memasang aplikasi dari pihak ketiga sama saja menabrak ideologi perusahaan. Dan mengancam keamanan pengguna. Lebih baik kami keluar secepatnya dari pasar Rusia”.
Kapan Indonesia Mau Belajar
Kebijakan baru Rusia ini adalah bukti nyata, keberpihakan pemerintah pada produk dalam negeri. Pada hal ini Rusia sangat jelas memandang masalah persaingan usaha di bidang teknologi, bukan sekadar dari pendekatan ekonomi, tapi juga ketahanan negara.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, sejak awal jelas dengan slogan Keep It Russian, dan serius membuktikan slogan itu bukan sekadar slogan. Beliau tidak membiarkan, negara sebesar Rusia hanya menjadi pasar dari produk asing.
Rusia bisa saja menarik pajak atau cukai yang tinggi dari barang industri teknologi. Bahkan kemungkinan akan kehilangan investasi jika tetap keras kepala menerapkan aturan ini. Tapi, kebijakan keras ini menguntungkan insan kreatif negeri sendiri. Juga memompa potensi bangsanya, untuk tidak tertinggal dari “Negara Barat”, rival abadi mereka.
Negara jelas hadir, bukan sekadar memberi tepuk tangan. Tapi juga mendukung, membiayai, bahkan melindungi anak-anak bangsanya untuk berkarya, dan bersaing dalam sektor industrinya.
Besar sekali harapan, Indonesia bisa juga belajar dari cara Rusia ini. Atas nama melindungi anak bangsa dari persaingan yang tidak adil dalam permainan ekonomi, negara berani pasang badan. Bahkan siap kehilangan investasi.
Tapi sepertinya, perlu waktu untuk melihat hal tersebut terwujud di Indonesia. Negeri yang haus investasi, dan butuh Dollar untuk memindahkan ibukota. Jangankan melindungi produk anak negeri, AMDAL yang sangat vital bagi perlindungan lingkunganpun, mesti ditebas jika menghalangi investasi. Apalagi investasi berbasis Dollar, (Baca : Investasi Asing).