PACITAN, MENARA62.COM– Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Kabupaten Pacitan pada Selasa malam (14/09), menggelar sarasehan potensi gempa megathrust dan tsunami selatan Jawa di Aula Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pacitan.
Menggandeng Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan, sarasehan ini mengusung tema “Potensi Bencana Megathrust, Antara Menakut-Nakuti dan Kesiapan Mengurangi Resikonya.”
Hadir dalam acara tersebut, Kepala Pelaksana BPBD Pacitan Didik Alih Wibowo dan narasumber Diannita Agustinawati, Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan. Turut hadir sejumlah komunitas relawan kebencanaan di Pacitan antara lain Maharesigana Pacitan, Karang Taruna, KNPI, Sar MTA, LPBI-NU, Senkom LDII, Rapi, Orari dan KARINA.
Baru-baru ini BMKG melakukan rilis simulasi gempa di zona Megathrust yang berpotensi memicu tsunami.
Berdasarkan hasil penelitian, pantai-pantai di Pacitan memiliki potensi tsunami setinggi 28 meter dengan estimasi waktu tiba sekitar 29 menit. Adapun tinggi genangan di darat berkisar sekitar 15-16 meter dengan potensi jarak genangan mencapai 4 – 6 kilometer dari bibir pantai.
Berdasarkan pertimbangan itulah Ketua MDMC Pacitan, Agus Hadi Prabowo berinisiatif menggandeng BPBD Pacitan untuk melakukan sarasehan ke sejumlah elemen relawan kebencanaan di Pacitan.
“Tujuan kami menggandeng BPBD Pacitan melakukan kegiatan ini salah satunya adalah untuk menyamakan persepsi relawan dan sekaligus meluruskan pemahaman masyarakat yang berkembang selama ini bahwa Pacitan benar-benar akan terjadi tsunami,” ungkap Agus.
Sementara itu di tempat yang sama, Kepala Pelaksana BPBD Pacitan Didik Alih Wibowo mengajak seluruh masyarakat dan berbagai pihak untuk menyikapi segala kemungkinan dengan bijak dan waspada.
Narasumber sarasehan, Diannita Agustinawati, dalam kesempatan itu memaparkan tentang potensi bencana tsunami yang bisa terjadi di Pacitan berdasarkan analisis dan penelitian yang dilakukan para ahli.
Diannita juga memaparkan peta kerentanan kecamatan/desa, kantor pemerintahan dan pantai-pantai di Pacitan. Selain itu tentang mitigasi struktural dan non struktural yang sudah dilakukan, peta jalur evakuasi, tempat-tempat evakuasi.
“Upaya yang pasti dilakukan adalah mitigasi dengan menyiapkan langkah-langkah kongkrit untuk meminimalkan risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa,” katanya.
Tidak lupa, Diannita juga menyinggung tentang peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana, khususnya peran penting relawan.
Menurut Diannita relawan punya peran vital dalam setiap aksi penanggulangan bencana alam dan bencana sosial di Indonesia, baik ditahap kesiapsiagaan maupun layanan saat dan pascabencana.
“Sinergitas peran relawan sangat dibutuhkan dan penting sekali dalam hal penanggulangan bencana,” pungkas Diannita. (Elp)