Oleh : Ace Somantri
BANDUNG, MENARA62.COM – Jauh sebelum dunia industri obat-obatan muncul, Islam mengajarkan terlebih dahulu sangat jelas terdapat dalam Al Qur’an 14 abad yang lalu memberi isyarat tegas perihal yang berkaitan dengan dunia kesehatan. Apa lagi tentang obat-obatan, teks nash termaktub dalam Q.S Al Isra: 82 yang menegaskan bahwa Al Qur’an diturunkan adalah syifa atau obat dan rahmat. Saat ini sedang viral terkait dengan paracetamol syrup terindikasi mengandung zat kimiawi yang membayakan balita, bukan paracetamolnya yang membahayakan melainkan zat yang membantu melarutkan paracetamol menjadi syrup, hal itu dilakukan karena dengan air tidak bisa dilarutkan begitu kira-kira menurut pharmakolog.
Beredarnya informasi isue di atas, membuat para ibu-ibu rumah tangga yang memiliki anak balita sangat khawatir dan mengoyak psikologisnya. Saat ini para apoteker pun tidak menutup kemungkinan banyak menerima pertanyaan hal ihwal tersebut dari para klien atau konsumen obat. Pertanyaannya, kenapa ini muncul tiba-tiba seolah ada sesuatu yang sangat sensitif dengan persaingan industri. Atau bentuk kelalaian para ilmuwan terhadap perkembangan sains dan teknologi obat-obatan, padahal abad ini puncaknya modernisasi sains dan teknologi. Terlepas ini dan itu, hal ihwal yang berhubungan dengan dunia kesehatan bangsa dan negara Indonesia diakui atau tidak faktanya belum memiliki kemerdekaan, hampir semua produksi farmasi bahan baku dan tidak sedikit juga sudah jadi produk semua diimpor dari luar, produsen kita hanya mengemas. Apalagi kalau dikaitkan dengan sertifikasi halal, sangat-sangat memprihatinkan sekali.
Tamparan keras bagi para produsen obat-obatan dan apoteker, masyarakat Indonesia mayoritas muslim yang menjadi sumber akidah agama adalah Al Qur’an dan role modelnya Rosulullah, sementara ilmuwannya banyak berkiblat pada dunia barat yang sekularisme. Mereka tidak salah karena dunia Islam abad ini mengalami ketertinggalan jauh dari perkembangan sains dan teknologi. Ayat-ayat kauniyah hanya dianggap sesuatu benda mati yang tiada guna dan manfaat. Bangkitlah para ilmuwan dan saintis muslim, menjadi pejuang kemerdekaan dari penjajahan global dalam bidang sains dan teknologi. Tanah Indonesia subur dengan rempah-rempah bahan mentah dan baku obat-obatan, bahkan jutaan jenis macam varian tanaman dan tumbuhan yang tumbuh subur hingga dapat diracik menjadi berbagai jenis obat yang dibutuhkan.
Menurut cerita, entah ini dongeng atau mitos dari masyarakat Indonesia, menurut informasi bahwa bahan pengawet kulit untuk tetap muda Cleopatra bahan bakunya didapat dari tumbuhan yang tumbuh di wilayah tanah Indonesia. Benar atau salah, ini menjadi motivasi dan inspirasi bagi para pharmakolog untuk bergandengan tangan mengeratkan ikat pinggang bersama mengeluarkan seluruh kekuatan ilmunya melawan penjajahan industri farmasi dari asing dan aseng. Segeralah bertaubat bagi para peracik obat yang masih berorientasi bisnis menghalalkan segala cara. Bangsa ini membutuhkan para pejuang kesehatan di bidang obat-obatan. Kembalikan lagi spirit ilmuwan Ibnu Sina sebagai polopor dunia kesehatan yang berorientasi pada penyelamatan umat manusia.
Islam hadir di bumi membawa belas kasih dan sayang. Ajarannya sebagai penyelamat manusia dunia akhirat. Segala hal ihwal ilmu apapun semua ada dalam Al Qur’an tiada ada yang terlewat satu huruf pun memiliki makna yang luar biasa. Hanya sejauh mana umat Islam mampu membaca, mengkaji, mendalami, menggali, dan memformulasi menjadi suatu komposisi yang presisi sebuah produk yang bermanfaat untuk umat. Baik itu industri teknologi mesin produksi maupun teknologi sains dalam memformulasi berbagai jenis dan macam produk keilmuan. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah Ta’ala. Umat Islam memiliki semangat irodah qubro, maka irodah Allah Ta’ala akan diberikan sesuai semangat dan cita-cita manusia. Wallahu ‘alam.
Bandung, Oktober 2022