Oleh : Ace Somantri
BANDUNG, MENARA62.COM – Sangat klasik alasan permasalahan hal ihwal sampah, sejak revolusi industri hingga saat ini menyisakan masalah yang berkepanjangan yang menjengkelkan dan melelahkan bagi yang berakal sehat. Namun, manusia ini telah diberi akal dan pikiran oleh Allah SWT sebagai bekal menghadapi permasalahan. Mustahil tidak ada solusi jikalau manusia mau berkreasi dan berinovasi lebih cepat. Memang tentang sampah solusinya saat ini banyak yang berinisiasi segelintir orang namun belum masif dan agresif karena pendekatannya terkesan hanya menjadi mainan yang tren saat muncul untuk pencitraan personal semata. Gerakannya belum menjadi kebijakan strategis, hal ini membutuhkan keterlibatan entitas besar yang peduli dan peka terhadap lingkungan hidup seperti Muhammadiyah.
Masalah sampah seolah hanya jadi komoditas politik pemegang kebijakan di daerah, bahkan dinilai oleh masyarakat para birokrat dinas-dinas lingkungan hidup seperti senang melihat sampah menumpuk seolah menjadi ide untuk terus menerus menambah anggaran belanja yang rutin. Padahal sampah menumpuk, sekalipun diangkut untuk dibuang ke pembuangan sementara dan tempat pembuangan akhir tetap saja menyisakan masalah. Karena sampah jikalau tidak dikelola dengan baik akan mendatangkan memafsadatan (kerusakan) dan malapetaka. Dengan sampah dibiarkan tanpa diolah akan mendatangkan pencemaran udara, tumbuh subur bakteri sumber penyakit, mencemari air, mencemari tanah dan merusak ekosistem mahluk termasuk manusia, bahkan dari tumpukan gunung sampah pembuangan akhir banyak menelan korban jiwa. Itu semua fakta dan data bukan wacana dan kata-kata.
Zero waste harapan hanya dalam wacana, semoga kesadaran para pihak dapat memotivasi untuk ambil bagian berbuat nyata. Kebijakan dari pemerintah jangan hanya sebatas di atas kertas dan sekedar menambah anggaran rutin belanja, jikalau berorientasi hal tersebut harus disadarkan oleh masyarakat, baik para ulama atau ilmuwan teknolog. Sebagaimana perintahnya dalam ayat Ilahi, janganlah berbuat kerusakan di muka bumi..!” Andaikan kita membiarkan perbuatan pihak-pihak yang membiarkan dan lalai menangani sampah dipastikan kita termasuk yang terlibat membiarkan kerusakan bumi dan isinya, sehingga konsekuensinya ikut bertanggungjawab dihadapan pengadilan akhirat kelak. Berharap dengan sungguh-sungguh melalui entitas lingkungan hidup Muhammadiyah untuk bergerak cepat mengingatkan dan menyadarkan masyarakat serta mencegah kemunkaran masyarakat dan pemerintah dalam penanganan sampah yang terkesan lalai dan melakukan pembiaran.
Entah harus berangkat dari mana, semakin tumbuh meledak penduduk bumi, dan tingginya perkembangan teknologi yang menyumbang limbah berbahaya. Kiranya menjadi kewajiban Muhammadiyah untuk tidak lagi berwacana, melainkan aksi nyata memberi solusi menggandeng para pihak membuat konsep dan rencana aksi yang kontributif membuat teknologi berkemajuan dan berkeunggulan mengubah “sampah menjadi emas” jangan melahirkan generasi yang menjadi sampah. Puluhan ribu alumni sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah, masa iya tidak ada yang tergerak hatinya untuk berkontribusi mengabdi pada diri dan negeri dalam penanganan sampah. Berharap sekali dari sampah ini dapat diubah awalnya sumber malapetaka menjadi sumber ekonomi yang peduli pada generasi. Yakin penuh optimis, Muhammadiyah jika bergerak dengan seluruh kekuatan yang ada akan ada jalan menuju kebaikan. Hambatan dan tantangan pasti ada, tetap kita melihat kedepan anggap saja “anjing menggonggong kafilah berlalu”.
Mencari solusi dan membumikan ajaran Ilahi sebenarnya banyak jalan selama kita optimis penuh keyakinan. Wahyu diturunkan adalah bukan mempersulit melainkan memberi jalan, hanya sejauh mana manusia mampu melihat dan membaca wahyu sebagai petunjuk jalan. Tidak ada catatan sejarah tertulis maupun tidak tertulis ajaran Ilahi mempersulit masalah. Wahyu diturunkan memberi solusi dan meligitimasi hal-hal baik yang dilakukan oleh manusia di dunia, baik yang berhubungan dengan dirinya dan orang lain di luar dirinya maupun dengan mahluk lain seperti hewan dan tumbuhan yang hidup di atas bumi.
Prinsip memberi manfaat suatu kemestian, mengadvokasi kebaikan suatu keteladanan, dan memberdayakan demi kesejahteraan adalah amal sholeh yang membanggakan. Termasuk memiliki kepedulian lingkungan hidup dengan berbagai macam varian keilmuan dan keahlian setiap orang yang berkolaborasi senantiasa memberi solusi setiap permasalahan yang dihadapi, seperti sampah dan limbah dari produk perbuatan manusia dan mahluk lainnya. “Zero waste” terus menerus menjadi narasi yang diedukasi kepada masyarakat dan dicari formulasi tepat yang lebih akseleratif pemahaman dan kesadaran masyarakat hal ihwal terkait proses pembiasaan memilah jenis sampah di rumah untuk mengubah sampah bau dan jorok jadi emas permata. Susah memang, namun jika bersama dengan kesadaran yang tinggi akan membentuk sikap dan budaya lingkungan rumah tangga yang menjadi keteladanan yang baik dan membanggakan.
Perlu dipahami bersama, bahwa harta tidak selalu dalam bentuk uang dan uang. Gagasan dan ide, juga sikap perilaku budaya peduli pada kebaikan bumi ada dalam kehidupan merupakan harta yang berharga, karena dari gagasan tersebut akan lahir sebuah produk barang dan jasa. Selanjutnya berbagai gagasan kreatif dan inovatif berbagai pakar dengan produknya tidak berhenti atau diberhentikan hanya karena terganggu atau dianggap mengganggu. Tidak sedikit karya anak bangsa hasil pemikiran dan risetnya berhenti dalam bentuk prototype dan uji kelayakan, cukup diapresiasi dalam narasi dan pujian dengan penghargaan dalam bentuk piagam dan plakat, selebihnya dibiarkan dan tidak difasilitasi pengembangan produknya. Akhir semua cerita berbagai hasil karya cipta sains dan teknologi tersebut hampir dipastikan jadi kenangan masa lalu dan hilang ditelan masa, update pengembanganya berhenti saat dalam euforia yang semu dan sesaat. Kadang menyakitkan hasil karya penemuan dan pengembangan digunakan dan dikembangkan oleh orang lain tanpa ada kata, bahkan hak kekayaan intelektualnya diambil dan diklaim tanpa “kulonuwun” pada pemilik sebenarnya.
Kembali kepada pengendalian dan penanganan sampah, di kota-kota besar menjadi monster yang menakutkan saat berhenti di pembuangan sementara, apalagi di tempat pembuangan akhir. Sekalipun ada yang menangani ternyata masih dalam skala kecil dan parsial. Berbagai program pemerintah pusat dan daerah melalui dinas terkait hanya jadi dolanan anggaran setiap tahun, kebijakannya tidak terintegrasi dan sustainbale dengan dinas-dinas terkait. Muhammadiyah sebaiknya melakukan kerjasama dengan pihak-pihak untuk mengawal gerakan dakwah amar maruf nahi munkar bil hal dalam pengendalian sampah yang selama ini tidak disadari menjadi malapetaka bagi warga. Bahkan sangat mungkin gerakan edukasi masif di lingkungan pendidikan Muhammadiyah membuat kebijakan dan pranata sosial yang membangun kesadaran dan peduli terhadap manajemen sampah yang terkondisikan. Sampah pada dasarnya berasal dari kita, seharusnya dikendalikan oleh kita, dan dimanfaatkan sebaiknya oleh dan untuk kita. Wallahu’alam.
Bandung, Juni 2023