SOLO MENARA62.COM – Ratusan siswa SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta gelar kegiatan bermain gim tradisional. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka melestarikan permainan tradisional asli Indonesia sekaligus merayakan Hari Konvensi Internasional Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial yang diperingati setiap tanggal 4 Januari.
Kegiatan berlangsung selama dua jam yang diikuti siswa kelas 3 ABCD, 4 wali kelas, guru olahraga, 12 pimpinan sekolah.
Adapun jenis permainan tradisional yang dimainkan adalah gobak sodor, dakon, lompat tali, egrang, jamuran dan bentik. Jenis permainan tradisional tersebut terancam punah tergilas oleh permainan modern maupun game.
Padahal manfaat dari permainan tradisional untuk anak-anak sangat baik, seperti mengembangkan konsep diri, kreativitas, komunikasi, aspek fisik dan motorik, aspek sosial, aspek emosi atau kepribadian, dan aspek kognitif.
“Sebanyak 140 siswa lestarikan permainan tradisional, momen langka. Sehingga anak-anak juga diajarkan menjadi pribadi unggul, terbuka dan mampu bekerja sama dengan teman, sesuai himbauan Mendikbud Nadiem, belajar tak harus di kelas, merdeka belajar, guru penggerak,” ungkap Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, Jatmiko.
Sementara itu, bagi Gibran dalang cilik milenial kelas IIB yang diajak ikut bermain, mengaku ini adalah pengalaman pertama bermain gobak sodor. Meski sulit tapi akhirnya bisa menyelesaikan tepat waktu.
Lain halnya dengan ki Galen kelas 3C. Dia mengaku sering bermain wayang dan robotik di rumah.
“Ini main enggrang dibantu sama guru. Seneng tapi capek,” jelasnya.
Pengamat Budayawan Solo Ki Sudarwanto, anak-anak era sekarang lebih senang menghabiskan waktu luangnya bermain gawai sehingga kurang bersosialisasi dengan anak seusianya.
“SD Muhammadiyah 1 Ketelan telah menghidupkan permainan tradisional, kami dukung, tentu berbeda dengan permainan modern, yang membuat anak lebih banyak asyik sendiri,” pungkasnya.