SOLO, MENARA62.COOM — SD Muhammadiyah 1 Solo Terima Penghargaan Penyaji Wayang Kulit dan Wayang Orang. SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Solo, Jawa Tengah, menerima Penghargaan sebagai Penyaji Kolaborasi Wayang Kulit dan Wayang Orang.
Penghargaan itu diberikan melalui Piagam Penghargaan Nomor : 15903/IT6.1/TU/2018 yang ditandatangani oleh Rektor Institute Senirupa Indonesia Solo Dr Drs Guntur MHum. Penghargaan diberikan karena keterlibatan dalam kegiatan Hari Wayang Dunia IV Tahun 2018, pada Gebyar Wayang Jagad Mendalang, Strategi Pemajuan Kebudayaan yang diselenggarakan pada tanggal 6-9 November 2018.
Kepala Sekolah Sri Sayekti saat ditemui di ruang kerja, Kamis (15/11/2018) mengucapkan rasa syukurnya. Ia juga bangga atas penghargaan tersebut. “Sebagai yang dituakan Sekolah Dasar Swasta Rujukan (SDSR) Sekolah Pendidikan Karakter Berbasis TIK Dan Budaya, saya senang banget, Bangga dapat penghargaan,” kata dia.
Tampil
Sebelumnya, sejumlah 40 peserta didik beradu keterampilan, mengolah kemampuan dalam pagelaran padat berdurasi lebih kurang 60 menit. Pagelaran ini, menampilkan aksi dalang cilik Gibran Maheswara (7), di Karanganyar, 10 Juni 2018. Ia merupakan satu diantara, siswa berbakat SD Muhammadiyah 1 Ketelan. Ia menyajikan lakon Tetuka Sang Gathutkaca berkolaborasi wayang orang ini sungguh menarik hati dan bikin gemas.
Hari itu, Gibran benar-benar jadi idola generasi kekinian di Era Industri 4.0. Penampilannya itu, diulang lagi pada Rabu (7/11/2018) di Pendapa Ageng “GPH Joyokusumo” Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.
Didukung sarana prasarana yang memadai, Gamelan dan Tim Karawitan SD Muhammadiyah 1 Ketelan, saat ini memang telah tampil di tingkat kota, nasional dan internasional.
“Hari Wayang Dunia, menjadi peristiwa penting sebagai motivasi SD Muhammadiyah 1 untuk tetap eksis dalam mengawal perkembangan melalui jagat pendidikan,” kata guru Ekstrakurikuler Agung Sudarwanto.
Agung yang juga pegurus Pesatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) menjelaskan, kolaborasi tersebut memadukan bidang seni pedalangan, karawitan, dan tari yang disajikan oleh siswa kelas I, IV, dan V. Menurutnya, proses latihan dilakukan hanya selama satu bulan, namun anak-anak semangat dan antusias dalam berproses ataupun waktu penyajian karya. “Secara tidak langsung sajian karya tersebut sebagai media untuk pembentukan karakter anak bangsa dan budi pekerti menuju insan berkemajuan, salam Hari Wayang Dunia,” ujarnya.