JAKARTA, MENARA62.COM– Sedot tinja atau sedot WC sering dilakukan oleh masyarakat saat WC sudah mampet atau penuh. Sepanjang masih aman-aman saja, sangat jarang orang melakukan sedot tinja.
“Meskipun sudah belasan tahun digunakan, kalau WC-nya nggak bermasalah, orang tidak akan lakukan sedot tinja,” papar Imron Agus, Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, belum lama ini.
Padahal WC tidak mampet, tidak bermasalah belum tentu aman. Adakalanya WC tidak mampet selama bertahun-tahun karena terjadi kebocoran pada tangki septik. Akibatnya meski digunakan setiap hari dengan jumlah pengguna cukup banyak, WC tak kunjung mampet atau penuh.
WC yang mengalami kebocoran pada tangki septiknya ini lanjut Imron justeru yang berbahaya. Karena bocornya air limbah tinja akan meresap ke dalam air tanah.
“Bisa diduga, air tanah sekitar WC sudah tercemar limbah tinja. Jika itu terjadi bertahun-tahun, tentu area pencemaran makin meluas,” tambahnya.
Kondisi tersebut tentu bisa mengancam sumber air bersih yang berasal dari sumur tanah. Apalagi jika jarak antara tangki septik dengan sumur tanah kurang dari 10 meter. Air yang tercemar limbah tinja sangat berbahaya jika dikonsumsi masyarakat.
Pada air yang tercemar limbah tinja, dikatakan Imron, mengandung bakteri Escherichia Coli atau E.coli. Semakin tinggi kandungan bakteri E.coli maka semain buruk kualitas air tersebut dan kemungkinan mengandung mikroorganisme enterik patogen lainnya.
Bakteri Coliform yang dijumpai pada air minum itu sendiri dikategorikan menjadi 3 golongan yaitu Total Coliform, Fecal Coliform, dan E.coli. Masing-masing bakteri memiliki tingkat risiko yang berbeda. Total Coliform kemungkinan bersumber dari lingkungan. Sementara Fecal Coliform dan E.coli terindikasi kuat diakibatkan oleh pencemaran tinja, dimana keduanya memiliki risiko lebih besar menjadi patogen di dalam air.
“Bakteri Fecal Coliform dan E.coli yang mencemari air memiliki risiko yang langsung dapat dirasakan oleh orang yang mengonsumsi air tersebut,” jelas Imron.
Agar terhindar dari bakteri berbahaya tersebut Imron mengingatkan masyarakat melakukan sedot tinja minimal 2 atau 3 tahun sekali. Lakukan penyedotan meski WC tidak mampet atau tidak bermasalah.
Untuk menyedot WC, jelas Imron sebaiknya warga memanfaatkan jasa penyedotan WC yang memang sudah terpercaya. Atau lebih baik memanfaatkan jasa yang disediakan oleh Pemda. Dengan cara seperti ini, maka limbah tinja yang disedot tidak akan dibuang sembarangan.
“Memang ada jasa penyedot tinja yang kemudian membuang limbah tinja ke saluran air atau kali,” tukasnya.
Imron mengingatkan persoalan WC dan sanitasi lingkungan menjadi problem besar utamanya di kota-kota seperti Jakarta. Jarak antar rumah yang sangat dekat tidak memungkinkan warga membangun WC dengan sumur pada jarak yang aman menurut kesehatan.
“Semestinya memang dibikin tangki septik komunal. Tetapi membangun tangki septik komunal juga tidak mudah. Banyak masalah dan kendalanya,” tandas Imron.