31.7 C
Jakarta

Sekjen MUI Apresiasi Kekuatan Budaya untuk Kedaulatan Bangsa

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Kementerian Kebudayaan terus mendorong penguatan budaya yang lahir dari jati diri bangsa. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, mulai dari warisan tak benda seperti Pencak Silat, Angklung, Batik, Tarian Saman, hingga rumah adat dan tradisi khas daerah, seperti upacara Ngaben di Bali dan Ritual Tiwah di Kalimantan Tengah.

Keberagaman tersebut terbentuk dari perpaduan berbagai pengaruh budaya lokal, Tionghoa, Arab, India, hingga Eropa. Warisan ini mencakup beragam bentuk seni, bahasa daerah, serta sistem kekerabatan yang harus dijaga dan dilestarikan sebagai aset bangsa.

Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal MUI, Dr. Amirsyah Tambunan, usai bertemu dengan Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon di Fadli Zon Library, Jl. Danau Limboto No.96, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, pada 22 September 2025.

Dalam sambutannya, Dr. Amirsyah menegaskan pentingnya kekuatan budaya bagi bangsa. Ia mengutip Al-Qur’an Surat Al-Hadid ayat 25 :

َاَنْزَلْنَا الْحَدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗ وَرُسُلَهٗ بِالْغَيْبِۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌࣖ

Artinya : Kami menurunkan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan berbagai manfaat bagi manusia agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. Allah memberikan tamsil melalui besi.

yang menjelaskan tentang besi sebagai ciptaan Allah yang memiliki kekuatan dan manfaat besar bagi manusia.

Menurutnya, bangsa Indonesia juga harus memiliki budaya yang kuat layaknya besi. Ia mencontohkan Zaman Besi sebagai periode penting dalam sejarah peradaban, yang ditandai dengan kemajuan teknologi, pertanian, hingga penguatan struktur sosial. “Masyarakat harus kuat dalam bidang ekonomi, politik, dan penegakan hukum,” ujarnya.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua MUI Dr. Jeje Jaenudin, Dr. Saiful Bahri, Aisyah Ulfa, M.I.Kom, Zul Ardia, Nur Khamim, S.Ag, dan Hadi Nur Ramadhan, M.Pd selaku pengurus Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) MUI. Mereka memaparkan capaian program budaya, seperti produksi lagu islami, peluncuran Ensiklopedi Budaya Islam Indonesia, Gebyar Budaya Munas MUI, hingga sinergi program unggulan LSBPI MUI.

Dr. Amirsyah juga mengapresiasi kolaborasi Kemenbud RI bersama ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, MUI, dan Persis. Ia menegaskan bahwa penguatan budaya, termasuk budaya politik, menjadi salah satu agenda utama dalam Musyawarah Nasional (Munas) MUI yang akan digelar pada 20–23 November 2025 di Mercure Hotel, Ancol. Sebelum Munas, akan digelar Festival Budaya pada 28 Oktober 2025, bersamaan dengan launching buku Ensiklopedi Budaya Islam Indonesia di Islamic Book Fair (IBF), JCC Jakarta.

Ketua MUI Bidang Seni Budaya, Dr. Jeje Jaenudin, menambahkan bahwa pada Munas MUI juga akan diadakan workshop dan dialog kebudayaan Islam. Selain itu, buku Ensiklopedi Budaya Islam Indonesia akan diserahkan kepada Ketua Umum MUI dari 38 provinsi se-Indonesia.

Sementara itu, Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon, didampingi Dirjen Pengembangan Kebudayaan Mahendra dan Direktur Sejarah serta Permuseuman Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum, menegaskan komitmen pemerintah memperkuat budaya nasional. Ia menjelaskan bahwa saat ini terdapat 1,8 hingga 2 juta situs budaya yang dikelola Kemendikbud RI dengan tagline “Mega Diversity”.

Menurutnya, Indonesia merupakan melting pot peradaban panjang, sejak Hindu-Buddha hingga Islam. Hal ini tercermin dari peninggalan sejarah seperti candi, museum peradaban Islam di TMII, Museum Al-Qur’an Kemenag RI, Masjid Istiqlal, hingga UIII Depok.

Berbagai pihak juga turut membangun museum peradaban, di antaranya Museum Peradaban Islam oleh Boy Thohir, Museum Peradaban Pasai di Aceh, dan Museum Muhammadiyah di Yogyakarta. Museum Islam lainnya juga sudah berdiri, seperti Museum KH Hasyim Asy’ari di Jombang serta museum perjuangan Islam abad ke-7 yang ditandai dengan Prasasti Resolusi Jihad NU.

Kemenbud RI menargetkan pembangunan 1.000 museum nasional. Sejumlah museum pahlawan telah ada, seperti Museum Buya Hamka, Museum Soekarno, Museum HOS Cokroaminoto, Museum WR Supratman, hingga Museum Agus Salim dan Sutan Syahrir. Namun, tokoh perempuan seperti Rasuna Said dan Rahmah Yunusiah dinilai masih kurang mendapatkan perhatian.

Selain itu, dari Jawa Barat terdapat Museum Asep Abdul Halim, serta museum tokoh-tokoh pesantren seperti KH Abbas (Buntet, Cirebon) dan KH Wahid Hasyim (Jombang). Museum-museum tersebut juga dilengkapi dengan keberadaan 10 masjid tertua dan gereja tua, yang menjadi bukti kekayaan budaya bangsa.

“Budaya yang kuat adalah syarat bangsa yang merdeka dan berdaulat,” tutup Dr. Amirsyah.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!