27.9 C
Jakarta

Sekolah Pascasarjana Institut STIAMI Gelar Seminar Nasional, Bahas Strategi Komunikasi Politik dalam Perspektif Akademik

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Sekolah Pascasarjana Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI menggelar seminar nasional bertema “Strategi Komunikasi Politik dalam Kampanye Pemilihan Presiden 2024” secara daring, Sabtu (16/12/2023). Seminar nasional yang melibatkan sekitar 350 peserta terdiri atas mahasiswa pascasarjana, dosen, akademisi dan masyarakat umum tersebut digelar dalam rangka memberikan perspektif yang berbeda terkait komunikasi politik dari sisi akademisi.

Tampil sebagai narasumber, Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si (Pengurus Aspikom), Prof. Dr. Dra. Lely Arrianie, M.Si (Ketua Aspikom), Prof. Dr. Mohammad Mulyadi, AP.,M.Si (Anggota DPRD/Dosen Pascasarjana Institu STIAMI dengan moderator Dr. Wulan Furie, M.Ikom

Selain bertujuan memberikan pemahanan dan wawasan baru terhadap para mahasiswa pascasarjana, seminar nasional tersebut diharapkan menghasilkan luaran dalam bentul call for paper dari para dosen-dosen Institut STIAMI yang nantinya akan dikirimkan ke jurnal-jurnal nasional terakreditasi.

Beberapa sub tema untuk kebutuhan call for paper yakni Komunikasi Politik Terkini, Marketing Politik Melalui Pemanfaatan Media Sosial dan Teknologi, Pengaruh Isu-isu Kebijakan Publik dalam Komunikasi Politik dan Perubahan dan Budaya Organisasi Dalam Membangun Kemitraan Strategis.

Direktur Sekolah Pascasarjana Institut STIAMI Dr. Yulianto, SE., MM dalam keterangannya mengatakan Pemilihan Presiden 2024 merupakan momen krusial dalam perkembangan politik suatu negara. Strategi komunikasi politik memiliki peran penting dalam membentuk citra calon presiden dan mempengaruhi persepsi pemilih.

“Strategi komunikasi politik dalam kampanye pemilihan presiden sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai factor diantaranya perubahan media dan teknologi, segmentasi pemilih, analisis data, globalisasi dan isu internasional, isu-isu kontroversial dan sentimen public, krisis dan keadaan darurat, komunikasi personal dan keberlanjutan, lingkungan, hukum dan regulasi, serta keseimbangan antara isu pusat dan isu lokal,” ujarnya.

Berbeda dengan seminar politik lainnya yang mengundang capres/cawapres maupun juru bicaranya dan tim pemenangan, maka pada seminar kali ini, Institut STIAMI lebih fokus pada komunikasi politik dari sisi pandangan akademisi. “Jadi kami ingin hadirkan sudut pandang yang berbeda, makanya yang hadir sebagai narasumber juga dari kalangan akademisi,” tegasnya.

Memilih sudut pandang yang berbeda apalagi menghadirkan narasumber yang kompeten dalam bidang ilmu komunikasi, membuat seminar nasional diminati oleh kalangan dari luar Institut STIAMI. “Rata-rata memang mahasiswa program magister. Tetapi menariknya ada lebih dari 10 persen peserta bukan dari mahasiswa kami atau dosen kami,” katanya.

Bagi Yulianto, seminar nasional kali ini memiliki peran yang penting untuk mengenalkan Prodi Magister Ilmu Komunikasi Institut STIAMI. Prodi magister yang baru dilaunching Januari 2023 tersebut perlu terus dikenalkan kepada public sebagai pilihan bagi mereka yang ingin melanjutkan studi ke jenjang S2.

Diakui Yulianto, meski baru beroperasi satu tahun, namun Prodi Magister Ilmu Komunikasi Institut STIAMI mendapatkan respon pasar yang sangat positif. Terbukti, saat ini sudah 53 mahasiswa bergabung dalam prodi magister Ilmu Komunikasi. “Ini merupakan jumlah yang cukup besar untuk sebuah prodi magister yang baru saja dibuka,” tambahnya.

Animo masyarakat yang tinggi terhadap Prodi Magister Ilmu Komunikasi tersebut menurut Yulianto masuk akal. Karena dalam bidang pekerjaan apapun, kemampuan berkomunikasi sangatlah penting untuk mendukung kariernya.

“Mahasiswa magister ilmu komunikasi kami, lebih banyak dari kalangan praktisi. Mereka juga ada yang sudah bergeralr doctor pada bidang keilmuan lainnya. Jadi mengambil magister ilmu komunikasi semata-mata untuk menunjang kemampuan komunikasi mereka,” tegasnya.

Karena itu saat ini Institut STIAMI tengah menyiapkan persyaratan administrative untuk mengajukan permohonan akreditasi melalui Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi (LAM PT). “Mengapa LAM PT dan bukan BAN-PT? Ini menunjukkan bahwa kami serius menangani prodi Magister Ilmu Komunikasi. Proses akreditasi melalui LAM PT waktunya akan jauh lebih cepat dibanding BAN-PT meski dari segi biaya memang lebih mahal karena LAM -PT istilahnya adalah akreditasi secara mandiri,” jelasnya.

Sementara itu Kaprodi Magister Ilmu Komunikasi Institut STIAMI Dr. Wulan Furrie Lenggana, M. I.Kom mengatakan hal menarik lainnya dari prodi magister ilmu komunikasi adalah bahwa, mahasiswanya  bukan saja berasal dari wilayah Jabodetabek dan sekitarnya. Ada juga mahasiswa dari Papua, Surabaya dan Padang. “Mereka para praktisi yang ingin meng-upgrade keilmuan di bidang komunikasi,” jelas Wulan.

Adapun dosen pengajarnya, sebagian besar berasal dari kalangan praktisi baik doktor maupun professor. Wulan berharap tahun 2024 jumlah mahasiswa Prodi Magister Ilmu Komunikasi Institut STIAMI akan bertambah secara signifikan. “Kita lakukan berbagai strategi untuk mempromosikan prodi magister kami yang baru ini baik melalui web, media social maupun melalui alumni,” tutupnya.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!