Oleh: Ashari, S.IP*
Satu kali, agak lupa tahunnya, kami ikut bergabung dengan sekolah satu yayasan mengadakan studi banding. Ke mana? Ke sekolah setingkat, masih dalam satu yayasan juga, hanya beda wilayah. Alasan studi banding, karena sekolah tersebut menurut pandangan dan penilaian kami dan masyarakat umum mempunyai keunggulan di atas rata-rata sekolah sepadan. Sekolah ini mempunyai Tag Line : Sekolahnya Para Juara. Yakni SMP Muhammadiyah Gunung Pring Muntilan Jateng. Meski baru berjalan 7 tahun, namun sekolah yang ada di dalam kompleks pedesaan ini sudah mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lama. Bahkan dengan sekolah negeri sekalipun. Kuncinya, bagaimana membuat penghuni sekolah merasa nyaman belajar dan beraktifitas.
Memang tidak semua yang ada di sekolah unggul ini meski baik, namun dalam dataran realitas tidak serta merta kemudian dapat dipraktikkan. Namun sisi keunggulan itu dapat kita sublimasikan dengan cara-cara cerdas yang kita miliki. Dari hasil beberapa kali studi banding, maka pengalaman yang dapat kita ambil adalah :
Pertama, semangatnya. Ini penting, untuk membawa sekolah kita lebih maju, maka satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah membangun semangat. Sekolah-sekolah unggul, saya melihat hampir semua steakholdernya mempunyai semangat lebih untuk dapat bekerja dengan cepat. Nah, pada saat pulang dari studi banding, biasanya semangat kita menjadi menggelegak. Rasanya bekerja tidak ada capek-capeknya. Namun kadang yang menjadi kelemahan kita adalah, semangat membara itu tidak berlangsung lama, tidak jarang hanya bertahan dalam hitungan hari, setelah itu, maka semangat kita menjadi drop lagi.
Kedua, contoh sebagian dan mulai sekarang. Jika kita melihat kelebihan dari sekolah lain, kadang kita dihinggapi perasaan ingin seperti mereka dalam waktu sekejab, sayangnya tidak tahu dari mana memulainya. Akhirnya kita tidak berbuat apa-apa. Maka belajar dari kisah sukses SMP Mplus Gunung Pring ini, dapat dimulai dari membangun suasana nyaman peserta didik untuk “tinggal” di sekolah. Turunan dari kegiatan semacam kalau kita list akan banyak sekali. Misalnya bagaimana guru-guru memberikan pelayanan maksimal, perlahan-lahan membenahi sarana prasarana yang ada hingga bagaimana seorang Kepala Sekolah sebagai manajer di sekolah tersebut berlaku adil kepada semua guru dan staf-nya.
Ketiga, menuliskan tokoh-tokoh panutan yang dijadikan ruang kelas masing-masing. Secara tidak langsung ternyata ini akan membetot semangat belajar peserta didik sehingga minimal dapat mencotoh perilakunya. Kelebihan lain, siswa dapat mengenal sejarah lebih lebih mudah. Tidak hanya di ruang kelas, namun melebar hingga ruang yang lain, misalnya lapangan olah raga.
Kesimpulannya ketika studi banding yang bisa kita lakukan adalan ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi). Amati apa yang dilakukan di sekolah tersebut, mengapa sering menjadi juara, Tiru kiat-kiatnya dan usahanya, serta Modifikasi, ada yang perlu di tambah atau kurangi, karena kondisinya berbeda dengan sekolah, institusi kita. Maka tidak bisa langsung kita telan, dengan copas saja. Bisa jadi kultur tidak sama juga. Maka perlunya modifikasi ini. Sejatinya, ATM ini tidak hanya bisa kita terapkan dalam dunia pendidikan saja, namun disemua lini kehidupan. Lihatlah orang-orang yang sukses, rata-rata mereka juga meniru keberhasilan orang lain. Sah-sah saja. Sekian
* Penulis, mengajar di SMP Muhammdiyah Turi Sleman.