Terus terang, saya sudah agak lama tidak saling berkabar dengan mas Kus,… panggilan mas Kuswiyanto. Seingat saya, selepas pilkada Bojonegoro, amat jarang saling berkabar. Terakhir, kalau melihat di hp, bulan November lalu, ada pesan singkat dari Mas Kus…
“apa kabar, mas. Melanjutkan pembicaraan… gimana menara62, saya akan bantu sebisanya di Jawa Timur. Kapan ke Surabaya?”…
Saya memang pernah menelepon Mas Kus, untuk membantu mempromosikan menara62.com di Jawa Timur. Terus terang, saya tidak mempunyai banyak jalur di Jawa Timur. Salah satunya ya Mas Kus… dengan sedikit sahabat di Tulungagung, Blitar, Madiun, Kediri, Gresik dan Malang.
“Tahun depan kita seriusi ya…” katanya.
Alhamdulillah. Pikirku…
Sebelum ini, hampir setiap hari selalu ada yang didiskusikan. Bahkan, saya sempat menemani beberapa waktu, menjelang pilkada di Bojonegoro, Jawa Timur.
Saya yang seusai subuh, Selasa (31/12/2019) ketika baru mau tidur, melirik ke grup wa di hp, cukup kaget dengan kabar duka..
“Innalillahi wa inna ilia raji’un, telah meninggal dunia saudara kita Drs H Kuswiyant MSi mantan anggota DPR RI/Ketua Umum DPD IMM Jatim pagi ini pukul 03.35 WIB di RS Husada Utama. Semoga husnul khatimah, amin…”
Reformasi
Di saat reformasi, di Gedung PP Muhammadiyah Jakarta, saya pertama kali mengenalnya. Ia saya tahu merupakan ketua DPD IMM Jatim, namanya sudah saya kenal, hanya saja baru bertemu langsung. Tetapi, mungkin ketika itu dia menjadi PWM Jawa Timur.
Namun yang jelas, saya beberapa kali berjumpa dengan Mas Kus…. ketika ia aktif di Partai Amanat Nasional. Beberapa kali berjumpa di Surabaya, ketika ia terpilih menjadi anggota DPRD Jawa Timur dua periode (2004-2014).
Kearaban makin terjadi, ketika ia terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 dari Dapil Jawa Timur IX. Hampir setiap hari, atau bahkan setiap malam saya bertemu. Kalau tidak di DPR, di rumah Soetrisno Bachir, ketua umum PAN, ataupun di PP Muhammadiyah.
Sebagai jurnalis politik, saya memang berusaha mengakrabkan diri dengan politik dari berbagai partai, terutama partai-partai Islam yang menjadi “tanggungjawab” saya ketika itu.
Dengan gaya cara bicara yang selalu santu, pakaian cukup sederhana, Mas Kus komentarnya selalu layak untuk dikutip media. Namun, ia memang pernah bertanya pada saya, bagaimana agar komentar itu tajam. Saya pun tersenyum, dalam hati berkata, komentar Mas Kus tidak akan pernah tajam, karena Mas Kus selalu gak tega. Mas Kus selalu mengalah.
Saya yang pernah meminta izin pada nya untuk melakukan perlawanan saat dikalahkan dalam Musywil PAN Jatim, atau saat ia “menerima” saja menjadi calon wakil bupati Bojonegoro, saat ia sudah menyiapkan jejaring, waktu dan dana yang terbatas untuk menjadi bupati Bojonegoro.
“Mas Imam tenang saja, saya saja nerima. Bagi kita sebagai kader Muhammadiyah, jabatan bukan segala-galanya. Tetap, kalau itu memang amanah, kita akan tunaikan sepenuhnya,” ujarnya ketika itu di sebuah rumah yang akan dijadikan posko pemenangan Bupati Bojonegoro.
“Setting harus diubah semuanya. Web yang sudah dibuat di shutdown, juga di fb ditutup. Stiker, kaos dan spanduk, banner, harus diganti semua,” ujarnya datang, meski saya melihat dalam dirinya ada rasa yang menyesakkan dada.
Dengan lirih, Mas Kus berbisik, dalam perjalanan dari Bojonegoro ke Surabaya, sepertinya saya tidak akan maju mas. Karena, meski tidak mau mendahului takdir, semua jejaring banyak yang tidak menginginkan saya di posisi wakil. Menurut mas Imam gimana?
Pertanyaan sulit, tapi secara diplomatis saya menjawab, “jalani yang terbaik mas. Kalau mau mundur pun, saya akan tetap mendukung. Tapi kalau mau maju, sepertinya tenaga saya sudah tidak diperlukan, karena sudah ada tim media lengkap yang juga sudah bekerja. Apapun keputusan mas Kus, mau tetap maju atau tidak, semua sama. Saya akan balik ke Jakarta, kita berjumpa akan di Jakarta?”
Itulah pembicaraan yang cukup serius terakhir saya dengan Mas Kus…
Baru setelah Mas Kus pergi, saya tahu kalau ia sudah cukup lama berjuang dengan Kanker Getah Bening…
Bulan lalu, saya memang sempat menyebarkan info tentang stemcell. Salah satunya bisa dipergunakan untuk pengobatan kanker, dan itu bisa dilakukan di Jakarta. Mas Kus memang pernah nanya soal ini, dan biayanya, tapi tidak bercerita kalau ia menderita kanker ….
Saya sempat menanyakan pada dokter yang memiliki klinik stemcell di Jakarta, untuk memastikan bahwa stemcell bisa untuk kanker… tetapi ia meminta agar pasien diajak ke kliniknya untuk diperiksa, untuk memastikan…
Saya memang berjanji akan ke Surabaya mas Kus, tetapi….
Selamat jalan Mas Kus, smoga amal kebajikan Mas Kus yang tulus diterima Allah SWT.