BATURITI, MENARA62.COM. Di antara derap langkah para peserta yang mengikuti Diklat KOKAM Bali, Kamis-Ahad (10-13/7) 2025, tampak satu sosok yang mencuri perhatian bukan karena fisiknya yang kuat, melainkan karena semangat yang tak kunjung padam, beliau adalah Bapak Maryanto peserta tertua yang kini berusia 58 tahun dan berdinas di SD Muhammadiyah 2 Denpasar sebagai Kemanan sekolah. Usianya telah melampaui setengah abad, tapi nyalinya menyala seakan baru menginjak kepala dua.
Hari pertama, semangatnya meluap seperti remaja baru masuk organisasi. Dengan seragam yang dikenakannya rapi, ia menyambut setiap instruksi dengan senyum. Banyak yang tak percaya, bahkan beberapa peserta muda sempat meragukan apakah beliau akan mampu bertahan hingga akhir. Tapi Bapak Maryanto tak datang untuk membuktikan kepada siapa pun, ia datang untuk membuktikan kepada dirinya sendiri, bahwa usia hanyalah angka dan bukan alasan untuk tidak terus bergerak demi organisasi.
Bapak Maryanto sangat aktif didalam berbagai materi yang diberikan, ia aktif dan penuh tanya disetiap materi.
Hingga disaat hari terakhir dimana para peserta diarak kesebuah tempat dengan cara tiarap dan jalan jongkok sepanjang 20 meter menempuh jalur menanjak dan terjal, beliau merasakan kakinya kram dan tak sanggup tiarap lagi, namun oleh peserta lain bapak Maryanto di angkat menuju tempat yang mendekati tujuan.
Seorang senior Kokam sempat menyarankan beliau untuk beristirahat dan tetap memberikan motivasi kepadanya. Namun dengan suara tegas namun lembut dan nampak menahan sakit, ia hanya menjawab, “Saya tidak datang ke sini untuk berhenti di tengah jalan.”
Meski tertatih pak Maryanto akhirnya melanjutkan perjalanan yang tersisa dengan cara dipapah oleh peserta lainnya, dan akhirnya sampai di lokasi pembaretan walau akhirnya bliau tidak mampu berdiri.
Dan tibalah waktu pembaretan. Ketika para peserta dikukuhkan dan dipasangkan baret dengan berjongkok gagah namun bapak Maryanto menerima baret dengan cara bersimpuh. Dalam usianya, dalam dukanya, dalam cederanya, beliau telah menunjukkan arti sesungguhnya dari KOKAM: ketangguhan, keikhlasan, dan keberanian, karena kekuatan sejati adalah nurani dan adanya di hati.
Sebuah pelajaran hidup bahwa semangat tidak mengenal usia. Bahwa pengabdian tidak kenal jeda. Dan bahwa sosok tua dengan langkah perlahan itu, sesungguhnya sedang mengajarkan kita semua bagaimana menjadi muda dalam jiwa dan tekad.
“Semangat Tak Pernah Pensiun: Kisah Peserta Tertua dalam Diklat KOKAM Bali”
- Advertisement -

