JAKARTA– Masyarakat dunia akan memperingati Hari Malaria Sedunia pada tanggal 25 April 2018. Mengambil tema “Ready to Beat Malaria” peringatan Hari Malaria Sedunia tahun ini berupaya untuk mendorong pemerintah dan pemangku kepentingan, mempercepat kemajuan program pengendalian malaria, setelah keberhasilan mengurangi jutaan kematian karena malaria sejak tahun 2000.
Penanggulangan malaria memang mengalami kemajuan pesat. Tetapi pada 2016 tercatat masih 216 juta orang terkena malaria. Sekitar 7 persen dari jumlah itu, sebanyak 15 juta, tinggal di Asia Tenggara.
Di kawasan ini, sekitar 27 ribu orang meninggal karena malaria, sementara angka global adalah 445 ribu. Trend penurunan jumlah kesakitan dan kematian karena malaria telah menurun, tetapi kini berjalan sangat lambat.
“Malaria umumnya terdapat di daerah kantung terpencil di suatu negara. Eliminasi malaria berhubungan dengan upaya cakupan kesehatan semesta dalam sistem kesehatan,” demikian dikatakan Dr Vinod Bura dari WHO Indonesia dalam siaran persnya, Selasa (24/4).
Menurutnya untuk menanggulangi malaria, kontribusi bersama dari lebih banyak pemangku kepentingan dan sektor sangatlah penting dalam mencegah dan mengendalikan malaria.
Global Technical Strategy for Malaria 2016-2030 menyuarakan permintaan untuk memperkecil angka insiden dan kematian malaria di seluruh dunia, setidaknya sebanyak 90% di tahun 2030.
Diperlukan investasi setidaknya US$ 6.5 milyar setiap tahun hingga tahun 2020 agar dapat mencapati target tahun 2030. Jumlah US$ 2.7 milyar (billion) yang diinvestasikan tahun 2016 hanyalah separuh dari jumlah yang diperlukan. Dengan advokasi dan kampanye, seperti Hari Malaria Sedunia ini, kami mengundang lebih banyak investasi dan dukungan terutama di tingkat lokal dan nasional, untuk bekerja melawan dan mengendalikan malaria.
Secara teknis, kita telah memiliki berbagai instrument yang terbukti efektif seperti Integrat ed Vector Management (IVM). Pengendalian malaria tidak dilakukan sebagai upaya terpisah, sendiri, tetapi perlu menjadi bagian pengendalian semua penyakit yang disebabkan vektor yang sama. Ini meningkatkan efikasi, efisiensi biaya dan efaktivitas, terjaganya ekologi dan kesinambungan pengendalian malaria.
Bagian sakral lain adalah integrasi, meletakkan malaria sebagai bagian dari pelayanan kesehatan dasar. Tahun ini, adalah peringatan 70 tahun berdirinya WHO dan 40 tahun sejak Deklarasi Alma Ata, yang mengusung penguatan upaya untuk mencapai cakupan kesehatan semesta atau universal health coverage (UHC), memastikan bahwa siapapun, dimanapun bisa mendapatkan layanan kesehatan dan mendukung peningkatan kesehatan.
Langkah individual seperti memasang kelambu untuk melindungi keluarga hingga berinvestasi mendukung aktivitas pencegahan dan pengendalian, ataupun dengan menemukan instrumen baru untuk akselerasi pengendalian malaria, kita harus siap mengalahkan malaria.