SOLO, MENARA62.COM – Gema Kampus Ramadan (GKR) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyelenggarakan Kajian An-Nisa untuk kali pertamanya dalam Ramadan 1444 H. Kajian An-Nisa diselenggarakan di Masjid Fadhlurrahman UMS Ahad(2/4) dan disiarkan secara langsung melalui akun instagram @gkr.ums.
Kajian An-Nisa edisi kali pertama ini menghadirkan narasumber seorang mualaf untuk mendakwahkan materi, “Berjalan Menuju Kematian, Sedangkan Dunia Semakin Tua. Bekal Apa yang Harus Disiapkan?”. Mualaf tersebut adalah Hj. Endang Purwani, S.Pd, yang juga merupakan pengurus dari Divisi Pendampingan Mualaf Dakwah Khusus di Majelis Tabligh ‘Aisyiyah Jawa Tengah.
Endang menyampaikan beberapa bekal yang perlu disiapkan dalam menyambut kematian. Disebutkan bahwa yang pertama adalah ilmu mengenal Allah, Rasul, dan Islam, kemudian amal yang selanjutnya didakwahkan, dan terakhir adalah sabar dan ikhlas.
Dia menceritakan pada saat dia dakwah pada tahun 90-an, yang hadir dalam kajiannya hanyalah dua orang, dan seterusnya dalam beberapa tahun bertambah menjadi enam orang.
“Kita harus tetap berusaha. Artinya dengan sabar itu, saya menuai jamaah yang banyak. Saya bisa mengajak mereka untuk mendapatkan hidayah dari Allah,” tegasnya.
Dia menegaskan dirinya bukan mengislamkan, tetapi menyampaikan ilmu yang telah diterimanya, sehingga orang lain mendapatkan ilmu dan dapat hidayah dari Allah.
Dia juga berpesan kepada para remaja yang datang dan menyaksikan untuk tidak bangga dengan garis keturunan mereka melainkan bangga dengan iman mereka.
“Untuk para remaja itu saya garis bawahi, bahwasanya untuk mencari ilmu itu dari hati sendiri dulu, diniatkan dulu. Kemudian untuk lingkup yang lebih luas lagi, bahwasanya kita jangan bangga dengan faktor keturunan, tapi banggalah dengan ketaqwaan,” pesannya.
Karena taqwa kita kepada Allah, lanjut Endang, itu yang paling utama untuk mencapai surganya Allah.
Identitas gerakan dakwah dari Muhammadiyah adalah Dakwah Muslim dan Dakwah Non Muslim. Endang atau yang dulunya bernama Maria Ferdinan mengatakan dalam dakwah tidak melulu harus dengan memberikan bantuan berupa sembako ataupun perlengkapan sholat. Disebutkan bahwa para mualaf di dekatnya mengatakan bahwa mereka membutuhkan ilmu agama, karena untuk sembako mereka sudah berkecukupan.
“Jadi untuk teman-teman yang mualaf itu lebih baik dibantu ilmunya, agar mereka semakin dekat dengan Alloh,” kata Endang. (Maysali)