32.1 C
Jakarta

Serbuk Kayu Disulap Jadi Emas Cokelat, UMS Bantu Warga Klaten Kembangkan Usaha Jamur Tiram

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM – Inovasi pemanfaatan limbah serbuk kayu menghadirkan peluang baru bagi masyarakat RT 09 Desa Senden, Klaten. Limbah yang sebelumnya hanya menumpuk di sekitar penggergajian kini berhasil diolah menjadi baglog jamur tiram yang bernilai ekonomis tinggi. Program ini merupakan bagian dari kegiatan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bekerja sama dengan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

Wardiyo Setyo Utomo, salah satu pengurus RT 09 Desa Senden, mengungkapkan bahwa program pengabdian tersebut sangat bermanfaat bagi kelompoknya.

“Selama tiga bulan ini kami dibekali ilmu, pengetahuan, dan keterampilan oleh tim pengabdian dari UMS. Serbuk kayu yang dulu jadi masalah, kini justru menjadi peluang besar bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Serbuk kayu ini ibarat emas cokelat bagi kami,” ujarnya dengan bangga, Selasa (23/9).

Penggunaan serbuk kayu sebagai bahan utama baglog dinilai efektif karena murah sekaligus ramah lingkungan. Limbah yang semula dianggap tidak berguna kini dapat diolah kembali, mengurangi pencemaran, dan menghasilkan produk pangan sehat.

“Setiap hari, penggergajian kayu menghasilkan berton-ton serbuk. Kalau dibuang begitu saja bisa mengganggu lingkungan. Dengan diolah menjadi baglog jamur tiram, limbah tersebut justru memberi nilai tambah,” tambah Tyo, salah satu anggota kelompok.

Proses pembuatan baglog sendiri cukup sederhana. Serbuk kayu dicampur dengan dedak, kapur, dan air, lalu dimasukkan ke dalam plastik silinder untuk dipadatkan. Setelah melewati proses sterilisasi dan inokulasi bibit jamur, baglog siap dipelihara di kumbung atau rumah jamur. Dalam waktu 30–40 hari, jamur tiram mulai tumbuh dan bisa dipanen.

Ketua Pelaksana pengabdian, Hariyatmi, mengatakan bahwa pengabdian ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga membuka peluang usaha baru. Permintaan pasar jamur tiram yang terus meningkat memberi harapan baru bagi masyarakat Desa Senden untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.

Hariyatmu juga menilai langkah ini sejalan dengan prinsip circular economy yang mengubah limbah menjadi sumber daya bermanfaat. “Kalau gerakan ini diperluas, bisa menjadi solusi nyata bagi pengelolaan limbah kayu sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Hariyatmi juga menyampaikan apresiasi kepada DPPM Kemdiktisaintek serta DRPPS UMS yang telah mendukung pendanaan program ini.

“Harapan kami, dari serbuk kayu yang dahulu hanya berakhir di tumpukan sampah, kini lahirlah pangan sehat dan peluang ekonomi baru. Ini bukti bahwa limbah, bila diolah dengan cerdas, bisa menjadi berkah,” tutupnya. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!