SOLO, MENARA62.COM -– Setoran hafalan mufradat secara daring dilakukan oleh SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta karena siswa harus belajar di rumah akibat pandemi Covid-19.
Kegiatan ini diinisiasi oleh guru al Islam, Kemuhammadiyahan dan bahasa Arab, salah satunya adalah Jatmiko.
Dia menyampaikan, orangtua siswa kelas IV dan V ABACD telah mendapatkan penjelasan di grup WA wali murid bahwa masing-masing kelas mendapatkan penjadwalan hari Senin – Kamis pukul 19.15 WIB melalui Zoom Cloud Meeting.
“Pembelajaran online dinilai efektif mengingat ada kebijakan social distancing untuk mengurangi penyebaran virus, tanpa risiko, proses transfer ilmu tetap bisa dilaksanakan,” ujarnya dihubungi Rabu (8/4/2020).
Al Mufrodat atau Kosakata merupakan kumpulan kata-kata yang membentuk bahasa yang diketahui seseorang dan kumpulan kata tersebut akan ia digunakan dalam menyusun kalimat atau berkomunikasi dengan masyarakat.
Pembelajaran mufrodat siswa akan dapat pengalaman di antaranya mendengarkan kata, mengucapkan kata, mendapatkan makna kata, membaca kata, menulis kata, membuat kalimat.
“Pembelajaran mufrodat merupakan proses penyampaian bahan pembelajaran perbendaharaan kata sebagai unsur pembelajaran bahasa arab untuk memudahkan siswa memahami mufrodat yang akan disampaikan pendidik,” paparnya.
Islam agama yang sudah ditetapkan oleh Allah dan melalui utusannya nabi Muhammad Saw., menyampaikan kepada umat manusia.
Secara umum Islam menggunakan bahasa Arab dalam ajarannya, pandangan bahwa bahasa Arab sebagai bahasa Al Qur’an merupakan teknis penyampaian pesan dari pada soal nilai.
Langkah pertama untuk mudah belajar bahasa Arab adalah dengan mempelajari kosa kata bahasa Arab atau sering disebut mufrodat.
Di sisi lain, Jatmiko yang juga diberi amanah Wakil Kepala Sekolah bidang Humas berharap para wali siswa tetap sabar menemani putra-putrinya di rumah.
“Pada ibu-bapak, tetap memotivasi dan menemani proses belajar dengan sabar, termasuk dalam menyimak ciri khusus mereka di rumah,” tuturnya.
Dalam situasi seperti saat ini, lanjut dia, sinergi dan komunikasi yang lebih intensif antara sekolah dan orangtua diperlukan.
“Apa saja kegiatan yang dilakukan ananda di rumah dapat dilaporkan, kegaiatan agama misalnya salat 5 waktu, tahfiz melanjutkan di buku monitoring, mengaji dan salat Dhuha,”ujar Jatmiko.