Seumpama burung, kepala adalah rasa cinta. Sedangkan kedua sayapnya adalah rasa harap dan takut. Kedua sayap mengepak, memungkinkan burung bergerak dan terbang dengan arahan isi kepala sang burung.
“Begitulah kita beribadah kepada Allah. Memang ada rasa takut, ada rasa harap. Tapi di balik kedua itu yang paling tinggi adalah rasa cinta kepada Allah,” kata Syech Ali Jabber ketika menyampaikan tausiyah dalam acara Halal Bi Halal Warga dan Jamaah Masjid Al Huda, Cipinang Kebembem, Pulogadung, Jakarta Timur, Sabtu, (6/7/2019).
Ulama yang nasehat-nasehatnya sudah sering menghiasi llayar kaca televisi di Indonesia ini mengingatkan kembali pentingnya mengisi waktu dengan ibadah kepada Allah.
Syech Ali mengutarakan keunikan rasa yang ada pada manusia secara umum. Menurutnya, manusia pasti tidak mau mendekati sesuatu yang ditakuti. Kita pasti memilih menjauh ketimbang mendatangi sesuatu yang kita takuti. “Kecuali rasa takut kepada Allah. Semakin takut, manusia justru semakin mendekat,” katanya menyinggung fitrah manusia.
Karena itu, menurut penceramah yang tengah membangun pusat pendidikan tahfidz qur’an ini, andaipun merasa diri kotor, penuh dosa dan maksiat di masa lalu, jangan pernah menjauh dari Allah. Rasa takut terhadap siksa justru harus membuat diri berusaha mendekat kepada Allah.
“Meskipun dosa-dosa sampai setinggi langit, Allah akan ampuni kalau hambanya bertobat,” kata Syech Ali Jabber mengutip salah satu hadits qudsi.
Yang juga harus diwaspadai, menurutnya, jangan sampai ketakutan atau kesedihan yang berlebihan itu dimanfaatkan syetan dengan bisikan-bisikannya yang membuat kita semakin jauh dari Allah. Memang benar bahwa tiap orang harus mengevaluasi diri, tetapi harus yakin bahwa Allah juga maha penyayang.
Bahkan, dibandingkan sifat adil, rasa sayang Allah itu lebih sering dirasakan seluruh makhluk, termasuk manusia. Ini dapat dilihat di Surat Fathir ayat 45, yang artinya:
“Dan sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di bumi ini, tetapi Dia menangguhkan (hukuman)- Nya, sampai waktu yang sudah ditentukan… “.
“Bila mata melakukan dosa, nikmat mata bisa dicabut. Tangan berdosa, nikmat tangan bisa dicabut. Tetapi karena sifat kasih sayang-NYA itu tidak Allah lakukan,” katanya membandingkan penerapan sifat adil dan kasih sayang Allah.
Keharusan untuk senantiasa beribadah karena cinta pada Allah semakin penting mengingat waktu terus bergulir, umur terus bertambah.
Syech Ali mengingatkan juga, nikmat umur bisa menjadi siksa. Karena yang Allah tanyakan bukan seberapa panjang usia kita, tetapi amal apa yang telah diperbuat sepanjang usia itu. Jadi, perbanyaklah beramal baik.
Poin penting lain yang saya catat dari ceramah beliau adalah tentang tips menepis keraguan kita perihal sebuah amal. Sebab, kita kadang ragu apakah sebuah tindakan yang akan kita lakukan itu sebaiknya dilakukan atau diabaikan saja. Halal atau haram?
Pertama, jika ada rasa tidak enak di hati, jangan dilakukan. Kedua, jika ada rasa malu kalau ketahuan orang lain, juga jangan dilakukan. “Ini dua tanda,” kata Syech Ali Jabber menyitir nasehat yang bersumber dari rosulullah itu.
Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk melakukan amal-amal kebaikan. Aamiin.
Penulis: Mochamad Husni,
Rawamangun, Sabtu (6/7/ 2019).