29.2 C
Jakarta

Siapkan Bangunkerto Jadi Desa Mandiri Budaya, Dinas Pariwisata DIY Gelar Pelatihan Kuliner

Baca Juga:

SLEMAN, MENARA62.COM – Hantaman pandemi Covid-19 yang kita alami di 2020  berimbas pada hampir semua sektor usaha terutama sektor pariwisata dan kuliner. Hal inipun juga dirasakan berat oleh para pengelola desa wisata yang berada di desa Bangunkerto Turi Sleman.

Desa Bangunkerto yang sedang berupaya untuk dikukuhkan sebagai salah satu Desa Mandiri Budaya di DIY, di mana salah satu sektor pendukungnya adalah keberadaan desa wisata yang di dalamnya juga turut melestarikan dan memanfaatkan budaya lokal sebagai atraksi di desa wisata, tentunya tidak berlarut dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini. Harus ada upaya untuk menanggulanginya.

Upaya itu ditempuh antara lain dengan menggelar Pelatihan Kuliner Desa Mandiri Budaya Bangunkerto. Pelatihan yang berlangsung 18-21 September 2020 bertempat di Desa Wisata Kelor tersebut diikuti oleh 30 pelaku wisata dari 3 desa wisata di wilayah Desa Bangunkerto yakni Desa Wisata Kelor, Pulewulung dan Plosokuning. Kegiatan ini merupakan program berkelanjutan dari Dinas Pariwisata DIY guna mendukung kesiapan Desa Bangunkerto untuk dikukuhkan sebagai Desa Mandiri Budaya.

Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo, S.H., M.Ed saat membuka resmi pelatihan tersebut mengatakan bahwa kreatif, inovatif dan pelayanan prima adalah kunci keberhasilan dalam pengelolaan Desa Mandiri Budaya.

“Apalagi kita dihadapkan dengan wabah Covid-19 yang melahirkan kenormalan baru di semua aspek kehidupan, terutama dalam hal wisata dan kuliner”,” kata Singgih.

Sementara Anas Makruf, Lurah Bangunkerto dalam sambutannya  menekankan pentingnya masyarakat pengelola desa wisata melakukan penguatan fokus pembinaan sadar wisata melalui sapta pesona  kepada para peserta pelatihan agar bisa menjadi kunci keberhasilan membangun desa wisata.

Sejumlah nara sumber Pelatihan Kuliner Desa Mandiri Budaya Bangunkerto

Menurutnya, diberlakukannya  8 bulan tanggap darurat Covid-19 berdampak pada pengelola yang tidak melayani kebutuhan kuliner tamu di desa wisata. Hal ini perlu penyegaran terhadap kemampuan berkreasi kuliner dengan citarasa dan bahan lokal nan unik.

Berbeda dari pelaksanaan tahun sebelumnya, kali ini narasumber dari AMPTA Yogyakarta hanya memberikan resep, saran bahan yang harus disiapkan. Selanjutnya diberikan keleluasaan ibu-ibu peserta untuk menunjukkan kebolehannya praktik masak sesuai resep yang diberikan. Proses diamati oleh narasumber, dan bersamaan dengan penilaian hasil karya kuliner di akhir acara dilakukan pemberian materi sekaligus evaluasi.

Secara umum karya kuliner cukup bagus, baik dari rasa maupun tampilan. Hal tersebut menjadi keniscayaan karena mereka sebetulnya sudah terbiasa menerapkan teknik memasak yang diajarkan dalam melayani wisatawan. Kondisi saat ini melahirkan kesadaran baru bahwa  kebersihan dan keamanan makanan menjadi prioritas utama .

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!