DEPOK, MENARA62.COM – Gangguan kesehatan berupa dislipidemia kurang dikenal secara luas di lingkungan masyarakat. Meski gejala dari dislipidemia itu sendiri sering sekali dirasakan oleh masyarakat.
“Bila Anda atau keluarga anda yang secara langsung dengan periodik berulang mengalami keluhan seperti merasa pusing, pegal pada tengkuk ataupun rasa kesemutan pada ujung tangan dan kaki, bisa jadi itulah gejala yang diakibatkan oleh dislipidemia. Selain itu juga gejala serangan jantung seperti nyeri dada yang diikuti dengan sesak napas dan keringat dingin, salah satu penyebabnya adalah dyslipidemia,” kata dr Muhammad Ramadhan dari Siloam Hospitals Jantung Diagram pada edukasi awam bertema Dislipidemia: Kenali dan Cara Mengatasinya yang disiarkan melalui aplikasi zoom dan disiarkan pula secara live melalui kanal YouTube, Senin (31/5/2021).
Ia menjelaskan dislipidemia adalah kandungan kadar lemak jahat (LDL) dalam darah yang terlalu tinggi atau kadar lemak baik (HDL) yang terlalu rendah. Kadar lemak dalam darah merupakan kandungan lemak yang umumnya terdiri dari trigliserida, kolesterol, low-density lipoproteins (LDL) dan high-density lipoproteins (HDL). Meskipun keadaan lemak yang baik dicapai dengan diet lemak yang cukup, beberapa orang memerlukan penanganan khusus dan obat-obatan untuk mengatasi keadaan tersebut.
Melanjutkan edukasinya, dikatakan dr Muhammad Ramadhan, secara umum dislipidemia dibagi menjadi dua, yaitu dislipidemia primer dan sekunder. Dislipidemia primer disebabkan oleh faktor genetik yang diturunkan dari keluarga. Sedangkan Dislipidemia sekunder disebabkan oleh gaya hidup dan kondisi medis yang mempengaruhi kadar lemak dalam darah, seperti obesitas-terutama obesitas sentral dengan penumpukan lemak di sekitar perut, diabetes, hipotiroidism yakni kondisi dimana produksi hormon tiroid di bawah normal.
Lalu alkoholisme pada penggunaan alkohol berlebihan, sindrom metabolic yakni kumpulan gejala berkaitan dengan metabolisme tubuh, onsumsi lemak berlebih- terutama lemak jenuh dan lemak trans, sindrom cushing yakni kumpulan gejala akibat tingginya hormon kortikotropin dalam darah, infeksi berat seperti pada pengidap HIV dan aneurisma aorta abdominal yakni kelainan pada pembuluh darah aorta di perut.
“Sebagian besar dislipidemia tidak memunculkan gejala yang berarti. Dislipidemia biasanya diketahui ketika seseorang menjalani pemeriksaan rutin untuk darah dan kondisi lainnya. Dislipidemia yang berat menimbulkan komplikasi yang serius mengarah kepada penyakit jantung koroner dan stroke,” lanjut dr. Muhammad Ramadhan.
Untuk mengenali dislipidemia ini, kata dr Muhammad Ramadhan, tidaklah mudah. Karena itu disarankan bagi laki-laki usia di atas 40 tahun dan perempuan di atas usia 55 tahun untuk secara rutin memeriksakan kadar kolesterolnya. Tujuannya untuk mencegah komplikasi lainnya karena tidak ada gejala padahal dia bisa saja mengalami dislipidemia.
Pada sesi tanya jawab tersebut, dr Muhammad Ramadhan juga memberikan panduan untuk mencegah komplikasi dari dislipidemia, yaitu hindari jika kolesterol total >200, Trigliserid >200, Kolesterol LDL (Kolesterol jahat) >150, Kolesterol HDL (Kolesterol baik) <40.
Untuk setiap pemeriksaan kolesterol harus dilakukan pada saat pasien melakukan puasa lebih kurang 8-10 jam.
“Maka sangat dianjurkan agar bisa mengubah kebiasaan hidup, atur pola makan sehat, perbanyak beraktivitas fisik, dan hindari konsumsi rokok dan alcohol,” imbuhnya.
Tips Cegah Dislipidemia
Menurut dr Muhammad Ramadhan, penyebab dislipidemia bisa disebabkan karena gangguan metabolism. Namun yang kerap terjadi umumnya disebabkan karena konsumsi makanan tinggi lemak yang berlebih sehingga menimbulkan obesitas yang disertai dengan kurangnya aktivitas fisik.
Ia mengingatkan, mengacuhkan gejala dislipidemia akan berdampak jangka panjang, yaitu penyumbatan pembuluh darah. Contoh bila kadar kolesterol tetap tinggi maka plak akan semakin bertambah sehingga pembuluh darah semakin sempit dan mudah tersumbat. Bila sumbatan terjadi di pembuluh darah koroner maka akan menyebabkan serangan jantung dan bila terjadi di pembuluh darah otak maka akan menyebabkan stroke.
“Makanan yang harus dihindari dari produk hewani terutama jeroan, otak, kuning telur, daging merah yang berlemak. Sebaiknya konsumsi ikan segar sebagai antioksidan 2-3 kali perminggu. Kurangi karbohidrat murni seperti gula dan madu serta makan makanan manis seperti kecap, dendeng, abon, dan coklat. Tingkatkan konsumsi serat khususnya sayuran dan buah seperti labu, terong, oyong, melon, semangka, belimbing. Atur menu makanan dengan sedikit minyak dan sedikit santan serta sebaiknya sukai cara memasak dengan metode merebus, menumis, menanak ataupun mengkukus,” ujarnya.
Penelitian menyebutkan dengan menurunkan berat badan melalui latihan jasmani atau olahraga mampu menurunkan kolesterol jahat (LDL), Trigliserid, serta menaikkan kolesterol baik (HDL)
“Sebelum melakukan olahraga pastikan sudah melakukan pemanasan selama 5-10 menit. Sebaiknya melakukan olahraga jenis aerobik seperti jalan, joging/lari, bersepeda, berenang, ataupun senam selama 45-60 menit tiap sesi latihan. Setelah itu lakukan 5-10 menit pendinginan. Frekuensi latihan tersebut bisa dilakukan 2-3 kali perminggu,” pungkas dr. Muhammad Ramadhan mengakhiri edukasinya.