26.2 C
Jakarta

Sistem Rukyat Akan Datangkan Kekacauan Beribadah Umat Islam Di Dunia

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM– Penetapan awal bulan yang dilakukan dengan sistem imkan rukyat akan mendatangkan kekacauan dikemudian hari. Sistem ini juga tidak sesuai dengan kalender Islam global yang sudah disepakati oleh puluhan negara Islam dalam konvensi yang digelar di Turki Mei 2016.

Karena itu Tono Saksono, Ketua Islamic Science Research Network (ISRN) Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) menyarankan agar pemerintah tidak memaksakan diri untuk menggunakan sistem imkan rukyat dalam penentuan awal bulan Hijriyah.

“Metode rukyat menurut saya sudah tidak bisa diandalkan, juga tidak efektif, membuat kekacauan sistem penanggalan,” kata Tono  di sela pelatihan Hisab bagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah se-DKI Jakarta, Sabtu (17/6)

Menurut Tono, selama kita mengandalkan imkan rukyat, maka Indonesia tidak akan pernah memiliki kalender Islam, mengingat setiap bulan harus menghitung ulang. Bahkan kalender Islam lokal yang sudah ada, acapkali dianulir ketika ada perbedaan dengan hasil perhitungan rukyat.

Diakui Tono, penggunaan kalender Gregoria atau Masehi telah mengakibatkan utang peradaban bagi umat Islam. Karena dengan sistem ini, terdapat selisih hari antara kalender Hijriyah dengan kalender Masehi rata-rata 11,5 hari dalam setahun.

Jika dikonversikan pada nilai zakat yang harus dibayar, maka sesungguhnya ada hutang peradaban senilai total 40 triliun dolar AS untuk sekitar 1400 tahun.

Tono mengakui bahwa dengan sistem hisab dan imkan rukyat, hingga 2023 terdapat kesamaan penentuan awal bulan Ramadhan. Perbedaan baru terjadi pada penentuan awal bulan Ramadhan tahun 2024.

Pada tahun tersebut, Indonesia dan bagian timur bumi melakukan istikmal dan awal Ramadhan diprediksi jatuh pada 12 Maret 2024. Bagian barat bumi tidak melakukan istikmal dan awal Ramadhan jatuh pada 11 Maret 2024. Perbedaan ini jelas akan menyebabkan kekacauan dalam beribadah umat Islam di dunia.

“Normalnya umat Islam Indonesia beribadah sekitar 13 jam lebih awal dari muslim Mexico. Ini adalah gambaran kekacauan akibat memaksakan kriteria visibilitas hilal lokal baik Mabims, Lapan dan lainnya,” tukas Tono.

Jadi, kata Tono, kriteria imkan rukyat lokal adalah scientific blunder. karena itu sudah saatnya Indonesia menerapkan sistem hisab dalam penentuan awal bulan Hijriyah. Sistem hisab dinilai lebih pasti, tidak rumit mengingat sofware -nya sudah ada dan sudah diakui oleh puluhan negara Islam di dunia.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!