SOLO, MENARA62.COM — Selasa (7/8/2018), siswa SD Muhammadiyah 1 Ketelan, pentaskan wayang kulit. Pementasan ini, menjadi hari yang sangat monumental dan menggembirakan bagi 54 siswa kelas VI Wisudawan/Wisudawati Tahfidz SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Jawa Tengah.
Tidak hanya para peserta didik yang bergembira, sebagian orang tua yang hadir dan guru serta seluruh civitas akademika juga ikut berbahagia.
Kegiatan awalussanah semakin mengukuhkan SD Muhammadiyah 1 sebagai Sekolah Pendidikan Karakter Berbasis TIK dan Sekolah Budaya. Acara ini dihadiri oleh seluruh kelas I sampai VI A, B, C, D, dan D1. Selain itu, juga hadir 23 Kepala Sekolah Perguruan Muhammadiyah, Drs H Tridjono Ketua Majelis Dikdasmen PDM Kota Surakarta, serta tamu undangan lainnya.
Selain siswa SD Muhammadiyah 1 Ketelan, pentaskan wayang kulit, juga dilakukan prosesi wisuda tahfidz kategori Juz 30 dan unjuk kebolehan 73 Siswa multi talenta.
“Kegiatan awalussanah merupakan agenda tahunan yang rutin dilaksanakan SD Muhammadiyah 1 Ketelan, sebagai ajang menunjukkan bakat dan kreativitas anak dan sekaligus menunjukkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler,” ujar Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Ketelan Sri Sayekti SPd MPd.
Menurutnya, berbeda dari tahun sebelumnya, kegiatan awalussanah tahun ini terasa istimewa karena menjadi bagian dari road to milad 83 SD Muhammadiyah 1. Itu sebabnya, kegiatan ini dikemas dengan berbagai kegiatan sekaligus. Seperti penggalangan dana untuk korban bencana alam gempa bumi di NTB, membaca bersama Solopos, dan penyerahan bantuan fasilitasi sarana kesenian dari Direktorat Kesenian Kemendikbud. “Serta pementasan Ringgit Purwa Wayang Kulit dengan dalang ananda Gibran kelas 1C,” ujar Sri Sayekti.
Sementara itu, Agung Sudarwanto SSn MSn, Pembina Dalang Cilik mengungkapkan, proses pendidikan untuk menjadikan karakter berkemajuan diperlukan pembinaan dari unsur sekolah, keluarga dan lingkungan sekitar.
“Demikian halnya Sang Gatutkaca yang telah berhasil menentramkan kekacaun kahyangan. Keberhasilan Gatutkaca diperoleh dari proses pendidikan mental dari para dewa dan kedua orangtuanya yaitu Arimbi dan Bima. Tetuka yang telah “dijedi” di kawah Candradimuka, menjadi sosok yang tangguh dan sakti mandraguna. Itu semua bisa jadi berkat ilmu dan pengetahuan yang diperolehnya, ia optimalkan dan dimanfaatkan untuk memberantas, libas kedzoliman, yang diejawantahkan atau direflesikan tokoh raksasa Kala Pracona,” ujarnya.
Selain itu, rasa bahagia diperoleh kelas 2 C, Rayhan Azfarsyah Wibowo, yang mendapat hadiah sepeda mengatakan.
“Syukur alhamdulillah, rejekinya mas Rayhan. Kebetulan sepeda di rumah milik Rayhan sudah terlalu kecil, waktu mengayuh kakinya membentur stang. Beberapa kali minta sepeda baru tapi kami beri pengertian, insya Allah jika Papa Mama punya rejeki lebih nanti dibelikan yang baru. Mas Rayhan jangan putus berdoa sama Allah, semoga Papa Mama dimurahkan rejekinya. Dan Alhamdulillah, do’a Mas Rayhan dikabulkan oleh Allah SWT, dapat sepeda baru lewat jalan yang tidak disangka. Semoga Mas Rayhan menjadi anak yang selalu bersyukur, Amiin,” ujar orangtua Rayhan.