KULONPROGO, MENARA62.COM — Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Pengasih, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki Outdoor Classroom yang diresmikan Kepala Balai Pendidikan Menengah (Dikmen) Kulonprogo, Rudy Prakanto SPd, MEng, Selasa (26/10/2021). Selain itu, Balai Dikmen Kulonprogo juga melakukan penilaian terhadap kinerja Kepala Sekolah SMAN 1 Pengasih tahun 2021.
Kepala SMAN 1 Pengasih, Dra Vipti Retno Nugraheni MEd, menjelaskan Outdoor Classroom akan digunakan untuk pembelajaran biologi, fisika, matematika. “Guru Biologi akan menggunakan dengan tanaman hidroponik, guru fisika menggunakan ayunan untuk mengukur sudut, beban dan kecepatan, ada PKWU (prakarya dan kewirausahaan), serta matematika,” kata Vipti.
Keberadaan Outdoor Classroom, kata Vipti, dapat digunakan untuk pembelajaran optimal, lebih efisien, efektif, dan mewujudkan Merdeka Belajar. “Outdoor Classroom ini sebelumnya berupa ‘hutan’ tempat menumpuk kayu bongkaran gedung, dan sarang ular. Kini tempatnya sudah bersih dan layak menjadi tempat pembelajaran di luar kelas,” katanya.
Rudy Prakanto mengatakan pembuatan Outdoor Classroom ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Sebab sebelumnya lahan ini tidak bermanfaat banyak rumput dan kini sudah diubah menjadi Outdoor Classroom yang indah. Ini menjadi momentum untuk memanfaatkan segala hal, sekecil apapun.
Kepada siswa, Rudy Prakanto, berpesan untuk menuju sukses harus memiliki target. Sebab kalau tidak memiliki target, hidup sudah selesai. Namun ketika memiliki target dan perencanaan maka saat ini sedang memulai untuk menuju kesuksesan di masa depan. “Tidak ada kehidupan yang kita lalui, tanpa kita rencanakan untuk kita raih,” kata Rudy.
Outdoor Classroom, kata Rudy, akan bermanfaat jika proses pembelajaran terjadi di tempat ini. Pembelajaran akan berhasil kuncinya tergantung pada guru. Karena itu, sesudah ada Outdoor Classroom harus dikembangkan pembelajaran berbasis STAM (Science, Technology, Engineering, and Math).
Menurut Rudy, ini menjadi bagian satu tematik, sehingga para siswa tidak terbebani tugas, tetapi mampu menyelesaikan sebuah proyek dengan baik dan dinilai oleh berbagai guru mata pelajaran. “Contoh, siswa menanam jahe merah, dinilai ditulis siswa sebagai pelajaran biologi. Tetapi ketika diukur panjang daunnya setiap tumbuh akan dinilai oleh guru matematika. Kemudian kalian peras dan parut diukur dan hasilnya KWU, sedang butirannya bisa untuk pelajaran fisika, kimia. Hal ini perlu dikembangkan di SMAN 1 Pengasih,” harap Rudy.
Kata Rudy, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mengembangkan grand desain pembelajaran berbasis STAM. Ini sifatnya tematik dan terintegrasi, sehingga masing-masing guru mata pelajaran tidak memberikan tugas sendiri-sendiri yang akhirnya membebani siswa.
“Ini untuk mengajarkan kolaborasi, bukan individualis. Sebab ke depan, persaingan di era industri 4.0 kuncinya adalah kolaborasi atau kerjasama. Tidak ada orang yang maju sendiri. Karena itu, bapak ibu guru, siswa dilatih untuk berkelompok, kerjasama dalam satu proses membuat proyek sehingga mereka memiliki produk,” katanya.