Dalam bulan Nopember 2019 yang lalu, sudah dua kali pada hari Jum’at di Masjid MAWU Universitas Wollongong dan Masjid Omar, Australia, saat mengakhiri akhir khutbahnya, masing-masing khatib menyampaikan pengumuman.
Isi pengumumannya adalah akan ada pekerjaan pembangunan Masjid Uthman, yang terletak di Kawasan Oak Flats, Shellharbour, sekitar 24 Km dari pusat Kota Wollongong ke arah Kota Melbourne, Australia. Khatib meminta kepada jamaah untuk mendonasikan sebagian rezkinya untuk pembangunan masjid tersebut.
Dijelaskan pula bahwa pembangunan masjid ini terdiri atas perluasan area shalat, perubahan struktural bangunan, lokasi parkir, dan tempat wudhu. Kami sekeluarga pernah singgah shalat di sini beberapa waktu yang lalu. Saat itu, model masjid ini masih berbentuk rumah pribadi. Sepintas memang tak tampak bahwa itu adalah sebuah bangunan masjid.
Donasi dapat disalurkan melalui dua cara. Pertama dengan mentrasfer langsung ke rekening panitia pembangunan nomor akun 406287 BSB 032685 atas nama “Uthman Mosque Buiding Project”. Cara yang kedua adalah dengan cara mengikuti “Fundraising Dinner” pada hari Sabtu, 30 Nopember 2019 di Dapto Ribbonwood Center 93 Princes Highway Dapto, New South Wales, sebelum Magrib.
Acara diadakan dalam bentuk makan malam bersama untuk penggalangan dana pembangunan masjid tersebut. Untuk mengikuti acara ini, mesti memiliki tiket seharga $50 atau sekitar lima ratus ribu Rupiah per orang khusus laki-laki. Tiket dapat dibeli pada pengurus Masjid Uthman, Masjid Omar, Masjid MAWU dan Masjid As Salam, setiap setelah shalat Jum’at atau pada pengurus yang telah ditunjuk.
Saya bersyukur dapat menghadiri acara tersebut berdua, bersama dengan putraku. Tiket yang kami pakai masuk adalah atas budi baik, alias dibayarkan seorang teman asal Bandung Jawa Barat yang sudah menjadi permanen residen di Australia. Pada hari “H”, sebelum Magrib, kami sudah berangkat ke lokasi di kawasan Dapto, sekitar 14 Km dari rumah, dengan terlebih dahulu singgah di Masjid As Salam Berkeley, untuk menjemput seorang kawan, warga Indonesia asal Jakarta, yang ingin bersama-sama menghadiri acara ini.
Setelah tiba di lokasi acara, sebuah bangunan mewah yang ternyata adalah gedung perpustakaan masyarakat Dapto, kami disambut oleh seorang panitia, namanya Hairuddin Idris yang bertindak sebagai bendahara panitia di bagian penjemputan tamu. Dia adalah seorang staf laboratorium University of Wollongong (UoW), New South Wales, Australia. Ia berdarah Melayu, warga negara Singapura.
Tikar
Di lokasi acara, sudah disiapkan tikar shalat sepanjang lorong dan lobi bangunan. Kami masuk ke ruang utama, yang dikemas seperti akan ada pesta di hotel mewah. Ruangan sudah cukup ramai, sebagian besar adalah umat Islam berperawakan Timur Tengah. Tampak pula beberapa warga Malaysia yang masih muda, berstatus pelajar UoW, ikut mengambil satu meja. Kami bergegas mengambil satu meja. Di atas meja sudah tersedia makanan ringan; wortel, mentimun, sawi, batang daun, saos, dan naget. Saya agak heran, atas makanan ringan tersebut. Tapi begitulah di sini. Justru makanan ringan seperti itulah yang sehat dan baik untuk tubuh.
Acara dimulai sebelum magrib dengan didahului pembacaan ayat suci Al Qur’an. Kemudian dilanjutkan ceramah singkat oleh Presiden Masjid As Assalam. Seterusnya adalah penggalangan dana yang dipimpin oleh seorang jamaah dari Masjid As Salam keturunan Arab.
Dia meminta kepada hadirin untuk menyumbang, menanyakan satu per satu nama dan jumlah sumbangannya. Ada yang menyumbang $100, $150, $300 dan seterusnya. Seorang anak mengangkat tangan, menyebut namanya dan memberikan sumbangan sebesar $200 atau sekitar dua juta Rupiah, tunai. Bagi yang tidak tunai, sumbangan dapat langsung dimasukkan ke rekening melalui mesin otomatis yang diedarkan panitia, dengan cara menempelkan ATM, lalu menekan jumlah yang disumbangkan. Sampai seorang dermawan menyatakan menyumbang sebesar $15,000 atau sekitar seratus lima puluh juta Rupiah. Ini adalah sumbangan terbesar yang diumumkan malam itu.
Setengah jam kemudian, kami semua shalat magrib berjamaah. Hampir lima ratus orang yang hadir dalam acara ini, ikut berjamaah yang dipimpin oleh Imam Masjid Omar, Syekh Abdurrahman.
Ba’da Magrib acara dilanjutkan dengan pelelangan barang-barang. Mulai dari lukisan, sepatu, perkakas pertukangan, sampai kepada jam olah raga. Ditawarkan kepada hadirin dengan mulai harga terendah sampai penawaran tertinggi. Semua keuntungan pelelangan ini adalah untuk pembangunan masjid. Sampai kepada pelelangan satu buah jam tangan olah raga yang awalnya ditawarkan sebesar $500, sampai penawaran tertinggi menjadi $2500 atau sekitar dua puluh lima juta Rupiah.
Setelah pelelangan selesai, dilanjutkan dengan makan malam. Seluruh hadirin dipersilahkan makan dengan cara antri berjejer secara teratur, tidak ada yang main serobot, baik sengaja atau tidak sengaja. Saya mempersilahkan satu orang tua mendahului terlebih dahulu.
Makanan yang disajikan adalah makanan masakan Arab dan roti Pakistan lengkap dengan kari daging dan ayam bakar. Kemudian acara diakhiri dengan shalat Isya berjamaah. Saya menyaksikan sendiri, betapa umat Islam di sini memperlihatkan solidaritas yang tinggi. Walaupun masjid yang dibangun jauh dari pusat kota, tetapi para pengurus masjid lainnya bahu-membahu ikut berpartisipasi. Baik sebagai panitia penjemput tamu, pemberi ceramah, pemimpin lelang, dan imam masjid adalah dari pengurus masjid lain.
Satu hal yang sangat membuat saya terharu adalah ternyata, selain membantu dalam bidang kepanitian untuk menyukseskan acara, para pengurus masjid pun membantu dana. Atas nama Masjid Omar membantu sebesar $5000 dan atas nama Masjid As Salam sebesar $5000, atau masing-masing sudah sekitar lima puluh juta Rupiah. Jadi dari dua masjid ini, sudah ada dana sebesar seratus juta Rupiah. Inilah solidaritas nyata antar masjid.
Pengurus masjid tidak hanya memikirkan masjidnya sendiri. Saya tahu bahwa Masjid Omar dan Masjid As Salam, bukan masjid mewah. Justru kedua masjid adalah bekas rumah ibadah agama lain yang dibeli lalu dijadikan masjid.
Bahkan Masjid Omar, saat ini sedang dalam perencanaan pembangunan. Sejak bulan Ramadhan lalu, sudah dimulai pembersihan lahan, tetapi sampai sekarang masih belum dikerjakan. Namun demikian mereka tetap berbesar hati untuk membantu sesama masjid.
Mereka tidak ego, bahwa dana masjidnya hanya untuk mesjidnya sendiri. Tidak mengatakan bahwa, kami tak perlu menyumbang masjid lain, karena kami juga memerlukan dana untuk merawat masjid atau membangun masjid yang lebih mewah. Yang ada adalah kebersamaan dan solidaritas sesama umat Islam, sesama pengurus masjid.
Kemarin, melalui laman media sosialnya, pengurus Uthman, melalui presidennya, Dr Ahmad Abdul Majid, telah mengumumkan hasil pengumpulan dana. Jumlah yang diterima cukup fantastis, yakni sebesar $210.000. Dari target awal hanya sekitar lima ratus juta Rupiah, menjadi lebih dari dua milyar Rupiah.
Hanya dalam tempo sekitar dua jam, dana terkumpul sebesar ini, adalah sesuatu yang sangat membanggakan dan patut disyukuri. Menurut saya, ini adalah peristiwa yang luar biasa. Sesuatu yang menandakan bahwa kebersamaan dan solidaritas umat Islam akan memberi arti yang besar. Dan ini adalah sesuatu yang patut dicontoh, dikembangkan di tanah air kita tercinta, Indonesia Raya.
Wassalam,
Penulis: Haidir Fitra Siagian, Gwynneville, 04 Nopember 2019 ba’da subuh