JAKARTA, MENARA62.COM – Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkapkan saat ini Bulog telah menyerap 633 ribu ton setara gabah atau 329 ribu ton setara beras. Sementara stok beras yang dimiliki Bulog cukup banyak berkisar di angka 1,457 juta ton.
“Saat ini April 2024, BULOG sendiri baru penyerap gabah dari petani Indonesia sebanyak 633 ribu ton atau setara 329 ribu ton beras. Adapun jumlah stok beras yang ada di gudang BULOG saat ini termasuk pengadaan yang berasal dari petani di dalam negeri sebanyak 329 ton itu, jadi total keseluruhan mencapai 1,457 juta ton,’’ ujar Bayu pada acara silaturahmi dengan anggota Forum Wartawan BULOG (Forwabul), di Kampus BULOG Corporate University, Jakarta, Kamis (25/4/2024).
Mengenai stok beras yang dimiliki Bulog cukup banyak, Bayu menjelaskan, jumlah yang agak banyak tersebut karena penyaluran program bantuan pangan belum berjalan.
“Jumlah yang agak banyak ini terjadi karena program bantuan pangan belum berjalan, masih menunggu update data. Mudah-mudahan dalam minggu ini segera selesai, dan nanti kita segera salurkan bantuan pangan itu dalam sisa bulan Mei-Juni, untuk tiga bulan jumlahnya,” katanya.
Sedangkan untuk jagung sampai dengan saat ini Bulog sudah bisa menyerap 5.914 ton. “Untuk jagung sampai dengan saat ini Bulog sudah bisa menyerap 5.914 ton, dan ini utamanya ada di Gorontalo. Panen di Gorontalo sudah melewati puncaknya, sekarang kita sedang melihat panen yang besar di Nusa Tenggara Barat (NTB),” kata Bayu.
Terkait dengan impor beras, selama tahun 2024 Bulog telah melakukan setidaknya empat kali tender. “Dan total yg sudah dikontrak secara business to business (B2B) itu sebanyak 1,2 juta ton. Beberapa diantara kontrak ini tidak kita mintakan untuk masuk pada April-Mei karena kita tahu masih musim panen raya, tapi kita sudah berkontrak sekarang bahkan untuk pemasukan nanti setelah selesai panen raya,” kata Bayu.
Selain itu masih terdapat juga kontrak secara government to government (G2G) dengan Thailand sekitar 55 ribu ton beras, dan dengan Kamboja sebanyak 22.500 ton.
Kendala penyerapan beras dan gabahÂ
Mantan Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) di era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ini menjelaskan pendeknya masa panen raya petani di dalam negeri menjadi kendala tersendiri bagi perusahaan BUMN pangan yang dikomandonya dalam penyerapan beras maupun gabah yang ditugaskan pemerintah. Karena dengan masa panen raya petani yang singkat itu telah menyebabkan seretnya BULOG dalam melakukan penyerapan beras maupun gabah dari petani.
“Waktu yang pendek ini menimbulkan kendala di mesin pengering. Karena pada saat yang sama mataharinya masih ada dan tiada seperti sore hari ini. Jadi mau dijemur pakai lantai jemur sangat tergantung sinar matahari, padahal mataharinya mendung, kadang hujan,” ucapnya.
Sementara masalah kedua, adalah dampak dari dari situasi pupuk di tahun 2023 dan awal tahun 2024. Gara-gara hal itu, komposisi ketersediaan pupuk tidak optimal, hal itu pun berpengaruh terhadap tidak optimalnya kualitas gabah petani.
“Jadi pecahnya banyak, kuningnya banyak. Ini nggak masuk ke tabel persyaratan mutu yang telah ditetapkan. Tapi kalau untuk kadar air kami terpaksa menegakkan disiplin, (sedangkan) kalau untuk yang lain itu kami berusaha mencari cara atau solusinya,” pungkasnya. (*)