JAKARTA, MENARA62.COM – Jumlah penduduk bertambah menurut deret ukur, sedangkan produksi pangan bertambah menurut deret hitung. Teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, saat ini seakan makin nyata dengan berbagai negara di dunia mulai dihantui oleh krisis pangan. Selain jumlah populasi penduduk yang terus meningkat, krisis iklim, pembatasan ekspor dan kondisi geopolitik, membuat banyak negara harus berkutat dengan persoalan ketahanan pangan ini.
Menjawab tantangan, Perum BULOG kembali menegaskan komitmennya dalam menjaga stabilitas pangan nasional. Perum BULOG yang saat ini memiliki fungsi sebagai operator pelaksana kebijakan distribusi pangan yang diregulasi oleh pemerintah, tentunya mengalami tantangan tersendiri dalam menuntaskan persoalan ketahanan pangan. Karena persoalan ketahanan pangan harus dibahas secara utuh dari hulu ke hilir, termasuk dari proses produksi, distribusi sampai konsumsi.
“Perum BULOG hanya bisa menyerap gabah, bila produksinya ada. Kami berkomitmen untuk terus memprioritaskan penyerapan gabah dalam negeri. Saat ini kami telah menyerap kurang lebih 700 ribu ton, lebih dari target yang telah ditugaskan oleh pemerintah sebesar 600 ribu ton. Kami optimis bisa menyerap lebih dari 900 ribu ton setara beras pada tahun ini. Impor hanya dilakukan bila perlu, melihat neraca beras yang ada,” ujar Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Perum BULOG, KamIs (13/6).
Dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dimiliki oleh Perum BULOG saat ini sejumlah 1,8 juta ton, 30 persen berasal dari stok dalam negeri. Hal ini tentunya merupakan suatu pencapaian tersendiri, mengingat masa pengadaan dalam negeri yang singkat dikarenakan masa panen padi yang pendek sekitar 2 sampai 3 bulan.
Untuk bisa menyerap gabah dalam negeri secara maksimal, pengadaan Perum BULOG memiliki beberapa mekanisme. “Yang pertama adalah membeli gabah, tunggu di gudang. Hal ini hanya bisa dilakukan di 10 Sentra Penggilingan Padi yang dimiliki Perum BULOG, di mana kita bisa menyerap gabah dalam jumlah yang cukup banyak. Pilihan kedua adalah membeli gabah dengan cara menjemput ke petani. Mekanisme ketiga adalah membeli beras asalan dari penggilingan-penggilingan padi kecil yang kita beli dan olah sehingga menghasilkan beras sesuai kemauan pasar,” tambah Bayu.
Walau penyerapan gabah dalam negeri sudah optimal, namun persoalan serius, terdapat pada proses produksi. Menurut data BPS, produksi padi pada periode Januari-April 2024 turun 17,54% dibandingkan periode yang sama tahun lalu saat mencapai 22,55 juta ton.
Prof. Dr. Mohammad Ikhsan, Ekonom FEB Universitas Indonesia dan Staff khusus BUMN mengatakan, “Stabilisasi hanyalah salah satu bagian dari ketahanan pangan. Stabilisasi tidak akan efektif tanpa perbaikan oleh komponen lain yaitu ketersediaan pangan. Tren dari produksi pangan itu turun untuk semua komoditas”.
Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan kerjasama dari berbagai pemegang kebijakan, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, petani, koperasi, dan sektor swasta. Kolaborasi ini penting untuk memastikan ketersediaan dan distribusi pangan yang efektif serta mendukung ketahanan pangan nasional.
Perum BULOG pun mulai masuk ke ranah hulu dengan memiliki program bernama Mitra Tani. “Menjadi petani itu tantangannya makin besar dan berat. Karenanya petani harus didampingi dan dibantu untuk bisa membantu peningkatan produktivitas. KPI kami adalah meningkatkan produktivitas petani melalui program ini, bukan semata-mata hanya untuk bisa mendapatkan beras. Kalau petani bisa meningkatkan produktivitasnya, maka secara makro ada peningkatan produksi beras. Saat ini sudah ada 250 Hektar lahan yang dikelola dalam program ini,” Bayu menerangkan.
Dengan komitmen yang kuat dan strategi yang tepat, Perum BULOG memastikan bahwa setiap dapur di Indonesia memiliki akses ke pangan yang cukup dan terjangkau. Perum BULOG terus berupaya menjaga stabilitas pangan demi tercapainya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan salah satu visi transformasi yang sedang dilakukan oleh Perum BULOG.
Dalam kesempatan lain, Chef Ragil Imam Wibowo, seorang selebriti Chef mengapresiasi peran vital dan kerjasama yang telah dilakukan oleh Perum BULOG dengan berbagai stakeholder, untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia,
“Kolaborasi saat ini menjadi penting untuk memastikan bahwa ketersediaan beras berjalan dengan baik dan efisien. Ada beragam produk turunan yang bisa dihasilkan dari beras, termasuk susu beras atau air tajin, yang saat ini tengah populer digemari di beberapa negara Barat. Tentunya hal ini menjanjikan untuk menjadi salah satu komoditas ekspor,” ujarnya.
Untuk meningkatkan daya saing global tersebut selain menambah cadangan beras, Perum BULOG juga akan ditugaskan untuk melakukan kerjasama ekonomi dan investasi pangan, khususnya perberasan, dengan negara Kamboja.(*)