Oleh Ashari*
SUDAH dua tiga hari ini saya mengamati perilaku semut. Baik di rumah, di warung maupun di kantor. Terlebih di era pandemi Covid-19 ini, kita dituntut lebih kreatif. Solutif. Perilaku mereka sama. Berjalan beriringan. Teratur. Kalau ketemu, berhenti sebentar, seolah mereka memberi berita, sejurus kemudian jalan lagi. Begitu seterusnya. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa ada juga tingkah semut yang menjengkelkan. Itupun kalau kita mau jujur sebenarnya karena kelalaian dan kecerobohan kita sendiri. Semut seringkali berbondong-bondong mengerumuni makanan kesukaan yang beraroma manis dan asin. Kalau tidak kita tutupi rapat.
Saya berpikir apa rahasia kinerja semut. Binatang kecil ini sampai ditulis dan diabadikan oleh Allah Swt -dalam tinta emas Al-Quran menjadi nama surat (An Naml artinya semut). Pasti ada sesuatu yang istimewa dari pola kerjasama yang dibangun oleh semut ini. Beberapa hari merenung, saya menemukan jawabannya. Meskipun jawaban ini bisa saja salah menurut anda.
Begini, perilaku semut yang dapat kita tauladani dalam menjalakan kehidupan (usaha) yang penuh persaingan dan dinamika ini, diantaranya adalah :
Pertama – Mereka kompak. Meskipun tidak menemukan pemimpinnya tapi saya melihat kerja semut itu rapi dan kompak. Seolah ada yang memberi komando. Coba perhatikan kalau kita lalai meletakkan roti atau makanan manis lainnya disembarang tempat tanpa kita beri pengaman (air) dibawahnya, maka dipastikan roti tersebut akan diserbu semut. Kadang tidak hanya dimakan di tempat, tetapi sering dibawa dan digotong bersama-sama di tempat persembunyiannya. Untuk dinikmati bersama-sama. Kalau usaha kita selama ini belum berhasil, atau ‘sedang turun’.
Mari kita tengok kembali, apakah kita sudah rapi dan kompak dalam bekerja sesama teman kerja (baik dengan pimpinan dan karyawan). Rapi dalam menyimpan sesuatu; barang, uang, data (file) dan lainnya. Mengapa rapi penting dalam usaha? Semut memberikan pelajaran kepada kita. Tidak rapi membuat kita banyak kehilangan waktu untuk mencari sesuatu. Tidak rapi membuat kita tergesa-gesa dalam mengerjakan usaha. Tidak rapi, juga bisa membuat pelanggan lari. Apalagi kalau kita jual makanan, tempatnya kotor, pasti pembeli tidak merasa nyaman.
Kekompakan semut ini hebat. Roti yang besar, bisa dipindahkan oleh semut bersama-sama dengan cara digotongnya. Kebersamaan dalam bisnis (usaha) tidak kalah pentingnya. Dalam usaha, struktur birokrasi dan jabatan itu biasa dan diperlukan. Sebab kalau tidak, semua akan menjadi pemimpin. Harus ada yang mengaturnya (menej). Namun dituntut adanya kekompakan.
Kedua, Kerja keras. Binatang ini seolah tidak kenal lelah. Berjalan beriringan. Mencari makan. Tak henti. Baru pada malam hari, kadang kita tidak melihat aktivitas semut yang produktif. Pola semut mengajarkan kepada kita untuk bekerja keras. Hanya dalam dongeng dan mimpi, orang dapat sukses tanpa kerja keras.
Dalam pandangan agama sendiri – bekerja adalah bagian dari ibadah. Bahkan Tuhan Allah Swt, menyatakan bahwa diri-Nya berada dalam kesibukan itu sendiri. Bekerja keras juga sebaiknya disertai dengan kerja cerdas. Sebab bekerja keras saja, kita akan terjebak dalam rutinitas yang stagnan. Cerdas dalam memanfaatkan waktu dan kesempatan. Waktu 24 jam sehari tidak harus digunakan untuk bekerja terus. Ada saatnya untuk larut dan tenggelam dalam ibadah khusus – interaksi kepada-Nya. Tetapi ada saatnya kita harus berkumpul bersama keluarga, bercengkrama, melepas kepenatan. Ini dibutuhkan kecerdasan tersendiri. Tidak bijak rasanya, kalau sampai membawa membawa beban pekerjaan ke rumah setiap hari. Kapan waktunya untuk keluarga ?
Semut juga cerdas dalam memanfaatkan peluang. Contoh gampang seperti tadi telah kita sampaikan, sedikit saja kita lalai menyimpan makanan, maka akan menjadi pesta mereka. Peluang usaha kadang kita ciptakan sendiri. Dengan melihat pasar di kanan-kiri kita. Tidak harus usaha yang muluk dengan investasi yang besar. Saya tertarik dengan usaha para pedagang sayur keliling. Mereka memulai usaha dengan memanfaatkan kesibukan orang yang tidak bisa pergi ke pasar untuk berbelanja sendiri, maka mereka pagi-pagi datang ke rumah menjajakan dagangannya. Hasilnya lumayan, bisa melebihi karyawan pabrik biasa.
Tulisan ini jauh dari maksud menggurui. Tetapi otokritik dan usaha terus belajar dengan orang di sekitar yang telah berhasil, sukses dan tidak sombong. Tetapi maksimal memanfaatkan waktu dan potensinya. Semoga bermanfaat. Sekian.
*Penulis, Mengajar di SMP Muhammadiyah Turi Sleman.DIY