JAKARTA, MENARA62.COM — Pada zaman yang berkelebat ini, manusia sedang terengah-engah mencari makna. Pada saat yang bersamaan, internet datang dengan perkasa menjanjikan kebebasan paripurna, tapi turut bersamanya monster algoritma yang menjelajah pilihan bebas manusia. Peradaban manusia sedang berada pada lampu kuning. “Kuning” berarti situasi atau masa transisi. Setelahnya, keadaan bisa membaik menjadi lampu hijau atau malah memburuk menjadi lampu merah.
Menanggapi hal itu, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), mencoba menananggapi situasi tersebut dengan mengadakan sebuah pidato kebudayaan. Pidato kebudayaan tersebut dihadirkan untuk memberi tawaran pemikiran-pemikiran kritis terkait persoalan-persoalan kesenian, kebudayaan, dan peradaban. DKJ mengemas pidato kebudayaan ini dengan acara yang menarik pada Jumat malam (10/11/2017) di gedung Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Acara ini merupakan tradisi setiap akhir tahun yang diselenggalarakan oleh DKJ.
Pada tahun ini, DKJ memilih tema “Nostalgia Masa Depan Manusia” dan disampaikan langsung oleh Roby Muhamad, seorang fisikawan, statistikawan, sosiolog, dan entrepreneur.
Manusia, kata Roby, perlu keluar dari kantong-kantong arogansinya unutk menyelamatkan peradaban. “Yang harus kita selamatkan bukan hanya peradaban nusantara, tapi juga dunia,” ujarnya. “Kantong “spesialisasi” yang tertutup ini telah mengantar peradaban manusia pada lampu kuning tanda bahanya,” lanjutnya.
Tradisi tahunan yang diadakan oleh DKJ ini bertepatan dengan perayaan ulang tahun Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki yang bertepatan pada tanggal 10 November.
Acara pidato kebudayaan ini juga dilengkapi dengan suguhan musik oleh A fine Tuning Creation (AFTC), proyek tunggal Aryo Adhianto, seorang keybord adventurist dari Jakarta. Suguhan musik lainnya oleh Bina Vokalia Pranadjaja, didirikan oleh Pranowo Djojodinanto atau Pranadjaj atas dukungan Gubernur Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1971. Bina Vokalia tersebut menjadi penutup acara Suara Jernih dari Cikini malam itu.