YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Suara Muhammadiyah (SM) memiliki gedung baru yang diberi nama Grha Suara Muhammadiyah (GSM). Menurut rencana gedung baru yang berada di Jalan KHA Dahlan 107, Yogyakarta akan diresmikan Ahad (25/2/2018).
Dijelaskan Pemimpin Perusahaan Suara Muhammadiyah, Deni Asy’ari, Grha Suara Muhammadiyah akan diresmikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Pemimpin Umum Suara Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara, beserta Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X. “Grha Suara Muhammadiyah menempati lahan seluas 1.020 meter persegi,” kata Deni kepada wartawan di Yogyakarta, Kamis (22/2/2018).
Lebih lanjut Deni Asyari menyatakan GSM merupakan simbol kiprah perjuangan Suara Muhammadiyah dan sekaligus menjadi pusat syiar Islam Berkemajuan. Suara Muhammadiyah bertekad untuk mengoptimalkan segenap potensi pangsa pasar warga Muhammadiyah yang sangat besar.
“Saat ini banyak pihak luar yang ingin masuk dan menguasai potensi pasar puluhan juta warga Muhammadiyah. Mengapa tidak, kita berbenah dan mengambil peluang itu. Suara Muhammadiyah menyediakan semua kebutuhan warga Muhammadiyah dengan kualitas dan pelayanan terbaik,” tandas Deni yang didampingi Ganjar, panitia peresmian GSM.
Bangunan Grha Suara Muhammadiyah, kata Deni, terdiri dari lima lantai, dengan luas bangunan 1600 m2. Selain sebagai kantor bagi majalah Suara Muhammadiyah, GSM juga sebagai kantor unit usaha-usaha di bawah Suara Muhammadiyah.
Di gedung ini juga terdapat toko suara Muhammadiyah, dan ruang Aula, baik indoor maupun outdoor, yang difungsikan untuk kebutuhan internal dan disewakan kepada pihak luar. “Keberadaan GSM adalah sebagai pusat Syiar Islam Berkemajuan, sekaligus sebagai simbol bagi Pusat Bisnis dan Media Persyarikatan Muhammadiyah,” jelas Deni.
Sementara terpisah, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan bahwa GSM ini menjadi momentum untuk terus menggelorakan budaya Iqra’. “Dengan bangunan Grha SM ini, menjadi penanda dari kelanjutan budaya literasi Muhammadiyah yang telah digagas sejak tahun 1915,” kata Haedar.
Bangsa ini, kata Haedar, memerlukan pilar ilmu jika ingin mendambakan kemajuan. Suara Muhammadiyah harus terus hadir sebagai pengingat akan pentingnya budaya Iqra’ bagi kemajuan bangsa melalui tangan-tangan generasi mudanya. “Iqra’ sebagai penanda masyarakat yang punya peradaban sebagai din al-hadlarah,” ungkapnya.
GSM, bagi Haedar, menjadi simbol hidup dari daya dan kiprah perjuangan Kiai Dahlan dalam membangun peradaban. “Karena itu, memajukan Suara Muhammadiyah untuk terus mendorong dan menggelorakan budaya Iqra’ adalah sebuah aqabah atau pendakian bagi Muhammadiyah,” tandasnya.