KHARTOUM, MENARA62.COM — Sudan Memanas, 1.209 WNI Akan Dievakuasi. Mereka saat ini masih terjebak di Sudan akibat konflik bersenjata pecah lagi. Perang terjadi lagi setelah gencatan senjata selama 72 jam gagal di Sudan. Pertempuran berlanjut antara tentara nasional dengan kelompok paramiliter pada Sabtu (22/4/2023).
Situs Antaranews.com melansir, Rumah Sakit setempat terus menjadi sasaran konflik kedua pihak, yaitu Angkatan Bersenjata Sudan (SAF), dan paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF). Konflik terbuka terjadi setelah mereka gagal memenuhi komitmennya saat gencatan senjata dilakukan, seperti yang diungkapkan oleh Komite Pusat Dokter Sudan (CCSD).
Pertempuran tersebut bahkan telah meluas ke kota-kota yang bersebelahan dengan Ibu Kota Khartoum, yaitu Bahri dan Omdurman. Konflik terbuka ini mulai terjadi sejak 15 April yang lalu.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi tengah berupaya menggapai Khartoum. Ia memimpin langsung rapat koordinasi persiapan evakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Sudan, yang tengah dilanda konflik mematikan sejak akhir pekan lalu tersebut.
Situs Tempo.co menyebutkan, Retno, dalam pernyataan pers virtual dari Jakarta pada Kamis, 20 April 2023, menyatakan, jeda kemanusiaan di Sudan, akan menjadi kunci bagi pelaksanaan evakuasi dan keberlanjutan bantuan.
Proses evakuasi diplomat asing dimulai, saat kedua pihak yang berperang menunjukkan kesediaan membuka bandara-bandara.
Kehidupan di ibu kota Sudan, Khartoum, dan di banyak bagian lain negara itu, tiba-tiba berubah secara dramatis menjadi lebih buruk dengan berkembangnya konflik senjata tersebut.
Ada dua jenderal di jantung krisis ini, Abdel Fattah al-Burhan, pemimpin Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Mohammed Hamdan Dagalo, yang lebih dikenal sebagai Hemedti, kepala dari kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Kedua jenderal itu dulunya bekerja sama, melakukan kudeta bersama, namun kini mereka bertemput untuk kekuasaan yang justru bisa menghancurkan Sudan.
AS Ungsikan Diplomat
Militer Amerika Serikat telah mengevakuasi para diplomat dan keluarga mereka dari Khartoum, ibu kota Sudan, kata Presiden AS Joe Biden seperti dilansir situs BBC.COM. Konflik bersenjata antara tentara Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) terus berlangsung di Khartoum sejak Sabtu (15/4/2023) lalu.
Seorang pejabat AS mengatakan, kurang dari 100 orang AS dievakuasi pada Ahad pagi. Sebanyak tiga helikopter Chinook mendarat di dekat Kedutaan AS untuk menjemput mereka.
Dalam komunikasi dengan jurnalis setelah misi dilakukan, Letnan Jenderal Douglas Sims mengatakan, lebih dari 100 personel Angkatan Laut dan Pasukan Khusus Angkatan Darat AS terbang dari Djibouti ke Ethiopia dan mendarat di Sudan, selama kurang dari satu jam.
Dia menggambarkan evakuasi itu sebagai operasi yang “cepat dan bersih”.
Biden kemudian mengungkapkan rasa terima kasihnya pada Djibouti, Ethiopia, dan Arab Saudi. Ia mengatakan, negara-negara tersebut “sangat penting bagi keberhasilan operasi kami”.
Tewas
Pada Jumat 21 April 2023, WHO mengumumkan 413 orang tewas dalam konflik Sudan. Sementara UNICEF menyebut, anak-anak ikut menjadi korban dalam konflik di Sudan, dengan setidaknya sembilan orang dilaporkan tewas, dan lebih dari 50 orang mengalami luka parah.
Situs Tempo.co melansir, Juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan, angka dari pemerintah di Sudan menyebut 413 orang tewas, dan 3.551 terluka dalam konflik tersebut. WHO mencatat, telah terjadi 11 serangan terverifikasi terhadap fasilitas kesehatan, termasuk 10 serangan sejak 15 April 2023.