JAKARTA, MENARA62.COM – Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sejak November 2021 telah meluncurkan program BTS (Buy The Service) Layanan Angkutan Umum Massal Perkotaan berbasis BRT (Bus Rapid Transit) di Kota Bogor. Layanan yang diberi nama Biskita Trans Pakuan ini untuk mendorong pengembangan layanan angkutan umum massal berbasis BRT di wilayah Bodetabek.
Sejak diluncurkan, Biskita Trans Pakuan mendapat sambutan sangat positif oleh warga Kota Bogor.
Direktur Angkutan BPTJ Tatan Rustandi mengungkapkan kehadiran Biskita Trans Pakuan merupakan bagian dari penataan angkutan perkotaan di kawasan aglomerasi Jabodetabek yang belum memiliki layanan angkutan umum massal dengan sistem BRT yang merata.
Di sisi lain kebutuhan masyarakat dalam bermobilitas di wilayah Jabodetabek sangat tinggi dan tidak lagi mengenal batas wilayah administrasi. Saat ini, menurut Tatan, perkembangan Biskita Trans Pakuan menujukkan kenaikan jumlah penumpang yang signifikan yang berarti angkutan ini diterima masyarakat Bogor.
Sejak Januari hingga April 2022 terjadi peningkatan jumlah penumpang yang signifikan dengan load factor hingga mencapai 61,3 persen pada pertengahan April 2022. Jika pada Januari 2022 total jumlah penumpang mencapai 46.292 orang, pada Februari bertambah menjadi 201.627 penumpang dan semakin bertambah pada Maret 2022 yaitu 310.552 penumpang.
Hingga pertengahan April, total penumpang Biskita sudah mencapai 184.280 orang. Karena itu BPTJ mempertimbangkan pengembangan lanjutan Biskita pada tahun depan, tetapi rencana ini harus dibicarakan lebih dalam di lingkup internal BPTJ, Kementerian Perhubungan hingga lintas Kementerian.
“Selain modernisasi, mimpinya adalah warga merasakan peradaban transportasi di Jabodetabek. Warga bisa menikmati peradaban angkutan umum seperti yang ada di Jakarta sehingga naik angkutan umum menjadi gaya hidup perkotaan. Setelah layanan setara (antara layanan angkutan umum di Jakarta dan di Bodetabek), kemudian konektivitas dan aksesibilitas bisa terwujud. Sehingga melalui digitalisasi, warga yang sedang melakukan perjalanan, tidak ada hambatan,” ujar Tatan Rustandi saat menjadi pembicara Ngopi Jabodetabek “Ngobrol Seputar Transportasi Jabodetabek” yang bertema “Biskita: Inspirasi Angkutan Umum Perkotaan Terintegrasi di Bodetabek” yang diselenggarakan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), di Jakarta, Selasa (19/4/2022).
Untuk mewujudkan hal ini, menurut Tatan, harus ada kolaborasi Pemerintah Pusat dengan pemerintah daerah. Dirinya juga mengajak masyarakat dan para pimpinan daerah untuk menguatkan paradigma bahwa pembangunan angkutan umum adalah sebuah investasi karena mempunyai multiplier effect (efek berganda) yang besar.
Sementara itu, Komisaris PT Kodjari yaitu operator dan investor BISKITA Trans Pakuan, Dewi Jani Tjandra mengatakan, kehadiran Biskita yang terintegrasi, tepat waktu, aman, nyaman dan lancar telah membangun kultur baru bertransportasi di Kota Bogor. Kini penumpang lebih tertib antri dan menjaga kebersihan. Sementara sopir Biskita yang merupakan mantan sopir angkot juga mengalami transformasi karena lebih melayani penumpang dengan prinsip 3 S yaitu sapa, senyum dan solusi.
“Kehadiran Biskita sudah lama kami impikan. Masyarakat Bogor sangat mencintai Biskita karena sudah menjadi kebutuhan. Warga merasakan betul layanan Biskita sehingga load factor semakin hari semakin naik. Biskita membangun kultur baru bertransportasi di kota Bogor. Saya apresiasi BPTJ atas program ini dan semoga ke depan, bisa terintegrasi dari Bogor ke Bekasi dan Depok,” ujarnya.
Dampak kehadiran Biskita Trans Pakuan juga dirasakan Komunitas Koalisi Pejalan Kaki Bogor Irna Kusumawati. Namun, dirinya juga memberi catatan yaitu agar fasilitas penunjang bagi penumpang terutama jalur pedestrian atau trotoar terintegrasi dengan fasilitas halte.
“Kami apresiasi program Biskita. Antusias warga Bogor naik angkutan umum sangat tinggi. Namun, fasilitas halte mohon dioptimalkan agar terintegrasi dengan pedestrian. Suksesnya pengembangan angkutan umum salah satunya terintegrasi dengan fasilitas pelayanan kaki. Penumpang angkutan umum adalah pejalanan kaki,” pungkasnya.