“Rabbana atina fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirati hasanah wa qina ‘adzaba al-nar.” Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa (api) neraka.
Rangkaian doa yang selalu kita panjatkan itu, yang sering disebut juga dengan doa sapu jagat itu adalah visi dan misi hidup kita. Ya, apa lagi yang kita harapkan selain kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia ini dan di akhirat nanti. Semua keinginan, harapan serta cita-cita kita sudah terangkum dalam rangkaian doa yang sangat indah itu.
Untuk dapat meraih kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Ada usaha, kerja keras, perjuangan serta pengorbanan yang harus kita lakukan.
Dalam pandangan penulis, setidaknya ada lima langkah yang harus kita tempuh untuk dapat meraih tujuan hidup sukses-bahagia dunia-akhirat, yaitu: memperkokoh pondasi iman, membekali diri dengan ilmu, mewujudkan dengan amal, menghiasi amal dengan ikhlas dan menyempurnakannya dengan istikamah.
Langkah pertama, memperkokoh pondasi iman. Ibarat sebuah bangunan. Iman adalah pondasi. Pijakan awal sebelum melangkah pada tahap-tahap selanjutnya. Jika pondasi kokoh dan kuat, maka bangunan akan berdiri tegak, tahan terhadap goncangan yang mungkin akan menerpanya.
Sebaliknya, jika iman lemah, maka perjalanan kehidupan selanjutnya akan sulit. Pondasi yang rapuh akan membuat bangunan di atasnya mudah roboh. Iman juga ibarat kompas yang akan mengarahkan tujuan hidup kita. Dengan mengikuti jalan iman, maka arah dan tujuan hidup kita menjadi jelas. Dengan iman, hidup akan lebih terarah.
Langkah kedua, membekali diri dengan ilmu. Setelah iman kokoh, langkah selanjutnya adalah menguatkan diri dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah cahaya yang akan menerangi jalan hidup seseorang. Ilmu pengetahuan juga yang akan menjadikan segala urusan kita menjadi lebih mudah.
Langkah ketiga, mewujudkan dengan amal. Iman dan ilmu tanpa amal tidak akan berdampak apa-apa bagi kehidupan ini. Iman tanpa amal itu omong kosong. Dan ilmu tanpa amal laksana pohon tak berbuah.
Sejumlah ayat al-Qur’an menyandingkan antara iman dan amal. Bukti keimanan seseorang tercermin dalam amalnya. Iman baru dikatakan sempurna jika disertai amal saleh. Pun demikian halnya dengan ilmu. Ilmu disebut bermanfaat jika disertai dengan amal.
Langkah keempat, menghiasi amal dengan ikhlas. Ikhlas adalah kunci utama diterimanya amal seseorang. Betapa pun baik dan banyaknya amal yang kita lakukan, akan menjadi sia-sia belaka jika tidak disertai dengan ikhlas.
Ikhlas, secara umum dimaknai dengan ketulusan jiwa dan kepasrahan batin kepada Allah Swt. Ikhlas menjadikan seseorang bersikap lepas dalam menjalani hidup ini.
Langkah kelima, menyempurnakan dengan istikamah. Setelah kita landasi diri dengan iman yang kokoh, ilmu yang kuat, amal yang hebat disertai sikap ikhlas, maka yang terakhir harus kita jaga adalah sikap istikamah, yaitu terus-menerus secara konsisten berada di jalan yang lurus, jalan yang diridlai Allah. Kita jadikan amaliyah kita bersifat langgeng (mudawamah), tidak berhenti di tengah jalan. Dengan sikap istikamah dalam kebaikan (amal saleh) ini, maka hidup kita akan menjadi bermakna.
Kelima langkah ini, jika dapat kita jalani dengan baik, insya Allah hidup yang kita jalani akan terarah, mudah, berkah, lepas dan Lebih bermakna. Singkatnya, kita akan meraih hidup sukses dan bahagia di dunia dan akhirat.
Ruang Inspirasi, Selasa (24/3/2020)