28.9 C
Jakarta

Sumpah Pemuda, Secarik Kertas yang Mengantar Indonesia Merdeka

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Barangkali Profesor Muhammad Yamin tak pernah menduga bahwa tulisan yang dituangkan dalam secarik kertas, 92 tahun yang lalu, menjadi catatan penting yang akhirnya membawa Indonesia merdeka. Dalam secarik kertas tersebut, Yamin menuangkan ikrar satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.

“Sampai hari ini secarik kertas itu telah membawa kita kepada kemerdekaan, pembangunan yang kian merata, dan jutaan prestasi yang dimotori oleh  para pemuda dan pemudi,” kata Mendikbud Nadiem Anwar Makarim saat memberikan sambutan pada Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-92, Rabu (28/10/2020).

Secarik kertas itu kemudian dibawa oleh Yamin, seorang pemuda asal Sawahlunto, Sumatera Barat ke forum resmi pertemuan pemuda-pemudi Indonesia. Tanggal 28 Oktober 1928, saat para pemuda bersatu, berkolaborasi, sesuatu yang dahsyat terjadi, Sumpah Pemuda. Momen ini membuktikan bahwa kaum muda mampu mengubah resah menjadi jalan keluar. Mampu menjadi motor pergerakan menuju kemajuan.

“Yamin adalah seorang pemuda berumur 25 tahun dari desa kecil Sawahlunto, Sumatera Barat, yang merumuskan roh perjuangan para pemuda-pemudi tanah air,” lanjut Nadiem.

Diakui Nadiem, dari masa kemasa kita selalu menghadapi berbagai keresahan. Pun hari ini tidak dapat dipungkiri kita bergelut dengan kerasahan yang begitu pelik karena sudah lebih dari 7 bulan Indonesia dan dunia berjibaku melawan pandemi Covid-19. Seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali, mengalami masa yang sulit. Namun, tidak ada artinya keresahan tersebut apabila kita tidak dapat menemukan solusi untuk bangkit bersama.

“Mari nyalakan lagi semangat dari Kongres Pemuda 1928. Kita jawab keresahan dengan solusi,” ajak Nadiem.

Menurut Mendikbud, masa sulit ini harus menjadi pembelajaran, penguatan mental dan karakter, serta ruang kreativitas bagi kita semua. Sudah waktunya kita, Pemuda Indonesia  untuk bersatu dan bangkit, menciptakan terobosan dan inovasi yang akan membantu bangsa ini melompat melampaui keterbatasan.

“Ingat, 92 tahun yang lalu secarik kertas setelah yang menjadi penyulut semangat mengubah nasib. Hal yang sederhana tapi mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa,” kata Nadiem.

Dalam hal menciptakan terobosan melalui inovasi, pun demikian. Inovasi bukanlah semata bicara hasil, tapi sebuah rangkaian proses yang dapat dimulai dari gagasan sekecil apapun.

Pertama, kita punya sasaran yang jelas dan terukur. Kalau tidak bisa diukur, dari mana kita tahu ada kemajuan?

Kedua, mental juara yang siap gagal. Kalau kita tidak mampu menyikapi kegagalan sebagai pembelajaran yang berharga, tantangan baru akan terlihat selalu sebagai risiko, bukan peluang.

Ketiga, keyakinan yang tak terbendung. Keyakinan bahwa semua masalah, sebesar atau serumit apapun, pasti ada solusinya.

“Besar harapan saya generasi muda akan banyak berinovasi agar kita dapat mengantarkan Indonesia ke tempat yang lebih maju dan sejahtera,” tutupnya.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!