29.1 C
Jakarta

Sunat Laser Tidak Direkomendasikan, Ini Fakta dan Risikonya!

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Khitan atau dikenal sunat bagi sebagian masyarakat tidak sekedar menjalankan ajaran agama, tapi ada manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Sebab sunat sejatinya akan membuat ujung kemaluan (penis) terbuka sehingga mudah dibersihkan dan lebih leluasa buang air kecil. Sunat juga dapat menurunkan risiko infeksi saluran kemih dan kanker penis.

Umumnya masyarakat melakukan sunat pada usia belasan tahun. Beberapa diantaranya dilakukan pada usia balita, tetapi ada juga yang sudah memasuki usia dewasa.

Sunat yang tehniknya memotong kulit di ujung penis, memang akan meninggalkan luka sayatan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan menimbulkan rasa nyeri. Itu sebabnya orang cenderung memilih metode sunat yang nyaman, cepat prosesnya, cepat sembuh dan tidak berisiko terjadinya pendarahan. Salah satu metode yang dipilih masyarakat adalah electrical cauter atau dikenal sunat laser.

Tetapi seberapa amankah sunat menggunakan metode electrical cauter atau EC ini? Dalam berbagai literasi, sunat dengan metode EC memiliki risiko cukup serius. Mulai dari luka bakar, rusaknya jaringan sekitar kepala penis, hingga amputasi. Karena itu meski minim jahitan, prosesnya cepat dan penyembuhannya juga cepat, tetapi metode EC sangat tidak direkomendasikan.

Electric cauter atau EC itu sendiri bentuknya berupa lempengan logam yang dipanaskan. Jika dialiri dengan listrik, ujung logam akan menjadi panas dan berwarna merah, sehingga dapat digunakan untuk memotong kulup.

Orang awam kemudian mengenalnya sebagai sunat laser. Meski namanya sunat laser tetapi pada praktiknya tidaklah demikian. Tidak ada sama sekali menggunakan laser dalam proses sunat.

Metode EC sendiri pernah membawa korban seorang bocah di Pekalongan Jawa Tengah. Peristiwa itu terjadi pada September 2018 ketika seorang bocah usia belasan tahun, sebut saja B harus rela kehilangan penisnya akibat menggunakan metode EC saat sunat.

Ada juga laporan kasus yang dipublikasikan dalam British Medical Journal pada Januari 2013. Kasus ini jauh lebih mengerikan. Seorang bocah usia 7 tahun penisnya terpaksa harus diamputasi akibat salah menggunakan electrical cauter.  Tak hanya itu, si anak juga harus dilarikan ke pusat oksigen hiperbarik karena sianosis pada kelenjar penisnya. Ia menjalani pengobatan yang dilakukan dengan cara memberikan oksigen murni di dalam ruangan khusus bertekanan udara tinggi.

Dia dilaporkan telah disunat pada hari yang sama dengan menggunakan perangkat elektrokauter monopolar. Sayangnya, elektrokauter menyebabkan luka bakar yang parah pada kelenjar penis si anak.

Pada pemeriksaan lebih lanjut ternyata si anak tersebut mengalami nekrosis atau kondisi cedera pada sel yang mengakibatkan kematian dini sel-sel dan jaringan hidup pada kelenjar dan batang penis. Itulah mengapa akhirnya tim dokter memutuskan mengamputasi kelamin anak tersebut untuk menyelamatkan nyawanya.

Karena risiko yang besar tersebut, dr Mahdian Nur Nasution, SpBS, pemilik Rumah Sunat dr Mahdian tidak merekomendasikan teknik EC. “Jangan tergiur dengan propaganda yang cepat prosesnya, cepat sembuh atau lainnya karena metode EC ini risikonya sangat besar,” katanya.

Menurutnya teknik electrical cauter ini adalah metode yang paling berbahaya. Risiko paling berat adalah amputasi alat kelamin. “Karena itu dokter tidak menyarankan teknik ini untuk sunat,” lanjut dr Mahdian Nur Nasution yang juga spesialis bedah syaraf ini.

Karenanya, meski teknik ini lebih cepat, namun tetap disarankan untuk tidak memilih teknik ini. Kalaupun tetap ingin menggunakan teknik ini harus dipastikan bahwa petugas yang melakukan adalah  tenaga medis yang tepat, yang ahlinya, yaitu dokter spesialis bedah.

Namun, umumnya sunat dengan teknik ini sangat jarang dilakukan oleh dokter, melainkan orang yang tidak tepat. Karena itu, masyarakat diminta untuk berhati-hati jika tidak ingin menyesal di kemudian hari.

“Kalau tepat menggunakannya sangat bermanfaat karena sunat jadi cepat, menjahit jadi lebih mudah dan risiko infeksi lebih rendah. Tapi kalau penggunaannya salah bisa timbulkan luka bakar. Bukan manfaat yang di dapat. Bukan cepat sembuh. Jadi lebih lama dan merusak jaringan kulit pada penis,” tegasnya.

Dari sekian banyak metode sunat yang saat ini popular, teknik yang paling aman dan sangat direkomendasikan dokter adalah metode klem. Metode ini hanya membutuhkan waktu singkat pada proses sunatnya, tidak sampai lima menit. Setelah disunat, pasien juga langsung bisa beraktivitas seperti biasa.

Metode klem, saat ini dapat dilakukan oleh masyarakat di Rumah Sunat dr Mahdian. Metode yang kemudian dikenal Mahdian Klem menjadi satu-satunya klem produksi anak bangsa negeri sendiri. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah merekomendasi metode ini dengan alasan memperkecil risiko terjadinya infeksi silang yaitu infeksi karena pemakaian alat yang sama pada satu pasien ke pasien lain, mengingat teknik ini hanya sekali pakai.

“Teknik ini aman untuk segala usia, apalagi untuk bayi yang suka mengompol. Tak ada larangan untuk tak boleh kena air setelah itu,” tambahnya.

Menggunakan Mahdian Klem juga lebih mudah bagi operator (dokter, perawat), tidak memerlukan rotasi saat pemasangan tabung dan penjepit klem sehingga posisi penis tidak miring setelah pelepasan tabung, secara kosmetik lebih baik.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!